156 perbandingan akurasi penggunaan skala likert
TRANSCRIPT
156
PERBANDINGAN AKURASI PENGGUNAAN SKALA LIKERTDAN PILIHAN GANDA UNTUK MENGUKUR SELF-REGULATED LEARNING
Heri RetnawatiFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta
email: [email protected]
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk membandingkan akurasi penggunaan skala Likert dan bentuk
pilihan ganda untuk mengukur self-regulated learning (SRL). Instrumen pengukur SRL denganformat Likert dan pilihan ganda yang diskor berjenjang dikembangkan dengan kisi-kisi yang sama.Responden penelitian yaitu 125 mahasiswa Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan IPAUniversitas Negeri Yogyakarta. Karakteristik butir instrumen dianalisis dengan graded responsemodel menggunakan TESTFACT. Dengan menggunakan karakteristik butir-butir penyusun skala,nilai fungsi informasi perangkat dan kesalahan pengukuran standar diestimasi. Semakin tingginilai fungsi informasi perangkat, semakin tinggi akurasinya untuk mengukur SRL. Semakin kecilkesalahan pengukuran standar, semakin tinggi akurasinya untuk mengukur SRL. Hasil analisisdengan menggunakan nilai fungsi informasi dan kesalahan pengukuran standar menunjukkan bahwaperangkat menggunakan skala Likert lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan pilihan ganda.
Kata kunci: pilihan ganda, self-regulated learning (SRL), skala Likert
THE COMPARISON OF THE ACCURACY OF LIKERT SCALEAND MULTIPLE CHOICE FOR MEASURING SELF-REGULATED LEARNING
AbstractThis study was aimed at comparing the accuracy of Likert scale and multiple choices for
measuring self-regulated learning (SRL). Instruments for measuring SRL in Likert scale and multiple-choice were developed using the same blueprint. The respondents were 125 students of mathematicseducation in Mathematics and Sciences Faculty of Yogyakarta State University. Characteristics of theinstrument items were analyzed by graded response model using TESTFACT. Using the characteristicsof the items in instruments, the value of information function of every instrument and standard error ofmeasurement were estimated. The higher the value of the device information function, the higher theaccuracy of measuring SRL. The smaller the standard measurement errors, the higher the accuracyof measuring SRL. Results of analysis using information function values and standard measurementerror indicate that the Likert scale is more accurate than using multiple choices to measure SRL.
Keywords: Likert scale, multiple choice, self-regulated learning (SRL)
PENDAHULUANPeningkatan kualitas sumber daya
manusia dapat ditingkatkan melalui pen-didikan. Pedidikan ini berupa pendidikanformal, informal, dan nonformal, dalamberbagai jenjang pendidikan. Jenjangpendidikan tersebut meliputi pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pen-didikan tinggi. Masing-masing jenjangini memiliki karakteristik khusus, yangmenuntut peserta didik untuk menyikapi-nya secara berbeda.
Pendidikan tinggi berbeda denganpendidikan dasar dan menengah. Pen-
157
didikan tinggi biasanya menggunakanpendekatan pembelajaran orang dewasa.Pada pembelajaran ini, tidak semua pesertadidik menjadi pebelajar yang sukses.Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya peserta didik memiliki keyakinanyang salah mengenai kemampuan, belajar,dan motivasi, kekurangpeduliannyadengan kegiatan belajar yang tidak efektif,gagal mempertahankan belajar yangefektif sebagai suatu strategi motivasi,juga ketidaksiapan mengubah kegiatanbelajarnya (Dembo, 2004).
Mahasiswa merupakan siswa yangbelajar di perguruan tinggi, yang telahdianggap sebagai orang dewasa. Dewasaini dapat dikategorikan karena umurnya,dan juga karena tuntutan kemandirianbelajar selama di pergurun tinggi. Bagimahasiswa, mengelola diri untuk belajarmerupakan suatu yang mendukungkeberhasilannya belajar di perguruantinggi. Kemampuan mengelola diri dalambelajar ini sering disebut dengan selfregulated learning.
Self-regulated Learning (SRL)merupakan tindakan dan proses yangmengarahkan informasi dan keterampilanyang melibatkan persepsi agensi, tujuan,dan peralatan oleh pebelajar (Zimmerman,1989; 1990). SRL terkait dengan akti-vasi tujuan diri, proses monitoringdan informasi, dan strategi pengaturandiri dengan menciptakan peluang dantantangan. Menurut Pintrich, regulasidiri atau SRL merupakan suatu prosesaktif-konstruktif dimana siswa mengesettujuan dan berusaha memantau, mengatur,dan mengontrol kognisi, motivasi, danperolakunya, memandu dan membatasitujuannya (Schunk, 2005).
Teori kognitif sosial dari Bandura(Kivinen, 2003) menyajikan dasar teoridari pengembangan model SRL dalamdiri seseorang, dimana faktor-faktor
kontekstual dan perilaku berinteraksidalam suatu ara yang memberikankeuntungan kepada siswa untuk mengaturbelajarnya dimana pada waktu yangsama siswa mengatur dirinya sendiri.Suatu perspektif kognitif sosial berbedadari sudut pandang interaksi personal,perilaku dan linkungannya yang seringdisebut proses triadic dari Bandura.
Regulasi diri merupakan proses siklis,karena masukan dari kemampuan awaldigunakan untuk membuat keputusanuntuk mengulangi usaha-usaha yangtelah dilakukan. Upaya pengulangan-pengulangan ini diperlukan karena orang,lingkungan, dan perilaku selaluu berubahselama pembelajaran yang selalu diobser-vasi dan dipantau (Zimmerman, 2000).Hal tersebut juga diperkuat oleh Kivinen(2003). Pembicaraan SRL mencakup tigafase, meliputi fase pemikiran, fase controlkinerja, dan fase refl eksi diri (Zimmerman,2000).
Pada fase pemikiran, ada dua halyang sangat terkait yakni analisis tugasdan keyakinan dan motivasi diri. Fasecontrol kehendak atau kinerja meliputipengendalian diri dan pengamatan yangkhusus. Fase refleksi diri terdiri dariperkembangan diri, dan reaksi diri. Ke-tiga fase ini saling terkait dan salingmempengaruhi yang membentuk siklus.Fase-fase yang disampaikan Zimerman(2000) tersebut disempurnakan olehPintrich (2004) menjadi empat fase, denganperbedaan fase kontrol kinerja dipecahmenjadi dua fase yaitu monitoring danmengontrol seleksi dan adaptasi (Pintrich,2004).
Pada fase pemikiran, dapat diklasi-fi kasikan menjadi dua hal yakni analisistugas (meliputi tujuan pengaturan diri,perencanaan strategis) dan keyakinanmotivasi diri (keyakinan diri dan orientasitugas). Fase control kinerja meliputi
Heri R.: Perbandingan Akurasi Penggunaan...
158
pengendalian diri (instruksi diri, fokusperhatian, strategi penyelesaian tugas).Refleksi diri terdiri dari pertimbangandiri (evaluasi diri dan atribusi) dan jugareaksi diri (kepuasan diri dan adaptivitas).Untuk mengetahui skala SRL, Wolkers,Pintrich, & Karabenick (2009) mengatakanbahwa perlunya dikembangkan butirterlebih dahulu untuk mengukur pengaturankognisi, diikuti dengan regulasi, motivasi,dan perilaku. Ketiga hal ini perlu diukurdalam konteks akademik.
Beberapa penelitian menunjukkanbahwa SRL sangat terkait dengan motivasi(Vrieling, Bastiaens, & Stijnend, 2012).Strategi belajar dapat menjadi mediatoryang potensial bagi ketertarikan maha-siswa dengan capaian akademiknya (Soric& Palekcic, 2009). SRL ini dapat diperkuatoleh pendidik dalam proses pembelajarandengan menyiapkan tugas-tugas yangmendukung peningkatan SRL (Zumbrunn,Tadlock, & Danielle, 2011).
Terkait dengan pentingnya sumbanganSRL terhadap keberhasilan pendidikandi perguruan tinggi, SRL mahasiswaperlu diukur. Untuk mengetahui skalaSRL yang dimiliki seseorang, Wolkers,Pintrich, & Karabenick (2003) mengatakanbahwa perlunya dikembangkan butirterlebih dahulu untuk mengukur pengaturankognisi, diikuti dengan regulasi, motivasi,dan perilaku. Ketiga hal ini perlu diukurdalam konteks akademik.
Hasil pengukuran SRL dapat diinter-pretasikan untuk tindak lanjut. Tindak lanjutberupa upaya untuk mempertahankan ataumeningkatkannya. Untuk itu perlu perludikembangkan instrumen pengukur SRLyang valid, berdasarkan langkah-langkahpengembangan instrumen yang tiap langkahdapat dipertanggungjawabkan. Langkah-langkah pengembangan instrumen pengu-kur SRL terdiri dari beberapa tahap.Tahap tersebut yakni menyusun kisi-
kisi berdasarkan konstruk teori yangtepat, menyusun butir, membuktikanvaliditas isi, mengujicobakan instrumenkepada responden yang bersesuaian,mengestimasi reliabilitas, mengetahuikarakteristik butir, merakit kembali butir-butir yang baik menjadi instrumen yangsiap digunakan.
Salah satu instrumen yang dapatdigunakan untuk mengukur SRL adalahmenggunakan kuisioner. Butir-butirdalam kuisioner bentuknya bermacam-macam, diantaranya pertanyaan dikotomi,pertanyaan pilihan ganda, urutan bertingkat(rank ordering), rating scale, dan pertanya-an terbuka (Cohen, Manio, & Morrison,2011). Masing-masing bentuk memilikiciri khas yang tersendiri, yang disajikansebagai berikut.
Pertanyaan dikotomi dalam angkethanya memuat dua pilihan jawaban jawabansaja. Pertanyaan ini digunakan jika penelitiingin menanyakan kepada respondenterkait dengan variabel yang hanya memuatdua jawaban saja. Sebagai contoh jeniskelamin (laki-laki atau perempuan, ya atautidak, benar atau salah, dan lain-lainnya.Pertanyaan kuisioner pilihan ganda padadasarnya seperti pilihan ganda pada soaluraian. Pada pilihan ganda ini, respondenbiasanya diperkenankan memilih salah satujawaban saja. Penskoran dapat dilakukandengan benar-salah saja, atau bertingkat.Jika penskoran dilakukan bertingkat,kondisi ideal perlu menjadi pertimbanganpenyusun kuisioner. Model angket yangpaling sering digunakan di Indonesiaberbentuk rating scale atau lebih dikenaldengan model Likert.
Angket dengan Skala Likert biasanyamenyajikan pernyataan yang disertaidengan pilihan. Pilihan pada skala Likertberupa frekuensi (selalu, sering, jarang,tidak pernah) atau persetujuan (sangatsetuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 156-167
159
tidak setuju). Pilihan jawaban dengan skalaini diskor secara berjenjang (ordinal).
Instrumen model Likert ini relatifmudah membuatnya, dan respondenjuga mudah meresponnya. Namunkelemahan dari instrumen ini adalahadanya kecenderungan responden untukmengisi instrumen sesuai dengan harapanmasyarakat (desireability bias). Instrumendengan skala ini merupakan bentuk yangsering digunakan peneliti untuk melakukanpengukuran. Misalnya Wahyono, Hardianto,& Miyarso (2014) mengukur indeks etorkerja belajar siswa menggunakan skala 1-5,dan Tiurma & Retnawati (2014) mengukurminat belajar menggunakan skala Likert.
Model lain dari skala Likert adalahangket dengan pilihan ganda. Instrumenini disarankan oleh ahli untuk mengurangidesireability bias. Pada instrumen ini, butir-butirnya berupa pernyataan yang disertaidengan pilihan-pilihan. Pilihan-pilihanyang disajikan sesuai dengan kondisi yangmungkin dialami oleh responden. Pilihan-pilihan ini kemudian diskor berjenjang.Karena pilihannya menyajikan kondisi-kondisi yang mungkin dialami olehresponden, menyebabkan peneliti yangmenyusun instrumen ini relatif sulit danmemerlukan waktu untuk membuatnya.Selain itu, pilihan-pilihan yang cukup pan-jang akan menyulitkan responden ketikamembaca dan meresponnya.
Kedua instrumen tersebut dapatdibandingkan jika mengukur konstrukyang sama. Akurasi model penyajianangket dengan kedua cara tersebut masihmenjadi perdebatan beberapa ahli. Jikadibandingkan, sebagian ahli menyatakanbahwa Likert lebih akurat , karenaresponden mudah mengisinya, namunsebagian ahli yang lain mengatakanbahwa model pilihan ganda lebih akuratkarena dengan adanya pilihan-pilihanyang sesuai dengan kondisi siswa, bias
pengukuran dapat dikurangi. Terkaitdengan hal ini, diperlukan penelitianuntuk membandingkan akurasi instumenpengukur SRL, antara angket denganpilihan frekuensi atau persetujuan danangket dengan pilihan ganda. Terkaitdengan hal tersebut, penelitian ini bertujuanuntuk membandingkan akurasi instumenpengukur SRL, antara angket denganpilihan frekuensi atau persetujuan danangket dengan pilihan ganda.
Untuk dapat membandingkan akurasiangket dan pilihan ganda, perlu terlebihdahulu diketahui karakteristik butir-butirpenyusun instrumen. Pada kasus ini,penskoran skala Likert dan pilihan gandadilakukan secara berjenjang, sehinggamodel analisis yang sesuai adalah gradedrespons model (GRM). GRM disajikandengan persamaan sebagai berikut.
(1)
atau sering pula ditulis
)()()( 1
jkjkjk PPP
dengan D merupakan konstranta penye-kalaan yang meletakkan θ dalam skalayang sama dengan probabilitas padaogif normal, merupakan parameterdaya pembeda, j merupakan parameterlokasi, dan merupakan parameter kategorike-k (Muraki, 1999; Retnawati, 2014).Paramater-paramater ini, baik parameterbutir maupun kemampuan dapat diestimasi,agar mudah dapat menggunakan bantuankomputer.
Kekuatan suatu butir diketahui melaluinilai fungsi informasinya. Nilai fungsiinformasi butir ke-j yang disimbolkandengan j pada politomus respons datamenurut Samijema (Muraki & Bock, 1997)adalah sebagai berikut.
Heri R.: Perbandingan Akurasi Penggunaan...
160
(2)
Sedangkan untuk graded responsmodel, nilai fungsi informasi tersebutmenjadi
(3)
Nilai fungsi informasi dari instrumenyang meliputi keseluruhan butir (I(θ))didefi nisikan sebagai berikut (Hambleton& Swaminathan, 1985: 94).
I (θ) = (4)
Nilai fungsi informasi ini digunakanuntuk mengestimasi kesalahan pengukuran(standard error of measurement, SEM)dinyatakan dengan formula sebagai berikut(Hambleton, Swaminathan, & Rogers,1991).
SEM)(
1)(
^
I (5)
Nilai fungsi informasi dan kesalahanpengukuran tersebut digunakan untukmembandingkan akurasi hasil pengukurandengan menggunakan instrumen berbentukLikert dan instumen berbentuk pilihanganda.
METODEPenelitian ini merupakan pene-
litian deskriptif eksploratif. Untuk mem-bandingkan akurasi instrumen pengukurskala SRL dengan skala Likert vs pilihanganda, diperlukan data empiris. Untukkeperluan tersebut, dikembangkan instru-men pengukur SRL, yang satu berbentukSRL skala Likert dan yang satu berbentuk
pilihan ganda berdasarkan kisi-kisi (blue-print) yang sama. Kedua instrumenini diujicobakan pada 125 mahasiswapendidikan Matematika FMIPA UNY.Data respons mahasiswa terhadap butir-butir instrumen baik yang berbentuk Likertmaupun yang berbentuk pilihan gandadigunakan untuk mengestimasi parameterbutir.
Parameter butir instrumen diestimasidengan menggunakan GRM. Pada kasusini, penskoran pada skala Likert yangdigunakan adalah berjenjang, yaitu 1,2, 3, dan 4. Demikian pula halnya padapilihan ganda, diberikan skor 1, 2, 3, dan4. Analisis dilakukan dengan mengguna-kan Parscale (Du Toit, 2003). Parameterbutir yang diperoleh digunakan untukmengestimasi nilai fungsi informasi dannilai fungsi informasi ini digunakan untukmembandingkan akurasi kedua bentukinstrumen pengukur SRL.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANPada analisis awal data respons peserta
terhadap instrumen pengukur SRL denganParscale, diperoleh informasi bahwapersentase yang memeroleh skor 1 dan2 pada tiap butir kurang dari 5%. Hal inimenyebabkan data respons peserta tidakdapat dianalisis pada fase berikutnyamenggunakan Parscale. Untuk keperluantersebut, skor 1 dan 2 dibuat skala barumenjadi 1, skor 3 menjadi 2, skor 4 menjadi3 atau dengan kata lain penskoran menjadi 3kategori saja, yakni 1, 2 dan 3. Hasil analisisestimasi parameter butir untuk tiap bentukinstrumen disajikan pada Tabel 1.
Untuk memahami perbandinganantara kedua parameter instrumen, dibuatplot. Plot yang disajikan digunakan untukmembandingkan parameter daya pembeda(slope), parameter lokasi, dan parameterkemampuan hasil estimasi, dengan skalaLikert maupun pilihan ganda.
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 156-167
161
Parameter slope pada pilihan gandaberbeda jauh dengan skala Likert, yangdiindikasikan dengan titik-titik yang jauhdari garis y=x. Hanya ada 4 butir yangrelatif dekat dengan garis tersebut, yangditandai dengan adanya 4 titik yang dekat
Tabel 1. Parameter Butir Instrumen Penggukur SRL pada Skala Likert dan Pilihan Ganda
ButirLikert Pilihan Ganda
DayaPembeda
LokasiKategori
1Kategori
2Daya
PembedaLokasi
Kategori1
Kategori2
1 0,792 0,482 1,601 -1,601 0,32 -1,871 2,541 -2,541
2 1,139 -0,309 1,601 -1,601 0,214 -0,228 2,541 -2,541
3 0,488 -1,515 2,152 -2,152 0,378 1,585 2,143 -2,143
4 0,433 -0,33 2,152 -2,152 0,394 -0,686 2,143 -2,143
5 0,521 -0,077 1,679 -1,679 0,112 -3,339 1,636 -1,636
6 0,806 -0,736 1,679 -1,679 0,378 0,628 1,636 -1,636
7 0,683 0,46 1,679 -1,679 0,349 -1,445 1,636 -1,636
8 0,613 1,318 1,292 -1,292 0,898 0,828 0,383 -0,383
9 0,665 1,324 1,292 -1,292 1,103 -0,1 0,383 -0,383
10 0,981 -0,795 1,292 -1,292 0,161 -3,127 0,383 -0,383
11 0,498 -1,196 1,906 -1,906 0,524 -1,122 0,618 -0,618
12 0,778 -1,482 1,906 -1,906 0,181 -3,344 0,618 -0,618
13 0,387 1,575 1,662 -1,662 0,026 0 1,771 -1,771
14 0,285 3,915 1,662 -1,662 0,307 0,787 1,771 -1,771
15 0,661 -1,546 1,662 -1,662 0,435 -2,814 1,771 -1,771
Gambar 1. Scater Plot untuk Parameter Butir Daya Pembeda pada Likert dan Pilihan Ganda
dengan garis y=x. Hasil selengkapnyadisajikan pada Gambar 1.
Demikian pula halnya dengan para-meter lokasi. Pada pilihan ganda, sebelasbutir berbeda jauh dengan skala Likert,yang diindikasikan dengan titik-titik yang
Heri R.: Perbandingan Akurasi Penggunaan...
162
Gambar 2. Scater Plot Parameter Lokasi pada Likert dan Pilihan Ganda
jauh dari garis y=x. Hanya ada 4 butir yangrelatif dekat dengan garis tersebut, yangditandai dengan adanya 4 titik yang dekatdengan garis y=x. Hasil selengkapnyadisajikan pada Gambar 2.
Hasil estimasi kemampuan laten res-ponden khususnya terkait dengan SRL yangdihasilkan dari pengukuran menggunakan
Gambar 3. Scater Plot Parameter Kemampuan Peserta Diestimasidengan Likert dan Pilihan Ganda
skala Likert dan menggunakan pilihanganda dibandingkan. Hasil perbandingandisajikan pada scater plot pada Gambar 3.
Berdasarkan hasil tersebut, diperolehadanya hubungan linear antara kemampuanlaten SRL yang diestimasi denganmenggunakan skala Likert dan pilihanganda. Hal ini dibuktikan dengan titik-titik
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 156-167
163
pada scater plot menyebar mendekati garisy=x. Hasil lain yang diperoleh yakni adanyakorelasi antara hasil estimasi denganmenggunakan skala Likert dan pilihanganda sebesar 0,552. Hal ini menunjukkanbahwa hasil estimasi skala Likert dapatmemberikan kontribusi untuk memprediksihasil estimasi dengan menggunakan pilihanganda sebesar 30,3%. Ini menunjukkanadanya korelasi sedang pada kedua hasilestimasi tersebut.
Hasil estimasi parameter butir kemu-dian digunakan untuk mengestimasi nilaifungsi informasi. Nilai fungsi informasi inimerupakan fungsi dari kemampuan laten,untuk menunjukkan kekuatan instrumenuntuk mengukur kemampuan laten. Nilaifungsi informasi ini dapat digunakan untukmemperkirakan kesalahan pengukuraninstrumen pada suatu skala kemampuan.Hasil estimasi nilai fungsi informasi(Value of Information Function, VIF) dankesalahan pengukuran (standard error
Gambar 4. Nilai Fungsi Informasi (VIF) dan Kesalahan Pengukuran (SEM)pada Skala Likert dan Pilihan Ganda
of measurement, SEM) pada skala Likertmaupun pilihan ganda disajikan padaGambar 4.
Berdasarkan Gambar 4, diperolehbahwa nilai fungsi informasi pada skalaLikert lebih tinggi dibandingkan dengannilai fungsi informasi pada pilihan ganda,untuk keseluruhan skala kemampuanlaten. Hal ini menunjukkan bahwa skalaLikert mempunyai kekuatan yang lebihbaik dibandingkan pilihan ganda untukmengukur SRL. Hasil estimasi kesalahanpengukuran pada kedua bentuk instrumentersebut menunjukkan hal yang serupa.
Kesalahan pengukuran pada estimasikemampuan dengan menggunakan skalaLikert lebih kecil dibandingkan denganSEM pada estimasi kemampuan latendengan menggunakan pilihan ganda.Hasil ini menunjukkan bahwa hasilpengukuran dengan menggunakan skalaLikert lebih akurat dibandingkan denganmenggunakan pilihan ganda.
Heri R.: Perbandingan Akurasi Penggunaan...
164
Pada penyusunan instrumen ber-dasarkan kisi-kisi, baik pada skala Likertmaupun pada pilihan ganda, semua butirtelah divalidasi oleh dua ahli psikologi dansatu ahli pengukuran. Perbaikan-perbaikanmulai dari indikator pada kisi-kisi dantermasuk bahasa dan pernyataan telahdilakukan. Pada kenyataannya, setelahdata dikumpulkan, hanya sedikit siswayang memilih sangat tidak setuju (STS)atau tidak pernah (TP) pada skala Likertatau memilih pilihan dengan skor 1 padapilihan ganda. Hal ini memberikan dampak,kategori 1 tidak dapat dianalisis, sehinggaperlu dilakukan penskoran ulang (rescale)skor 1 dan 2 menjadi 1, skor 3 menjadi 2,dan skor 4 menjadi 3. Penskoran ulang initentunya memberikan dampak pada hasilestimasi baik parameter butir maupunparameter kemampuan.
Pada skala Likert, pernyataan disajikansecara sederhana. Responden memberikantanggapan terhadap pernyataan juga sangatmudah, dengan memilih salah satu darisangat tidak setuju, tidak setuju, setuju,atau sangat setuju. Instrumen ini merupakaninstrumen yang lazim digunakan untukmengukur sikap, sehingga responden telahterbiasa dengan instrumen berbentuk skala
Likert. Lain halnya dengan instrumenyang berbentuk pilihan ganda. Pernyataandisajikan dalam kasus. Untuk dapatmemberikan respon instrumen bentukpilihan ganda, responden harus menelaahpernyataan yang sesuai baru kemudianmemilih jawaban. Cara ini dianggapoleh responden merupakan hal yangmerepotkan, dan juga bentuk pilihanganda untuk mengukur sikap merupakanbentuk yang belum cukup lazim digunakandi masyarakat. Contoh butir skala sikapdan pilihan ganda tentang menyusun petakegiatan atau aktivitas (butir nomor 8 dariinstrumen) disajikan pada Tabel 2. Hal inilahyang menyebabkan skala Likert lebih akuratdibandingkan dengan pilihan ganda.
Dengan menggunakan parameterbutir hasil estimasi, kurva karakteristikbutir atau sering pula disebut kurvaCategory Response Function (CRF) dapatdigambarkan. Sebagai contoh, untuk butirnomor 8 skala Likert, grafi k CRF disajikanpada Gambar 5 dan pada butir pilihan gandadisajikan pada Gambar 6.
Mencermati kurva pada Gambar 5tersebut, kategori kedua dari butir memilikifungsi untuk mengukur kemampuan latenpada skala sekitar 0,0-2,5. Namun pada
Tabel 2. Butir Instrumen tentang Menyusun Peta Kegiatan atau Aktivitas (Butir 8)Bentuk Pernyataan/Pilihan Jawaban
Likert Saya membuat peta kegiatan/aktivitas telah saya lakukan.Tidak Pernah Jarang Sering Selalu
Pilihan Ganda Mengenai usaha-usaha yang telah Anda lakukan, yang sesuaikeadaan Anda adalah … .
A. Saya memetakan kegagalan saya, sehingga memotivasimemperbaikinya. (skor 3)
B. Kegagalan, keberhasilan dan usaha yang telah saya lakukan, sayapetakan dalam pikiran saya saja. (skor 2)
C. Saya tidak memetakan usaha, keberhasilan dan kegagalan. (skor 1)D. Saya membuat peta/diagram dari usaha yang telah saya lakukan,
beserta hasilnya baik sukses maupun yang gagal. (skor 4).
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 156-167
165
Gambar 5. Kurva CRF Butir 8 pada Skala Likert
Gambar 6. Kurva CRF Butir 8 pada Instrumen Pilihan Ganda
pilihan ganda pada Gambar 6, kategori 2butir nomor 8 tidak memiliki fungsi, karenauntuk mengukur keseluruhan kemampuan,hanya diperlukan kategori pertama danketiga saja. Hal ini juga menyebabkan nilaifungsi informasi pada pilihan ganda lebihrendah dibandingkan dengan nilai fungsiinformasi pada Likert.
Dari pendapat responden mengenaiinstrumen, diperoleh informasi bahwa untukmengerjakan butir pilihan ganda, respondenharus membaca dan mencermati kalimatatau kasus dengan kalimat yang cukuppanjang. Hal ini dianggap menyulitkanresponden, karena ketika menggunakaninstrumen pilihan ganda, responden harus
Heri R.: Perbandingan Akurasi Penggunaan...
166
membaca lebih banyak. Sementara itu,ketika merespons instrumen dengan skalaLikert, pernyataan disajikan dengan lebihsederhana. Hal ini juga menyebabkaninstrumen pilihan ganda tidak lebih akuratdibandingkan dengan skala Likert.
SIMPULANHasil analisis dengan nilai fungsi
informasi pada respons peserta terhadapinstrumen SRL menunjukkan bahwaperangkat menggunakan skala Likert lebihbaik dibandingkan dengan menggunakanpilihan ganda untuk mengukur skalaSelf-regulated Learning (SRL). Hasil iniditunjukkan dengan nilai fungsi informasiinstrumen pada skala Likert yang lebihtinggi dibandingkan dengan pilihan ganda.Demikian pula halnya ketika menggunakankesalahan pengukuran standar, yangmemperkuat hasil penelitian bahwa skalaLikert lebih akurat untuk mengukur SRLdibandingkan dengan pilihan ganda.
Penelitian ini mempunyai keter-batasan. Analisis dalam penelitian inidilakukan hanya pada satu data saja danmenggunakan kasus kemampuan latenberupa skala SRL. Penelitian lain perludilakukan untuk mengetahui perbandinganakurasi berbagai bentuk instrumen untukmengukur berbagai kemampuan laten.Analisis juga perlu dilakukan bukan hanyapada satu data saja, namun juga melibatkanberbagai variabel, misalnya panjang tas danmetode estimasi skala kemampuan. Analisisini dapat menggunakan metode penelitiansimulasi dengan memperhatikan dataempiris, misalnya simulasi Monte-Carlo.
DAFTAR PUSTAKACohen, L., Manion, L., & Morrison, K.
2011. Research Methods in Education.Routlege: New York.
Dembo, M.H. 2004. Motivation and Learn-ing Strategies for College Success: A
Self-Management Approach. Marwah,NJ: Lawrence Erlbaum.
Du Toit, M. 2003. IRT from SSi: Bilog-MG, Multilog, Parscale, Testfact.Lincolnwood: SSi.
Hambleton, R.K., & Swaminathan, H. 1985.Item Response Theory, Principles, &Applications. Boston: Kluwer-Nijhoff.
Hambleton, R.K., Swaminathan, H., &Rogers, H.J. 1991. Fundamentals ofItem Response Theory. Newbury Park,CA: Sage Publication.
Kivinen, K. 2003. "Assessing Motivationand The Use o Learning Strategies bySeconday School Students in ThreeInternational Schools". Dissertation.University of Tampere.
Muraki, E. 1999. "New Appoaches toMeasurement". Dalam Masters, G.N.dan Keeves, J.P. (Eds). Advancesin Measurement in EducationalResearch and Assesment. Amsterdam:Pergamon.
Muraki, E., & Bock, R.D. 1997. Parscale3: IRT Based Test Scoring and ItemAnalysis for Graded Items and RatingScales. Chicago: Scintifi c Software Inc.
Pintrich, P.R. 2004. "A Conceptual Frame-work for Assessing Motivation andSelf-Regulated Learning in CollegeStudents". Educational PsychologyReview, 16(4), 385-407.
Retnawati, H. 2014. Teori Respons Butirdan Penerapannya (Untuk Peneliti,Praktisi, Pengukuran dan Pengujian,Mahasiswa Pascasarjana. Yogyakarta:Parama Publishing.
Schunk, D.H. 2005. "Self-regulated learn-ing: The educational legacy of Paul R.Pintrich". Educational Psychologist,40, 85-94.
Soric, I., & Palekcic, M. 2009. "The Roleof Students’ Interests in Self-RegulatedLearning: The Relationship betweenStudents’ Interests, Learning Strategies
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 156-167
167
and Causal Attributions. EuropeanJournal of Psychology of Education2009, XXIV(4), 545-565.
Tiurma, L., & Retnawati, H. 2014. "Ke-Efektifan Pembelajaran MultimediaMateri Dimensi Tiga Ditinjau dariPrestasi dan Minat Belajar Matematikasi SMA". Jurnal Kependidikan, 44(2),177-190.
Vrieling, E., Bastiaens, T., & Stijnend,S. 2012. "Effects of Increased Self-Regulated Learning Opportunities onStudent Teachers’ Motivation and Useof Metacognitive Skills". AustralianJournal of Teacher Education. 37(8),102-117.
Wahyono, S.B., Hardianto, D., & Miyarso,E. 2014. "Pengukuran Indeks EtosBelajar Siswa di Daerah IstimewaYogyakarta". Jurnal Kependidikan,44(1), 51-63.
Wolkers, C.A., Pintrich, P.R., & Karabenick,S.A. 2003. "Assesing Academic Self-Regulated Learning". Paper preparedfor the Conference on Indicators of
Positive Development: Definitions,Measures, and Prospective Validity,March 12-13, 2003.
Zimmerman, B.J. 1989. "A Social CognitiveView of Self-Regulated AcademicLearning". Journal of EducationalPsychology, 81(3), 329-339.
Zimmerman, B.J. 1990. "Self-regulatedLearning and Academic Achievement:An Overview". Education Psycho-logist, 25(1), 3-17.
Zimmerman, B.J. 2000. "Attaining Self-regulation: A Social CognitivePerspective". In Boekaerts, M.,Pintrich, P. R., & Zeidner, M. (eds.),Handbook of Self-Regulation: Theory,Research, and Applications, pp. 13-39.San Diego, CA: Academic Press.
Zumbrunn, S., Tadlock, J., & Danielle, E.2011. "Encouraging Self-RegulatedLearning in the Classroom. A Reviewof the Literature". Metropolitan Educa-tional Research Consortium (MERC).Virginia Commonwealth University.
Heri R.: Perbandingan Akurasi Penggunaan...