130. meraga sukma

Upload: antikhazar1866

Post on 06-Apr-2018

262 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    1/105

    M e r a g a S u k m a 1

    BASTIAN TITO

    Mempersembahkan :

    PENDEKAR KAPAK NAGA GENI212

    Wiro Sableng

    Episode ke 130 :

    Meraga SukmaHak cipta dan copyright milik Alm. Bastian Tito

    Wiro Sableng telah terdaftar pada

    Departemen Kehakiman Republik Indonesia

    Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek

    dibawah nomor 004245

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    2/105

    M e r a g a S u k m a 2

    Serial

    Ebook by : Tiraikasih (Kang Zusi)Scanning kitab by : Aby Elziefamailto:[email protected]

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    3/105

    M e r a g a S u k m a 3

    TIBA-TIBA SECARA ANEH TEMPAT TIDUR BESARITU BERGERAK MELUNCUR MENDEKATI WIRO.DEMIKIAN DEKATNYA HINGGA WIRO DAPATMELIHAT JELAS KECANTIKAN WAJAH DANKEBAGUSAN TUBUH NYI RORO MANGGUT.

    "KAU MASIH INGIN MENOLAK, PENDEKAR 212?AKU TAHU HATIMU BIMBANG. DI DALAM DIRIMUADA HATI NURANI YANG DIBUNGKUS OLEH SATUHASRAT YANG TIDAK BISA KAU INGKARI.TIDURLAH DI SAMPINGKU. KITA SUDAHMENJADI SEPASANG SUAMI ISTRI. AKU SIAPMELAYANIMU." NYI RORO ULURKANTANGANNYA. WIRO GARUK-GARUK KEPALA. DALAM HATIDIA BERKATA.

    "NGACOK! KAPAN NIKAHNYA AKU SAMA DIA!""WIRO...."

    "MAAFKAN AKU NYI RORO. AKU SUDAHMELUPAKAN UNTUK MENDAPATKAN ILMUMERAGA SUKMA ITU. AKU AKAN BERUSAHAMENCARI CARA LAIN UNTUK MENYELAMATKANBUNGA." NYI RORO MANGGUT TURUN DARI TEMPATTIDUR. BERDIRI DI HADAPAN WIRO DANPEGANG PUNDAK SI PEMUDA DENGAN KEDUA

    TANGANNYA. TIBA-TIBA NYI , RORO MANGGUTDEKATKAN MULUTNYA KE WAJAH SANGPENDEKAR.

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    4/105

    M e r a g a S u k m a 4

    BASTIAN TITO

    MERAGA SUKMA

    1

    DIPATI Salatiga Jatilegowo memacukudanya sekencang yang bisa dilakukan.Sosok Nyi Larasati tergeletak melintang diatas pangkuannya. Dalam hati orang ini

    merutuk tak henti-henti."Kurang ajar! Bagaimana kakek jahanam itu

    bisa mengikuti aku sampai ke sini? Kalau diaberlaku nekad terpaksa aku menghabisinya!"

    Jatilegowo berpaling ke belakang. Dua prajurityang ikut bersamanya masih belum kelihatan.Hatinya merasa tak enak.

    "Jangan-jangan mereka telah menemui ajal ditangan jahanam itu," pikir sang Adipati. Diaberusaha mempercepat lari kudanya. Tapidengan beban dua orang seperti itu sang kudatidak mampu lagi berlari lebih cepat walau diderasekalipun.

    Sebelumnya Jatilegowo punya rencana begitu

    berhasil mendapatkan Nyi Larasati dia akanmembawa janda itu ke Salatiga. Di sana akandiadakan perhelatan pesta perkawinan sekaliguspengumuman penggabungan KadipatenTemanggung dan Kadipaten Salatiga di bawahkekuasaannya sesuai dengan persetujuan SriBaginda. Tapi dengan kemunculan kakekberambut biru yang tidak diduganya sama sekali,dia terpaksa merubah rencana. Kuda diarahkanke selatan menuju Bandongan. Di desa itu diamemiliki sebuah rumah yang selama ini ditinggalkosong.

    Ketika sang surya terbit di timur, kemudianbergerak naik memancarkan sinarnya yang

    A

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    5/105

    M e r a g a S u k m a 5

    benderang dnn mulai hangat, Jatilegowo merasaagak loga. Tak ada yang mengejarnya. Larikudapun diperlambat. Sebelum tengahari diamemperkirakan akan sampai di Bandongan.Dugaannya tidak meleset. Sebelum mentari

    mencapai titik tertinggi Jatilegowo bersamajanda boyongannya telah memasuki DesaBandongan.

    Rumah kosong milik Jatilegowo terletak dibibir lembah subur berpemandangan indah. Adasatu aliran air jernih tak berapa jauh dari rumahitu. Jatilegowo hentikan kudanya dekat aliran air.Binatang itu dibiarkan mereguk air segar. Diasendiri menggendong Nyi Larasati yang masihberada dalam keadaan tertotok, melangkah

    menuju rumah.Di depan pintu rumah Jatilegowo hentikan

    langkah. Sunyi. Sang Adipati menyeringai. Diasuka akan kesunyian seperti itu. Dengan kakikirinya dia kemudian mendorong daun pintu yangterbuat dari papan tebal. Pintu terbuka, menge-luarkan suara berkereketan. Jatilegowo melang-kah masuk. Tapi baru satu kaki menginjak lantairumah, tiba-tiba dari dalam terdengar suara tawamengekeh. Membuat Jatilegowo tersentak dan

    cepat tarik kakinya ke belakang."Jatilegowo! Aku sudah bilang. Dunia ini kecildan sempit. Kau masih berlaku nekad hendakmencoba lari dariku? Mana mungkin! Manamungkin! Ha... ha... ha!"

    Kejut Jatilegowo seperti disambar petir. Diasegera melompat mundur, keluar dari dalamrumah. Dia maklum, bahaya besar mengancam didepan mata. Tubuh Nyi Larasati cepat-cepatdiletakkan di satu tempat di samping sebuahbatu besar. Lalu dia bergerak mendekati rumah,berhenti tujuh langkah di depan pintu yangterpentang lebar sementara dari dalam rumahmasih mengumbar suara tawa bergelak.

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    6/105

    M e r a g a S u k m a 6

    Jatilegowo kertakkan rahang. Tinju kanandikepalkan.

    "Sarontang! Keluarlah! Katakan apa maumu!"Berteriak Jatilegowo. Tangan kanannya di-

    tempelkan ke pinggang kiri di mana terselip

    sebuah senjata sakti mandraguna. Badik SumpahDarahsenjata yang didapatnya dari seorangkakek sakti di tanah Makassar, bernama DaengWattansopeng. (Baca dua Episode sebelumnyayakni "Badik Sumpah Darah" dan "Mayat Persem-bahan")

    Belum lenyap gema teriakan Jatilegowo, suaratawa di dalam rumah sirna. Lalu satu bayanganmelesat ke luar pintu, melayang di udara, jungkirbalik dua kali untuk kemudian turun ke bawah

    dnn tegak tiga langkah di hadapan Jatileciowo.Luar biasa sekali gerakan orang ini, pertanda diamemiliki ilmu meringankan tubuh yang sudahsampai pada puncaknya. Dan manusia satu initernyata bukan lain kakek berambut biruberminyak.

    "Hebat! Dulu kau memanggil aku dengansebutan kakek Sarontang. Kini Sarontang saja!Hebat! Tapi kurang ajar! Ha... ha... ha!"

    Jatilegowo mendengus.

    "Perlu apa memakai segala bahasa halus danperadatan terhadap manusia sepertimu!""Oo begitu?! Ha... ha... ha!" Si kakek berambut

    biru kembali umbar tawa panjang. "Benar rupanyalidah tidak bertulang. Hati bisa menjadi batu.Manusia bicara semaunya sesuai kebutuhan perutdan pantatnya! Ha... ha... ha!"

    "Aku muak mendengar suara tawamu!Katakan bagaimana kau bisa mengikuti akusampai ke sini?!" bentak Jatilegowo.

    Sarontang menyeringai."Jatilegowo, apa kau lupa?! Aku yang bernama

    Sarontang ini sebenarnya adalahAryo Probo,Pangeran Kerajaan Pakubuwon! Aku lebih

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    7/105

    M e r a g a S u k m a 7

    tahu setiap jengkal seluk beluk Tanah Jawa dikawasan ini dari padamu! Selagi kau masih orokaku sudah malang melintang di daerah ini!"

    "Lalu apa maumu mengikuti diriku! Kauinginkan janda muda cantik bernama Nyi Larasati

    ini?!" Kembali Jatilegowo membentak.Sarontang tertawa bergelak."Kau tanya mengapa aku mengikuti dirimu?

    Aku punya sejuta alasan! Tapi tidak untuk menda-patkan janda cantik itu. Kau tahu seleraku. Kaupernah bermain cinta denganku! Apa kau lupa?!"

    Mendengar ucapan terakhir si kakek Jatilegowokeluarkan suara seperti orang mau muntah.Memang jika dia ingat peristiwa terkutuk itu, rasa

    jijik membuat perutnya bergulung mual.

    "Tua bangka mesum! Dosa bejatmu tak akanterampunkan!"

    Sarontang menyeringai."Justru aku mengejarmu sejak kau kabur dari

    Tanah Makassar karena dirimu membawa duadosa besar pengkhianatan!"

    "Hehmm! Kau seperti malaikat yang hendakmengadili insan! Aku kawatir otakmu sudah sejaklama miring Sarontang!"

    Diejek orang begitu rupa si kakek bukannya

    marah malah kembali umbar tawa panjang."Dosa pertamamu! Kau membunuh pemudabernama Bontolebang yang jadi kekasihku! Kaubunuh secara keji dan mayatnya kau kirimkanpadaku sebagai Mayat Persembahan! Sungguhkurang ajar dan keterlaluan! Dosa keduamu! Kaumembawa kabur Badik Sumpah Darah asli.Memberikan badik palsu padaku! Dua dosa itusudah cukup alasan bagiku untuk mengulititubuhmu saat ini juga!"

    Jatilegowo sunggingkan seringai mengejek."Tadi kau berlaku seperti malaikat. Kini seperti

    tukang potong sapi hendak menguliti diriku!Jangan bicara ngacok di hadapanku Sarontang!

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    8/105

    M e r a g a S u k m a 8

    Kalau mau gila pergilah ke tempat lain! Akunasihatkan, sebaiknya kau lekas angkat kaki darihadapanku sebelum kuhabisi! Pangeran AryoProbo, apa kau tidak sayang tahta kerajaan yangselama ini kau inginkan? Apa kau benar-benar

    ingin mampus sebelum merasakan bagaimananikmatnya jadi Raja? Bagaimana nikmatnya dudukdi atas tahta Kerajaan dalam Keraton yang indahdan serba mewah? Dengan permaisuri sertadikelilingi para gundik yang canti-cantik?!"

    Sarontang hanya ganda tertawa."Mulutmu ternyata cukup pandai menghasut.

    Tapi siapa mau mendengar. Hasutanmu hanyatipuan keji karena penuh racun dan bisa. DengarJatilegowo, aku datang untuk minta Badik Sumpah

    Darah asli. Serahkan padaku sekarang juga!Karena senjata itu aku perlukan untukmendapatkan tahta Kerajaan!"

    Jatilegowo menyeringai lalu gelengkan kepala."Aku tidak akan memberikan badik itu pada

    siapa pun! Juga tidak padamu! Jika kau inginmerampas tahta Kerajaan silakan kau lakukansendiri. Aku kawatir tahta yang kau idamkanselama ini akan menjadi tahta berdarah! Kauakan menemui kematian sebelum berhasil

    menyentuhnya!""Bicara soal kematian mungkin kau yangbakal mampus duluan dariku, Jatilegowo! Kecualikau mau menyerahkan badik itu padaku sekarang

    juga! Serahkan!""Tua bangka takabur! Kau akan kubuat mati

    tak berkubur!" bentak Jatilegowo. Habis berkatabegitu Adipati Salatiga ini menggebrak maju,hantamkan tangan kiri kanan ke arah dada sikakek.

    "Bukk... bukkk... bukkk... bukkk!"Empat jotosan kilat, keras dan bertenaga

    dalam tinggi melanda dada Sarontang. Jangankanterpental atau menjerit kesakitan, bergeming

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    9/105

    M e r a g a S u k m a 9

    sedikit pun sosok si kakek tidak. Di wajahnyasama sekali tidak membersit kerenyit kesakitan!Malah Sarontang kemudian tertawa bergelak.

    Kagetlah Jatilegowo. Jotosannya tadijangankan manusia. Tembok batu sekali pun bisa

    jebol hancur!Sarontang masih umbar tawa bergelak. Tiba-

    tiba dia angkat tangan kanannya ke atas laluberseru.

    "Anak-anak! Bunuh manusia pengkhianat ini!"Begitu ucapan Sarontang berakhir tiba-tiba

    menggemuruh suara aneh menggidikkan. Sepertiraungan anjing tapi juga menyerupai lolonganmanusia!

    Jatilegowo tersentak kaget dan mundur dua

    langkah. Dia ingat peristiwa di GunungLompobatang. Sarontang mempunyai peliharaanmanluk-mahluk aneh. Pada saat-saat tertentumahluk-mahluk itu diberinya makan berupaburung-burung yang beterbangan di udara.

    Apakah dia membawa serta mahluk-mahlukpeliharaannya itu ke Tanah Jawa? Jatilegowotidak pernah melihat bagaimana bentuk mahluk-mahluk peliharaan Sarontang itu. Dia mendongakke atas. Suara menggemuruh semakin keras.

    Lalu dia melihat puluhan benda aneh melesat darilangit seolah keluar dari perut matahari!"Wuuuttt... wuuuttt!""Bettt... betttt!""Kraakk... kraaakkk!""Bukkk! Byaaarrr!"Puluhan mahluk menyambar ke arah

    Jatilegowo. Adipati Salatiga ini cepat jatuhkandiri ke tanah lalu cepat pula bangkit berdiri. Ketikadia berhasil bangkit dan memandang ke depan,pucatlah tampang Jatilegowo.

    Dua buah pohon cukup besar di depan sanaberpatahan lalu tumbang ke tanah. Di sampingdikir tak jauh dari aliran air, batu besar di dekat

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    10/105

    M e r a g a S u k m a 10

    mana dia membaringkan Nyi Larasati hancurberkeping-keping. Suara raung dan lolongankembali menderu. Di udara berlesatan puluhanmahluk menyerupai kelelawar tapi memiliki duatangan berkuku panjang hitam seperti manusia

    dan kepala menyerupai srigala bertaring penuhlumuran darah!

    Seumur hidup Jatilegowo tidak pernah melihatmahluk aneh dan seram seperti ini. Kelelawarbukan, manusia bukan, srigala juga bukan! Daninilah rupanya yang disebut Sarontang sebagaianak anak peliharaannya. Yang sanggup menabasbatang pohon, menghancurkan batu besar!

    "Bunuh!"Tiba-tiba Sarontang berteriak.

    "Wuutt... wuuttt!""Beettt... beettt!"Puluhan mahluk aneh menukik ke bawah,

    melesat menyambar menyerang denganmengeluarkan suara mengerikan. Jatilegowomerunduk, sambil jatuhkan diri dia hantamkandua tangan ke atas. Dia berhasil memukul duamahluk aneh hingga terpental. Tapi dua mahlukitu tidak cidera sedikit pun malah meraungmelolong tambah beringas. Jatilegowo sendiri

    ketika berusaha bangkit terkejut pucat ketikamelihat bagaimana lengannya kiri kanan telahbergelimang darah, ternyata di balik lenganpakaian birunya yang robek besar, dagingtangannya telah terkuak koyak, entah kenacakaran entah disambar taring mahluk-mahlukaneh.

    "Bunuh!"Kembali terdengar Sarontang berteriak.Raung dan lolongan mahluk aneh semakin

    hebat. Puluhan berkelebat, menyambar ke arahJatilegowo. Dalam takutnya Jatilegowo ikut ber-teriak keras. Di saat genting mengerikan begiturupa dia ingat pada senjata sakti mandraguna

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    11/105

    M e r a g a S u k m a 11

    yang tersisip di pinggang kirinya. Tangankanannya yang berlumuran darah segera bergerakke pinggang. Di lain kejap di udara siang yangterang benderang itu berkiblat sinar birukehitaman.

    "Craass... crassss... craasss!"Raung lolongan menggelegar keras

    menggidikkan.Darah berciparatan di udara.Enam mahluk aneh jatuh berkaparan di tanah

    dalam keadaan terkutung-kutung, meraungsambi! meronta geliatkan tangan, melolongdelikkan mata lalu melosoh diam tak berkutik lagi.

    Sarontang menggerung keras saksikan enamanak-anak peliharaannya menemui kematian

    begitu rupa. Dalam marah yang menggelegakmatanya terkesima melihat benda di tangan kananJatilegowo. Badik Sumpah Darah! Senjata itubergelimang darah. Darah berasal dari luka besardi tangan Jatilegowo bercampur darah yangberasal dari pembantaian tubuh anak-anakpeliharaannya!

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    12/105

    M e r a g a S u k m a 12

    BASTIAN TITO

    MERAGA SUKMA

    2

    SAP kelabu mengepul keluar dari ubun-ubun Sarontang. Sepasang matanyaberubah merah tapi tampak berkaca-kaca.

    Mulutnya berkomat kamit merapal sesuatu. Tiba-tiba mulut itu berteriak.

    "Bunuh!"Sunyi sesaat lalu puluhan mahluk aneh yang

    melayang di udara mendadak berubah menjadi

    besar, hampir dua kali besar semula. Dari kepalamasing-masing mengepul asap kelabu sepertiyang keluar dari ubun-ubun Sarontang. Kesunyianhanya sekejapan. Sesaat kemudian didahuluigemuruh raung lolongan puluhan mahluk itumelesat menyerbu ke arah Jatilegowo. Meskipanik setengah mati melihat apa yang terjaditapi Jatilegowo berusaha tabahkan diri. Di tengahserbuan puluhan mahluk aneh, dua kakinyalaksana menancap ke tanah. Tangan yang

    memegang Badik Sumpah Darah dihantamkan keatas. Sinar biru kehitaman menderu dahsyat,membentuk lingkaran membentengi Jatilegowodari setiap serbuan mahluk halus.

    "Wuuuttt... wuttt...!""Bett... bettt....""Craasss... craasss... craasssi"Sarontang menjerit keras ketika meiihat bagai-

    mana anak-anak peliharaannya satu persatuterpental, jatuh ke tanah dalam keadaan mati

    terkutung-kutung."Celaka! Badik Sumpah Darah tidak bisadibuat main!" Dada Sarontang bergetar. Selagi

    A

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    13/105

    M e r a g a S u k m a 13

    dia terkesima kembali mahluk-mahluk anehpeliharaannya mati berjatuhan di depan mata.

    "Anak-anak! Pulang!" Sarontang akhirnyaberteriak.

    Lolongan dan raungan menggelegar lalu ter-

    dengar suara sayap bergelepakan. Sesaat ke-mudian belasan mahluk aneh yang masih hidupmelesat tinggi ke udara, berputar di atas kepalaSarontang dua kali lalu melesat ke arah timurhingga akhirnya lenyap dari pemandangan. Kinidi tempat itu kembali hanya tinggal Sarontangdan Jatilegowo serta Nyi Larasati yang terbujurdi dekat batu besar yang telah hancur. Dalamkeadaan tertotok tak bisa bergerak tak bisabersuara janda cantik ini menyaksikan semua

    apa yang terjadi. Tadinya dalam hati dia berharapkakek berambut biru berminyak itu akan mampumengalahkan Jatilegowo hingga dia punyakesempatan untuk selamat. Tetapi begitu melihatbagaimana mahluk-mahluk aneh peliharaan sikakek akhirnya terbang melarikan diri, rasa takutkembali menyelimuti diri Nyi Larasati.

    "Sarontang! Kau telah menyaksikan apa yangterjadi!" Tiba-tiba Jatilegowo keluarkan ucapan."Aku memberi kesempatan padamu untuk

    meninggalkan tempat ini!"Sarontang tak segera menjawab. Dalam hatidia membatin. Badik itu, aku harus bisamerampas dari tangannya." Lalu si kakek berkata."Aku baru pergi dari sini kalau kau mau menye-rahkan badik itu!"

    "Tua bangka tak tahu diri! Diberipengampunan malah minta mampus!"

    Sarontang tak mau menunggu lebih lama.Begitu orang membentak kakek ini segera melesatke depan. Tangan kanannya dihantamkan. Kepaladigoyangkan. Lilitan tali yang terbuat dari ususmanusia yang ada di keningnya melesatmenyambar laksana cambuk ke arah leher

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    14/105

    M e r a g a S u k m a 14

    Jatilegowo. Bersamaan dengan itu si kakekkirimkan serangan susulan berupa tendangan kearah dada lawan.

    Seperti diketahui Sarontang memiliki ilmumeringankan tubuh tingkat tinggi yang sudah

    sampai pada puncaknya. Gerakan tigaserangannya yang laksana kilat itu mau tak maumembuat Jatilegowo tersentak kaget. Cepat diamembuat gerakan mengelak sambil babatkanBadik Sumpah Darah.

    Hantaman tangan serta sambaran lilitan taliberhasil dielakkan Jatilegowo. Malah badik saktidi tangan kanannya nyaris mendera paha kananInwan. Entah bagaimana tahu-tahu kaki kanan siknkek mendadak terangkat ke atas. Tendangan

    ynng tadi mengarah dada kini melabrak bahukniinn Jatilegowo, membuat Adipati Salatiga initerpental dan terjengkang jatuh. Sarontang tidaksia-siakan kesempatan. Selagi lawan masihterkapar di tanah begitu rupa dia lepaskan satupukulan tangan kosong mengandung hawa sakti.Pukulan dahsyat ini memancarkan cahaya kelabukarena dialiri tenaga dalam tinggi. Jatilegowotidak punya kesempatan untuk selamatkan diri.

    "Jahanam keparat! Makan badikku!"

    Dalam saat genting begitu rupa Jatilegowokerahkan tenaga dalam lalu babatkan BadikSumpah Darah. Cahaya biru kehitaman yangkeluar dari badik sakti langsung berbenturandengan sinar kelabu pukulan sakti Sarontang.

    Anehnya benturan dahsyat itu tidakmengeluarkan suara letusan. Yang kelihatanhanya bunga api berpijaran lalu terdengarkeluhan Sarontang. Kakek berambut biruberminyak ini terjajar ke belakang sambil satutangan memegangi kening, sementara tanganlain diletakkan di atas dada. Tali yang melibatkening dan dipergunakan sebagai senjata untukmenyerang lawan telah berubah menjadi kepulan

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    15/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    16/105

    M e r a g a S u k m a 16

    Sarontang melompat mundur sambil keluarkanpekik kesakitan. Lima jari tangan kanannyakepulkan asap biru. Bersamaan dengan itu hawapanas luar biasa menggerogoti tangan kirinya.Dia merasa tangan itu laksana lumer. Sarontang

    kucurkan keringat dingin, kerahkan tenagamenahan sakit. Ketika diperhatikan dia saksikanbagaimana lima kuku jari tangan kirinya terbabatputus. Sisa kuku yang masih menempel di ujung-ujung jari tampak hangus kehitaman danmengepulkan asap.

    Jatilegowo tertawa bergelak."Sarontang kakek mesum! Umurmu tak bakal

    lama! Racun badik akan merasuk ke dalamtubuhmu, menghancurkan pembuluh darah

    menjebol jantungmu! Ha... ha... ha!"Pucatlah wajah tua Sarontang. Dia tahu

    Jatilegowo tidak bisa dusta. Racun Badik SumpahDarah yang berasal dari Pohon Tuba jahat luarbiasa. Sekali racun itu masuk ke dalam tubuhtidak satu mahluk hidup pun bisa bertahan.

    "Jahanam!" rutuk Sarontang. Dia gerakkantangan kanannya ke tangan kiri. Lalu kraakk!Sarontang pelintir dan tanggalkan tangan kirinyasendiri sebatas pergelangan! Kutungan tangan

    kiri ketika dicampakkannya ke tanah telahberubah menjadi sangat hitam. Dia masihberuntung. Walau tangan kirinya kini hancurbuntung tapi racun jahat Badik Sumpah Darahtidak sampai masuk ke dalam tubuhnya!

    Jatilegowo tertawa mengekeh."Sarontang. Kau memang bisa selamat dari

    racun badik, tapi kau tidak bisa selamat daribadiknya sendiri!"

    Habis berkata begitu Jatilegowo melompat kedepan sambil kirimkan satu tusukan ganas. TapiSarontang yang sudah tahu gelagat cepat melesatke udara. Kakek ini sengaja melesat ke atas satupohon besar, lalu berpindah ke pohon lain dan

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    17/105

    M e r a g a S u k m a 17

    akhirnya lenyap dari pemandangan. Jatilegowoyang tidak punya kemampuan untuk berbuatseperti itu, tak bisa melakukan pengejaran. Diahanya menyumpah habis-habisan. Saat ini diamemang bisa membuat si kakek tak berdaya dan

    melarikan diri. Namun dia maklum satu saat orangtua itu akan muncul kembali untuk dapatkanBadik Sumpah Darah dan membunuh dirinya.Selama Sarontang masih hidup dia akan merasatidak tenteram.

    Untuk beberapa lamanya Jatilegowo meman-dang ke arah lenyapnya si kakek di atas deretanpohon-pohon sebelah sana. Kemudian dia per-hatikan koyakan iuka pada dua tangan kiri kanan.Dengan badik yang dipegang di tangan kanan

    Jatilegowo ucapkan senjata itu ke tangan kiri.Asap biru kehitaman mengepul. Ketika asaplenyap, luka mengerikan di tangan kirinya ikutlenyap.

    Jatilegowo menyeringai. Dia letakkan BadikSumpah Darah di kening lalu cium senjata saktimandraguna itu. Badik kemudian dipindah ketangan kiri. Lalu seperti tadi senjata sakti man-draguna ini diusapkan ke tangan kanan yangluka parah akibat serangan mahluk-mahluk halus

    peliharaan Sarontang. Asap biru mengepul,begitu asap sirna, luka di tangan kanan Jatilegowoikut lenyap. Kembali Jatilegowo letakkan badiksakti di atas kening. Sambil mencium senjata itudia berkata. "Terima kasih badik sakti. Aku akanmenjaga dirimu baik-baik. Harap kau juga maumenjaga diriku baik-baik."

    Mendadak ada suara derap kaki kudameninggalkan tempat itu. Jatilegowo tersentakkaget. Dia ingat pada Nyi Larasati. Secepat kilatdia melompat ke balik hancuran batu besar dimana tadi dia membaringkan janda itu. Sepertidisambar petir begitu terkejutnya Adipati Salatigaini ketika dapatkan sosok Nyi Larasati tak ada

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    18/105

    M e r a g a S u k m a 18

    lagi di tempat itu."Jahanam! Siapa berani mati punya pekerjaan!

    Nyi Lara! Nyi Lara! Di mana kau?" teriakJatilegowo. Dia memandang berkeliling. Kudabesar miliknya masih ada di tempat itu. Tadi

    dia mendengar suara derap kaki kuda. Berartiorang melarikan Nyi Lara menunggang kuda.Siapa? Mungkin Sarontang yang kembali lagisecara tak terduga, membawa kuda danmenculik Nyi Larasati?

    "Tidak mungkin setan tua keparat itu," ujarJatilegowo dalam hati. "Tak mungkin dia. Lalusiapa...?" Jatilegowo tak bisa menjawab. Diahanya bisa menyumpah habis-habisan lalumelompat ke atas kudanya. Bintang ini segera

    dipacu ke arah lenyapnya suara derap kaki kudatadi.

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    19/105

    M e r a g a S u k m a 19

    BASTIAN TITO

    MERAGA SUKMA

    3ALAM Episode sebelumnya (Tahta JandaBerdarah) diceritakan bahwa Wiro minta

    pertolongan Ratu Duyung untukmempertemukannya dengan Nyi Roro Manggut.Sesuai petunjuk Kakek Segala Tahu, Nyi Roromemiliki satu-satunya ilmu kesaktian yang bisadipergunakan Wiro untuk menolong Bunga keluardari sekapan guci tembaga Iblis Kepala Batu Alis

    Empat. Ketika Wiro mengutarakan maksudnyaRatu Duyung tidak memberikan jawaban.Menyangka gadis bermata biru ini tidak maumenolongnya karena baru sembuh dan mungkinmasih berada di bawah pengaruh petaka besaryang baru dialami yakni dicelakai oleh Nyi Ragildengan ilmu Mengupas Raga hingga dadanyamengalami luka mengerikan, maka tanpa maumemaksa Wiro akhirnya tinggalkan puncak BukitMenoreh. Agaknya dia harus berusaha sendiri

    mencari Nyi Roro Manggut yang konon berdiamdi dasar samudera kawasan selatan. Di puncakBukit Menoreh saat itu ada Bidadari Angin Timurdan Anggini. Bujang Gila Tapak Sakti telah pergiduluan ke Temanggung.

    Tidak dinyana ternyata Ratu Duyung mengejarWiro dan berhasil menyusul sang pendekar disatu tempat. Kepada Bidadari Angin Timur dan

    Anggini Ratu Duyung sebelumnya dia memberitahu karena ada satu keperluan di Kotaraja makadia terpaksa meninggalkan dua gadis sahabatnyaitu.

    "Menurutmu...." berkata Bidadari Angin Timurpada Anggini sesaat setelah Ratu Duyung

    D

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    20/105

    M e r a g a S u k m a 20

    tinggalkan Bukit Menoreh. "Apakah dia benar-benar pergi ke Kotaraja?"

    Anggini tersenyum."Kau bisa menduga sendiri. Menurutmu

    bagaimana?" balik bertanya murid Dewa Tuak.

    "Kita sama tahu," jawab Bidadari Angin Timur."Antara Ratu Duyung dan Bunga sejak peristiwaWiro menolong Ratu Duyung di Puri PeleburKutuk telah terjadi perselisihan yang tak mungkindiperbaiki. Bunga berpendapat Ratu Duyungsecara licik telah memperdayai Wiro dan berhasilmendapatkan kejantanan pemuda itu. Padahalkita tahu hal tersebut sebenarnya tidak pernahkejadian. Kesembuhan Ratu Duyung dari penyakitkutukan semua karena kehendak Tuhan Yang

    Maha Kuasa. Dalam perselisihan yang masihberlarut-larut, bagaimana mungkin sekarang RatuDuyung mau dan rela menolong Wiromembebaskan Bunga dari sekapan guci IblisKepala Batu?" (Mengenai peristiwa di Puri PeleburKutuk harap baca serial Wiro Sableng berjudul"Tua Gila Dari Andalas" terdiri dari 11 Episode)

    Anggini tak segera menjawab. Gadis ituberdiam diri seolah tengah memikirkan sesuatu.

    Sesaat kemudian baru Anggini berkata."Dari sudut pandanganmu hal itu memangbisa seperti yang kau katakan. Tapi dari sudutpandangan Ratu Duyung sendiri, bukankah iniberarti satu kesempatan baginya untuk lebihmendekatkan diri dengan Wiro?"

    "Dengan kata lain kau tidak yakin RatuDuyung benar-benar pergi ke Kotaraja?"

    Anggini menggeleng. "Dia tidak ke Kotaraja.Aku yakin saat ini Ratu Duyung tengah mengejarPendekar 212 Wiro Sableng!"

    "Lalu kita mau berbuat apa?" tanya BidadariAngin Timur pula sambil melirik pada Anggini.

    "Kau punya usul apa, sahabatku?" balik

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    21/105

    M e r a g a S u k m a 21

    bertanya Anggini."Aku bisa pergi ke mana saja aku suka. Na-

    mun aku justru memikirkan dirimu.""Memikirkan diriku?" Anggini berucap heran.Bidadari Angin Timur mengangguk. "Dalam

    rimba persilatan sudah bukan rahasia lagi. Hampirsemua orang mengetahui kalau gurumu DewaTuak ingin menjodohkan dirimu dengan Pendekar212...."

    "Ah, perkara yang satu itu tak usah kita bi-carakan," kata Anggini. Selain memang tidak sukamembicarakan soal perjodohannya dengan Wiro,

    Anggini juga maklum kalau Bidadari Angin Timuradalah salah satu dari sekian banyak gadis yangmenginginkan pemuda yang dikasihinya itu.

    "Kau tak ingin membicarakan perjodohanmu.Tak ingin membicarakan jalan hidupmu dikemudian hari. Itu hakmu, aku tak beranimemaksa.Tapi sebagai sahabat, kalau aku bolehbertanya mengapa kau tidak suka membicarakanhal itu...."

    "Mengenai perjodohanku dengan Wiro ituhanya maksud baik guruku saja. Dari pihak Wirodan gurunya Eyang Sinto Gendeng dingin-dingin

    saja. Menurutmu apakah perjodohan itu bisadipaksakan?""Tentu saja jodoh tidak bisa dipaksakan. Tapi

    bisa diatur...." jawab Bidadari Angin Timur. "Kitasuka orang tak mau. Orang mau kita tak suka.Mana mungkin kejadian?"

    "Nah kalau kau bisa berucap seperti itu,berarti kau sudah tahu permasalahannya. Jadikita tak usah membicarakan berpanjang-panjang.Sekarang hanya tinggal kita berdua di puncakbukit ini. Tak lama lagi pagi segera datang. Apayang hendak kita lakukan?" bertanya Anggini.

    "Kita dimintai pertolongan mencari PedangNaga Suci 212 oleh Wiro...." kata Bidadari Angin

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    22/105

    M e r a g a S u k m a 22

    Timur pula."Betul, lalu apa yang akan kita lakukan? Ke

    mana kita akan pergi?" tanya Anggini."Sebaiknya kita tinggalkan saja bukit ini.

    Sambil berjalan kita bisa bicara ke mana kita

    akan pergi. Tapi jika aku boleh memilih, aku akanpergi ke tempat di mana kira-kira beradanyaPangeran Matahari."

    "Mengapa begitu?" tanya Anggini."Dia biang racun dari segala malapetaka yang

    terjadi belakangan ini. Lalu, aku juga tidak akanpernah melupakan bahwa dialah yang telahmenghamili lalu membunuh adik kembarku sen-diri!" (Mengenai kematian gadis bernama Pandan

    Arum kisahnya dapat dibaca dalam "Kiamat Di

    Pangandaran" Episode terakhir dari "Wasiat Iblis"terdiri dari 8 Episode)

    Bidadari Angin Timur memegang lenganAnggini. Dua gadis itu menuruni bukit sambilberpegangan tangan. Dalam hati Bidadari AnginTimur muncul selarik kegembiraan. Kini dia tahupasti bahwa perjodohan antara Anggini denganWiro hanya tetap menjadi satu niat belaka, yangtak akan mungkin menjadi kenyataan. Berarti bagiBidadari Angin Timur seorang saingan dalam

    memperebutkan cinta Pendekar 212, yaitu gadisbernama Anggini yang saat itu berjalanberdampingan bersamanya, tidak perludikhawatirkan lagi. Puti Andini yang jugamencintai Wiro telah meninggal dunia. Bungagadis alam roh yang bagaimanapun juga sampaikiamat tak mungkin bersatu sebagai suami istridengan Wiro. Jadi kini hanya Ratu Duyungseorang yang harus diperhatikannya.

    "Sahabat, apa yang tengah kau pikirkan sam-bil melangkah?"

    Suara Anggini mengejutkan Bidadari AnginTimur. Gadis ini tersenyum. Tapi tak menjawab.

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    23/105

    M e r a g a S u k m a 23

    SANG SURYA mulai condong ke barat ketikaPendekar 212 Wiro Sableng dan Ratu Duyungturun dari biduk kecil yang ditumpanginya sampaidi satu muara di kawasan selatan. Kini samuderaluas terbentang di hadapan mereka. Ratu Duyung

    memandang ke langit, memperhatikan letakmatahari.

    "Kita tunggu sampai sang surya masuk ketempat tenggelamnya. Pada saat itu kita barumasuk ke dalam laut," kata Ratu Duyung.

    "Kenapa tidak masuk sekarang saja?" tanyaPendekar 212.

    "Ada hitungannya Wiro....""Hitungan? Hitungan apa?" tanya Wiro sambil

    garuk-garuk kepala.

    "Hitungan agar kita sampai pada waktu yangtepat dan baik. Agar maksud dan tujuan bisaterlaksana dengan baik pula...."

    "Aku tidak mengerti. Tapi aku menurut apayang baik menurutmu saja," kata Wiro. Lalu diameneruskan. "Ingat peristiwa beberapa waktu laluketika pertama kali kau membawaku masuk kedalam laut di pantai selatan ini?"

    Ratu Duyung tersenyum. "Apa yang masihkau ingat, Wiro?"

    "Waktu itu sehabis pertempuran besar diPangandaran. Aku naik kereta putih bersamamu.Kereta itu menuruni pantai, masuk ke dalam laut.

    Aku ketakutan....""Kau takut mati. Tapi tidak mati kan?" ujar

    Ratu Duyung pula sambil tersenyum."Sekarang kau tidak membawa kereta.

    Bagaimana caranya kita bisa masuk ke dalamlaut?"

    Ratu Duyung tertawa."Tanpa kereta kita bisa lebih cepat sampai ke

    tujuan. Atau mungkin kau punya usul bagaimanacaranya kita bisa sampai lebih cepat?"

    Pendekar 212 tertawa. Lalu gelengkan kepala.

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    24/105

    M e r a g a S u k m a 24

    "Wiro, satu hal harus kau ingat baik-baik,"kata Ratu Duyung. "Keadaan samudera kawasanselatan saat ini, dibanding ketika dulu pertamakali kau bersamaku masuk ke sana, jauh berbeda.Dulu aku masih menjadi orang dalam yang bisa

    bergerak bebas ke mana aku suka. Sekarangsetelah aku terlepas dari kutukan berkat per-tolonganmu, aku bukan lagi orang dalam. Lang-kahku terbatas. Gerak gerikku akan diawasi. Jadikita harus berlaku sangat hati-hati. Jangan sampaiberbuat salah atau keliru. Begitu berada dalamair, kau harus mengerahkan Ilmu MenembusPandang hingga daya penglihatanmu bisa lebihluas. Lalu satu hal lagi. Sebelum kita sampai kekawasan tempat kediaman Nyi Roro Agung, di

    dalam air kau tidak akan bisa bicara. Jadi jangancoba-coba membuka mulut. Kecuali kalau kauIngin perutmu kembung kemasukan air laut!"

    "Semua ucapanmu akan kuperhatikan Ratu,"kata Wiro pula. "Mengenai Nyi Roro Manggutyang akan kita temui itu. Apakah dia...."

    "Ingat, aku bukan lagi orang dalam. Akupunya pantangan. Tidak boleh menerangkansegala sesuatu menyangkut isi samuderakawasan selatan. Mengenai Nyi Roro Manggut,

    kalau Nyi Roro Agung memberi izin kau akanbertemu sendiri dengan dia. Kau bisa mengajukanseribu satu pertanyaan."

    "Bagaimana kalau Nyi Roro Agung tidakmemberi izin?" tanya Wiro.

    "Berarti kita harus menunggu sampai bulanpurnama mendatang. Saat itu biasanya Nyi Roro

    Agung bersikap baik dan mengabulkan segalasesuatu yang dipinta."

    Wiro menarik nafas dalam, menggaruk kepala.Lalu lama sekali dia memandang ke tengah lautsementara sang surya semakin condong ke barat.

    "Apa yang tengah kau pikirkan? Apa yangada dalam benakmu?" bertanya Ratu Duyung.

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    25/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    26/105

    M e r a g a S u k m a 26

    Dahsyatnya bukan kepalang. Puncak gunungkarang sekali pun kalau kena dihantam pastiakan papas buntung...."

    Wiro hentikan ucapannya ketika dilihatnyaRatu Duyung tersenyum.

    "Ratu, mengapa kau tersenyum?""Aku maklum sudah. Eyang Sinto Gendeng

    tidak pernah mengajarkan atau memberikan ilmuitu padamu. Itu yang membuat hatimu kecewadan menjadi ganjalan. Mungkin juga merasadirimu tidak dipercaya untuk menguasai ilmu itu."

    "Apa yang kau katakan memang benaradanya...."

    "Eyang Sinto Gendeng pasti punya alasanmengapa tidak mewariskan ilmu itu. Atau belum

    mewariskan ilmu itu padamu."Wiro mengangguk."Beliau memang pernah berkata. Aku belum

    pantas, belum bisa dipercaya untuk memiliki ilmuitu," kata Wiro pula. (Baca serial Wiro Sablengberjudul "Munculnya Sinto Gendeng)

    "Kalau begitu kau tak perlu kecewa. Satuketika ilmu luar biasa itu pasti akan diajarkannyapadamu."

    "Sewaktu Bujang Gila Tapak Sakti dilabrak

    serangan itu, dalam kejutnya pemuda gendut ituberseru menyebut ilmu yang dikeluarkan EyangSinto Gendeng. Sepasang Sinar Inti Roh."

    "Wiro sebaiknya kau tak usah menurutkanperasaan. Bukankah ada ujar-ujar mengatakan.Jangan perasaan menipu jalan pikiran...."

    Wiro tertawa. Dibelainya punggung RatuDuyung sehingga gadis bermata biru ini merasasejuta kebahagiaan. Dua matanya yang birubagus dipejamkan. Dalam keadaan seperti itudia berkata.

    "Wiro, jika kau masih belum puas, mungkinaku bisa membantu."

    "Kau mau meminta guruku agar mengajarkan

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    27/105

    M e r a g a S u k m a 27

    ilmu Sepasang Sinar Inti Roh itu padaku?" tanyaWiro.

    Ratu Duyung gelengkan kepala lalu berkata."Aku juga memiliki ilmu kesaktian menyerupaiilmu Sepasang Sinar Inti Roh itu. Dua mataku

    bisa mengeluarkan sinar biru atau hijau,menyambar bersilang seperti sepasang pedang.Tapi dibanding dengan Sepasang Sinar Inti Roh,ilmu yang kumiliki kehebatannya mungkin tidakada sepersepuluhnya. Kalau kau suka, aku bisamengajarkan dan memberikan ilmu itu padamu."

    "Ratu...." ujar Wiro. "Aku senang sekali men-dengar ucapanmu itu. Tapi aku sudah terlalubanyak berhutang budi padamu. Kau telahmemberikan beberapa ilmu kesaktian padaku. Aku

    tak berani menerima budi lebih banyak. Disamping itu sebenarnya aku juga telah memilikiilmu mirip-mirip seperti yang dipunyai EyangWiro. Namanya ilmu Sepasang Pedang Dewa.

    Aku dapat dari Datuk Rao Basuluang Ameh,seorang mahluk setengah roh setengah manusiayang konon telah meninggal sekitar seratus tahunlalu. tapi jika dibanding dengan ilmu SepasangSinar Inti Roh milik guruku, ilmu SepasangPedang Dewa agaknya masih berada satu dua

    tingkat di bawah....""Wiro, jika kau bicara perihal budi, ketahuilahbudi hanyalah sekedar ucapan. Dari apa yangdidapatnya si penerima budi akan menanam danmendapatkan kebaikan di kemudian hari. Sedangsi pemberi budi sendiri tidak kehilangan apa-apa....

    "Terima kasih Ratu, aku tak mau membebanidiriku dengan terlalu banyak ketanaman budi."Kata Wiro pula sambil memegang lengan RatuDuyung. Sang Ratu letakkan tangannya di atastangan Wiro yang memegang lengannya.

    "Wiro, aku jadi berpikir. Gurumu memiliki ilmuyang disebut Sepasang Sinar Inti Roh. Kau punya

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    28/105

    M e r a g a S u k m a 28

    ilmu Sepasang Pedang Dewa, dan aku punyailmu Sepasang Pedang Sinar Dasar Samudera.Tiga ilmu kesaktian itu memiliki kesamaan. Sama-sama keluar dari dalam mata. Menurutmu apakahketiganya tidak bersumber pada ilmu yang sama?

    Warisan dari seorang tokoh sakti mandragunayang sama?"

    Murid Sinto Gendeng garuk-garuk kepalanya."Bisa jadi. Tapi siapa yang mau menyelidik?"

    Wiro diam sebentar lalu melanjutkan ucapannya."Ratu Duyung, saat ini kita tengah menghadapisatu urusan besar. Aku tahu kau ada perselisihandengan Bunga. Tetapi ketulusan hatimumenunjukkan bahwa budimu begitu luhur. Kaumasih mau membantu aku untuk menyelamatkan

    gadis dari alam roh itu...."Ratu Duyung diam saja. Dalam hati dia

    berkata. "Tak mungkin bagiku untuk mengatakanterus terang padamu Wiro. Bahwa aku menolonggadis alam roh itu semata-mata karena cintakasihku padamu. Sebagai manusia biasa aku tidakbisa melepaskan diri dari berbagai rasa danharapan."

    Perlahan-lahan Ratu Duyung sandarkankepalanya ke dada bidang berotot Wiro. Sang

    pendekar merangkul bahu Ratu Duyung, me-meluknya erat-erat lalu perlahan-lahan rundukkankepala mencium kepala gadis itu. Ratu Duyungtengadahkan wajahnya. Ketika dia menarik mesrakepala sang pendekar dan sesaat lagi bibir merekaakan saling kecup, tiba-tiba Wiro sadar. Jari-jaritangannya ditempelkan di atas bibir sang darahingga bibir mereka tidak jadi saling bersentuhan.

    "Kita tengah menghadapi urusan besar.Seperi katamu tadi jangan perasaan kitamempengaruhi pikiran."

    Ratu Duyung buka sepasang matanya yangbagus yang barusan sempat dipejamkan,mendesah lirih.

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    29/105

    M e r a g a S u k m a 29

    "Sejak lama aku merindukan keadaan sepertiIni Wiro. Kau dan aku berdua-dua. Tapi...." RatuDuyung menarik nafas dalam. "Aku mengerti.Kita tengah menghadapi urusan besar. Mungkinaaja penguasa kawasan ini tidak suka melihat

    tindak tanduk kita hingga apa yang kita harapkandari mereka tidak kesampaian.

    DI BALIK serumpunan semak belukar lebattak jauh dari tempat Wiro dan Ratu Duyungberada, dua gadis cantik yang sejak tadi sembunyimemperhatikan Wiro dan Ratu Duyung sama-sama kelihatan jengah paras masing-masing.Keduanya lalu sama-sama menarik nafas panjang.

    "Anggini, aku tak mau lebih lama berada ditempat ini. Lebih baik kita pergi sekarang juga...."

    Yang bicara adalah gadis berpakaian biru tipisdan tubuhnya menebar bau harum. Dia bukanlain Bidadari Angin Timur, gadis yang selama inibegitu mendalam cintanya terhadap Wiro.Dadanya terasa sesak. Sepasang matanyaberkaca-kaca.

    Gadis di sebelahnya yaitu Anggini, pegangtangan Bidadari Angin Timur. Dua tangan yangsaling berpegangan itu sama berkeringat dandingin.

    "Aku tahu perasaanmu, sahabatku," kataAnggini yang bicara sambil memandang kejurusan lain karena dua matanya juga tampakmulai basah. Walau dia sadar sepenuhnya bahwaperjodohannya dengan Pendekar 212 WiroSableng sulit akan menjadi kenyataan, namun diatidak bisa menipu diri sendiri. Saat itu rasacemburu menyumpal relung hatinya karenaseperti Bidadari Angin Timur dia pun mengasihiWiro.

    KETIKA sang surya masuk ke titik tengge-lamnya, kawasan samudera selatan mulaidiselimuti kegelapan. Keheningan alam hanyaditandai oleh tiupan angin yang kini terasa agak

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    30/105

    M e r a g a S u k m a 30

    mencucuk."Sudah saatnya Wiro," kata Ratu Duyung."Pegang lengan kiriku. Jangan lepaskan

    sebelum kepalamu berada tiga tombak di bawahpermukaan air. Nanti aku akan memberi tanda.

    Kau siap?"Wiro mengangguk. Dia merasa sedikit tegang.

    Ratu Duyung angkat tangan kirinya. Wiro segerapegang lengan gadis itu. Satu hawa anehmengalir masuk ke dalam tubuh Pendekar 212.Hawa ini merambat lebih banyak di bagian dada,leher, jalan pernafasan termasuk hidung danmulut serta mata. Inilah hawa sakti yang bisamembuat Wiro berada dalam lautan seperti diaberada di daratan.

    Wiro dan Ratu Duyung melangkah bergan-dengan tangan di atas pasir pantai. Pecahanombak membasahi kaki dan pakaian mereka. Saatdemi saat sepasang kaki ke dua orang itumemasuki air laut semakin dalam. Ketika air lautmencapai pinggang Wiro mulai merasa dingin. Disebelahnya Ratu Duyung tampak tenang.

    Air laut naik sampai ke dada. Terus naikmencapai leher. Tak selang berapa lama kepalakedua orang itu tak kelihatan lagi, lenyap di

    bawah permukaan air. Di dalam air Wiromelangkah terus. Gerakannya tambah cepat. Airlaut bersibak keras di kiri kanannya. Wiromengikuti. Tangannya memegang lengan si gadiserat-erat. Kemudian dia merasakan dua kakinyatidak menginjak pasir lagi. Di sebelahnya RatuDuyung mulai berenang. Wiro ikut berenang. Lalusang Ratu sentakkan tangan kirinya. Itulah tandayang dikatakan Ratu Duyung. Berarti saat itumereka telah berada tiga tombak di bawahpermukaan air laut. Wiro lepaskan pegangannyapada lengan kiri Ratu Duyung. Lalu dia sadarkalau dia belum mengerahkan Ilmu MenyusupPandang. Segera dia keluarkan ilmu ini. Satu

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    31/105

    M e r a g a S u k m a 31

    keanehan serta merta terasa. Keadaan yang tadiremang-remang kini menjadi lebih terang seolahdia berada di udara terbuka dalam keadaanrembang sore.

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    32/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    33/105

    M e r a g a S u k m a 33

    berenang keadaan semakin redup dan air lautbertambah dingin. Hawa panas yang diandalkanWiro untuk melindungi diri dari dinginnya air lautternyata masih bisa ditembus hingga pemuda iniberenang setengah menggigil. Melihat Wiro

    sering-sering tertinggal di belakang dan caraberenangnya yang tersendat-sendat Ratu Duyungsegera dekati si pemuda. Telapak tangankanannya ditempelkan ke dada Wiro lalu perlahan-lahan dia alirkan hawa sakti ke dalam tubuh sangpendekar. Tak selang berapa lama Wiro mera-sakan tubuhnya menjadi hangat dan peman-dangannya jernih kembali. Dia angguk-anggukkankepala pada Ratu Duyung sebagai tandaucapan terima kasih.

    Ratu Duyung kembali berenang ke arah barat.Di kejauhan Wiro melihat ada bagian dindingberbcnluk gapura tinggi. Di atas gapura bergelungpatung besar seekor naga berwarna biru. Agaknyaitulah Pintu Gerbang Naga Biru, pikir Wiro.

    Hanya beberapa belas tombak menjelangsampai ke Pintu Gerbang Naga Biru, tiba-tibapada Tembok Karang Abadi kelihatan dua belastitik bercahaya terang kebiruan. Titik cahaya inimakin lama makin besar dan tambah terang. Lalu

    selagi Wiro memperhatikan dan bertanya cahayaapa gerangan itu adanya tiba-tiba bett... bett...bett! Dua belas titik terang menembus tembok. Dilain kejap kelihatan dua belas sosok gadisberwajah cantik berambut panjang tergeraimelesat dalam air dan dalam waktu singkat telahmengurung Wiro serta Ratu Duyung. Di tanganmasing-masing gadis cantik tergenggam sebuahtongkat memancarkan warna biru terang.

    Yang membuat murid Sinto Gendeng jaditerkesima bukan saja kecantikan wajah dua belasgadis, bukan pula rambut yang hitam tergerailepas, bukan kehebatannya yang sanggupmenembus dinding karang. Tetapi juga pakaian

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    34/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    35/105

    M e r a g a S u k m a 35

    perlu lagi diberikan padaku. Kita ini hidup dalamalam yang berbeda...."

    "Ratu Duyung, walau bagaimanapun kauadalah yang pernah menjadi pimpinan dan sa-habat kami. Kami merasa bahagia bisa bertemu

    lagi dengan dirimu." Nyi Kantili melirik pada Wirolalu bertanya. "Ratu Duyung, kalau kami bolehbertanya siapakah adanya pemuda ini? Kau tadiberkata bahwa kaulah yang membawa dirinya kesini."

    "Nyi Kantili, pemuda ini bernama WiroSableng, berjuluk Pendekar 212. Beberapa waktulalu dia telah pernah datang ke kawasankekuasaan Nyi Roro Agung namun waktu itukami datang dari arah Pangandaran hingga kau

    tidak berkesempatan menemuinya karenatugasmu di wilayah ini. Jauh dari Pangandaran...."

    "Hmm.... Kami memang pernah mendengarperistiwa hebat itu. Waktu itu walau tidak bisamenemui dirimu tapi kami para sahabat merasabahagia bahwa kau berhasil lepas dari hukumkutukan...."

    "Semua berkat pertolongan pemuda bernamaWiro ini," kata Ratu Duyung pula.

    "Ooh, jadi dia...?" Kembali Nyi Kantili dan

    sebelas gadis lainnya arahkan pandangan padawajah gagah Pendekar 212. "Ratu Duyung,harap kau suka memberi tahu maksudkehadiranmu di sini. Kami tidak bisa terlalu lamaberada di luar Tembok Karang Abadi."

    "Aku mengerti," jawab Ratu Duyung. "NyiKantili, untuk satu keperluan sangat pentingpemuda sahabatku ini ingin bertemu dengan NyiRoro Manggut. Aku minta pertolonganmu danpara sahabat untuk membawanya ke hadapan NyiRoro Manggut. Tentunya setelah mendapat izindari Nyi Roro Agung."

    "Apa yang kau mintakan akan kami lakukan.Namun kami tak bisa mengajakmu serta...."

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    36/105

    M e r a g a S u k m a 36

    "Nyi Kantili, aku tahu. Sejak perubahan dirikuaku tidak bisa keluar masuk kawasan kediamanNyi Roro Agung sebebas seperti dulu lagi.Sampaikan salam hormatku pada Nyi Roro Agungdan Nyi Roro Manggut. Aku akan tetap berada di

    sini sampai pemuda sahabatku selesai denganurusannya."

    "Ratu Duyung, kami akan menolong sebisayang kami lakukan. Kami merasa senang bisabertemu denganmu. Kami harus pergi sekarang,"kata Nyi Kantili.

    Ratu Duyung mengangguk dan lambaikantangan. Pada Wiro dia berkata. "Ikutlah bersamaNyi Kantili dan kawan-kawannya. Ingat, begitukau sampai di balik Tembok Karang Abadi kau

    baru bisa bicara."Wiro lambaikan tangan pada Ratu Duyung

    lalu bergerak mengikuti Nyi Kantili dan sebelasgadis lainnya. Kalau tadi mereka keluar dengancara menembus Tembok Karang Abadi makakarena membawa Wiro para gadis itu melewatiPintu Gerbang Naga Biru.

    Di hadapan pintu gerbang Nyi Kantili membuatgerakan-gerakan seperti menusuk, membabat danmembacok dengan tongkat besar biru bercahaya

    di tangan kanannya, gerakan-gerakan itu bukangerakan sembarangan karena merupakan sem-bilan gerakan rahasia yang mampu membukaPintu Gerbang Naga Biru. Selesai membuatgerakan sembilan, secara aneh pintu gerbangyang terbuat dari batu kelabu dan memiliki duabuah daun pintu mengeluarkan suara berdesirlalu bergerak membuka ke dalam.

    Enam orang anak buah Nyi Kantili melesatmasuk. Nyi Kantili sendiri memberi isyarat padaWiro agar mengikuti. Sebelum bergerak Wiroberpaling pada Ratu Duyung. Setelah lambaikantangan murid Sinto Gendeng ini segera berenangmelewati pintu. Pada saat kepalanya tepat berada

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    37/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    38/105

    M e r a g a S u k m a 38

    kembali, sosok Naga Biru telah melingkar dihadapan mereka. Badan bergelung di dasarsamudera sedang kepala tegak mendongak siaphendak menerkam.

    "Celaka! Bertemu Nyi Roro Manggut saja

    belum! Ternyata nyawaku akan amblas di tempatini!" membatin Pendekar 212.

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    39/105

    M e r a g a S u k m a 39

    BASTIAN TITO

    MERAGA SUKMA

    5

    ITA tinggalkan dulu peristiwa hebat yangterjadi di balik Tembok Karang Abadi, dibelakang Pintu gerbang Naga Biru. Kita

    kembali pada Adipati Jatilegowo yang tengahmemacu kudanya ke arah derap kaki kuda dikejauhan. Siapa pun penunggang kuda di depansana dia yakin adalah orang yang telahmelarikan Nyi Larasati.

    Pengejaran yang dilakukan Jatilegowo

    memasuki hutan jati di sebelah barat Tegalrejo.Di satu bebukitan sekeluarnya dari hutan jatiJatilegowo melihat orang yang dikejarnyamenyusuri anak Kali Progo menuju ke selatan.Karena kenal betul seluk beluk kawasan itu,Jatilegowo menuruni bukit; mengambil jalanmemotong. Tak selang berapa lama dia berhasilmendahului orang yang dikejarnya lalumenghadang di satu jalan mendaki.

    "Jahanam! Tanganku .sudah gatal ingin

    menghajar bangsat minta mampus berani matimelarikan Nyi Larasati!" kata Jatilegowo. Tanpaturun dari kudanya lelaki tinggi besar ini keluarkanBadik Sumpah Darah. Dengan ujung senjata saktiini dia membuat torehan dalam seputar batangsebuah pohon lalu menunggu. Tak selang berapalama di kejauhan kelihatan seorang penunggangkuda menuruni bukit dengan cepat. Di pang-kuannya melintang sosok seorang perempuanyang bukan lain Nyi Larasati adanya.

    Beberapa tombak lagi penunggang kuda ituakan sampai di tempatnya berada, Jatilegowodorong kuat-kuat bagian atas batang pohon yang

    K

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    40/105

    M e r a g a S u k m a 40

    telah ditorehnya."Kraaakkk!"Pohon cukup besar itu berderak patah lalu

    tumbang menggemuruh, jatuh melintang ditengah jalan. Kuda yang tengah berlari cepat di

    jalan menurun meringkik keras, coba hentikanlarinya. Akibat berhenti mendadak dua orang yangada di atas punggungnya mencelat mental. NyiLarasati mencelat lebih tinggi dan lebih jauhsementara si penunggang kuda yang rupanyamemiliki kepandaian cukup tinggi, walau terlemparbegitu rupa namun ketika jatuh ke tanah diamasih mampu tegak di atas dua kakinya. Malahdengan sigap dia membuat gerakan kilat ke arah

    jatuhnya sosok Nyi Larasati. Sebelum tubuh janda

    yang masih dalam keadaan tertotok itu jatuh ketanah dengan cepat orang ini membawa NyiLarasati ke tempat yang dianggapnya aman.Namun baru bergerak empat langkah tiba-tibasatu bayangan tinggi besar berkelebat didepannya. Satu bentakan menggeledek.

    "Jahanam Loh Gatra! Kau rupanya!"Orang yang mendukung dan menyelamatkan

    Nyi Larasati saat itu memang adalah Loh Gatra,pemuda cakap cucu Ki Sarwo Ladoyo, sesepuh

    Kadipaten Temanggung.Dalam Episode pertama (Badik Sumpah, Darah) dikisahkan bagaimana Loh Gatra atasperintah kakeknya pergi ke satu bukit kapur diselatan Gunung Merbabu untuk mencari orangtua berjuluk Kakek Segala Tahu. Dari kakek inidiharapkan bisa didapat keterangan mengenai dimana beradanya Pendekar 212 Wiro Sableng.Menurut Ki Sarwo Ladoyo, Wiro adalah satu-satunya orang rimba persilatan yang bisamenolong Nyi Larasati dari maksud jahat AdipatiJatilegowo serta menyelamatkan KadipatenTemanggung dari kehancuran.

    Dalam perjalanan menuju bukit kapur Loh

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    41/105

    M e r a g a S u k m a 41

    Gatra dihadang oleh tiga orang tak dikenal.Ketiga orang itu kemudian diketahui adalah orang-orang suruhan Adipati Jatilegowo yangberusaha menggagalkan rencana Loh Gatra untukmencari Kakek Segala Tahu dan Pendekar 212

    Wiro Sableng. Dalam keadaan terdesak hebat danluka muncullah Wiro menyelamatkan Loh Gatra.Loh Gatra sendiri tidak tahu kalau yang telahmenolongnya itu sebenarnya adalah Pendekar212 yang tengah dicarinya.

    Ketika beberapa waktu kemudian Jatilegowodan rombongannya muncul di KadipatenTemanggung dan memaksa Nyi Larasati untukdijadikan istri, keributan tak dapat dihindari.Dalam kemarahan yang menggelegak Jatilegowo

    berlaku nekad hendak menghabisi Nyi Larasatidengan pukulan "Dua Gunung Meroboh Langit."Saat itulah Loh Gatra berkelebat menghadang.Dengan bersenjatakan sebilah keris saktipemberian kakeknya Ki Sarwo Ladoyo yakni kerisTumbal Bekisar, Loh Gatra menyabung nyawamenyelamatkan Nyi Larasati yang diam-diamdicintainya. Namun ilmu silat Loh Gatra masih

    jauh di bawah tingkat ilmu silat yang dimilikiJatilegowo. Pemuda itu tak sanggup menghadapi

    pukulan "Dua Gunung Meroboh Langit." bahkankakeknya ikut kena hantaman hingga cideraberat.

    Di saat-saat genting begitu rupa mucul Wiro.Sebelumnya di Kadipaten Temanggung telah lebihdulu muncul pemuda gendut Bujang Gila TapakSakti. Bagaimanapun hebatnya Jatilegowo,

    Adipati ini tak mungkin menghadapi dua pendekaryang tingkat kepandaian silat dan kesaktiannyatelah menggegerkan rimba persilatan tanah Jawaitu. Tapi Jatilegowo tetap nekad. Apalagi dia tahubahwa Wiro-lah yang telah membuat tanda bekaskecupan di leher istri mudanya. Maka Jatilegowo

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    42/105

    M e r a g a S u k m a 42

    perintahkan pasukannya untuk menyerbuKadipaten Temanggung.

    Wiro masih mau memberi nasihat agarJatilegowo membawa pasukannya kembali keSalatiga. Ketika Adipati ini masih tetap keras

    kepala maka bersama Bujang Gila Tapak SaktiWiro menggembosi ilmu "Dua Gunung MerobohLangit" yang dimiliki Jatilegowo. Bahkan tidakcuma sampai di sana. Dengan ilmu "MenahanDarah Memindah Jazad" yang didapatnya diNegeri Latanahsilam, Wiro seenaknyamemindahkan hidung Andipati Jatilegowo kekening. Dalam keadaan babak belur habis-habisanserta dihina demikian rupa Jatilegowo bersamapasukannya akhirnya tinggalkan Kadipaten

    Temanggung."Pemuda jahanam! Turunkan Nyi Lara! Lalu

    datang berlutut di hadapanku untuk menerimakematian!"

    Bentakan Jatilegowo tidak membuat takut LohGatra. Pemuda ini malah menjawab dengan suaratak kalah keras.

    "Pelajaran dari Pendekar 212 dan Bujang GilaTapak Sakti rupanya tidak membuatmu jera! Kaumasih berkeliaran meneruskan niat kejimu! Nyi

    Lara tidak suka padamu! mengapa memaksamalah menculiknya! Kebejatanmu bukan cumasampai di situ. Kau telah membunuh kakekku!"

    "Pemuda keparat! Bagus kalau kau sudahtahu kalau kakekmu telah jadi bangkai! Sebentarlagi kau akan segera menyusul kakekmu itu! Kaumencampuri urusanku telah kelewat jauh.Turunkan Nyi Lara! Atau kalian berdua akankubantai sekaligus!"

    Loh Gatra tidak takut ancaman Jatilegowoterhadap dirinya. Tapi jika Nyi Larasati sampaicidera, itu yang dikawatirkannya. Karenanyapemuda ini segera baringkan tubuh Nyi Larasatidi bawah sebatang pohon.

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    43/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    44/105

    M e r a g a S u k m a 44

    cahaya Keris Tumbai Bekisar tambah terang."Lihat serangan!" teriak Loh Gatra. Tubuhnya

    melesat ke depan. Keris Tumbal Bekisar lenyap,berubah menjadi cahaya kemilau, membeset kearah dada lalu membabat ke atas mengincar

    tenggorokan! Inilah jurus yang disebut "BekisarMenyabung Gunung Menghujat Matahari".

    "Loh Gatra! Jurusmu hanya pantas untukmenyerang anak kecil!" teriak Loh Jatilegawa lalusambil tertawa bergelak dia mundur dua langkah.Begitu serangan keris lewat dia gerakkan tangankanan untuk memukul hancur sambungan sikukanan lawan. Tapi Loh Gatra cepat merubahkedudukan kakinya, dengan tubuh dimiringkandia kembali membabatkan Keris Tumbal Bekisar.

    Suara angin menggidikkan menderu dahsyatkeluar dari ujung runcing dan badan keris. KaliIni yang diarah adalah lambung Jatilegowo hinggamanusia tinggi besar ini berseru kaget dan cepatmelompat selamatkan perutnya.

    Loh Gatra tak mau memberi kesempatan.Jurus "Bekisar Menyabung Topan" yang tadigagal diteruskannya dengan jurus "Beki saiMenyabung Dinding Karang." Keris di tangan LohGatra bergetar demikian rupa hingga kelihatan

    seolah berubah menjadi enam buah, menderuganas dari pinggang kiri ke arah dada kanan,begitu tidak mengenai sasaran membalik daribahu kanan ke arah leher!

    "Hebat!" teriak Jatilegowo. Dia kembangkantangan kirinya untuk menangkis serangan mautKeris Tumbal Bekisar.

    "Wuuutt!""Craasss!"Keris Tumbal Bekisar menancap tepat di

    pertengahan telapak tangan kiri Jatilegowo. Ketikakeris itu dicabut darah langsung menyembur.

    Anehnya walau cidera begitu rupa Jatilegowoseperti tidak merasakan apa-apa. Ingat peristiwa

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    45/105

    M e r a g a S u k m a 45

    sewaktu dirinya diserang oleh mahluk anehpeliharaan Sarontang? Walau dua lengannyakoyak besar berlumuran darah namun dia tidakmerasakan apa-apa. Ini adalah berkatkesaktian Badik Sumpah Darah yang seolah telah

    menyatu dengan tubuhnya.Sementara Loh Gatra terkesima melihat sikap

    lawan, dengan tenang Jatilegowo keluarkan BadikSumpah Darah. Senjata ini kemudiandiusapkannya ke telapak tangan kirinya. Sertamerta luka bekas tusukan keris di telapak tanganitu sirna bahkan darah yang mengotori tanganJatilegowo ikut lenyap.

    "Luar biasa! Ilmu apa yang dimiliki Adipatijahanam ini!" membatin Loh Gatra. "Dia mampu

    menahan sakitnya luka! Badiknya mampumenyembuhkan cidera!"

    Di hadapan Loh Gatra Jatilegowo tertawamengekeh.

    "Aku minta agar kau memilih bagian tubuhkupaling empuk! Kau cuma menusuk telapaktanganku! Ha... ha... ha! Sekarang gilirankumencari bagian tubuhmu yang lunak! Lihatbadik!"

    Habis berkata begitu Jatilegowo menerjang

    sambil babatkan Badik Sumpah Darah. Sinar birukehitaman berkiblat angker disertai derumenggidikkan.

    Loh Gatra maklum kalau senjata di tanganlawan bukan senjata sembarangan. Dia cepatmenyingkir ke kiri sambil susupkan Keris TumbalBekisar di arah bawah tangan lawan. Ujung kerismengarah tepat ke jantung Jatilegowo. Yangdiserang menyeringai sinis dan keluarkan suaramendengus. Tiba-tiba tubuh besar Jatilegowomelesat ke atas. Tapi setengah jalan tubuh yangmelayang itu menukik ke bawah. Badik SumpahDarah membabat ganas ke arah kepala LohGatra.

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    46/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    47/105

    M e r a g a S u k m a 47

    yang kini telah buntung dan berubah hitam.Untuk sedikit menghalangi serangan lawan

    Loh Gatra lemparkan gagang keris yang masihada dalam genggamannya lalu secepat kilat diamelompat mematah cabang sebatang pohon kecil.

    Dengan cabang pohon sebagai senjata, Loh Gatraberjibaku coba menyambut serangan Jatilegowo.

    Ganda tertawa Jatilegowo babatkan BadikSumpah Darah.

    "Kraakk! Kraaakk!"Beberapa kali kena dibabat badik sakti,

    cabang pohon yang dijadikan senjata untukbertahan oleh Loh Gatra habis dibabat buntung.Kini cabang itu hanya tinggal dua jengkalpanjangnya!

    "Celaka!" keluh Loh Gatra. Pemuda initerpaksa melangkah mundur ketika Jatilegowomendatanginya dengan Badik Sumpah Darahterpentang angker di tangan kanan.

    "Wuuuttt!"Serangan pertama berhasil dielakkan Loh

    Gatra."Wuttt!"Loh Gatra masih mampu selamatkan diri dari

    sambaran badik berikutnya yang semakin dekat.

    Ketika serangan ke tiga dilancarkan Jati-legowo, dengan berlindung di balik kuda miliknyaLoh Gatra masih bisa bertahan.

    "Jahanam! Jangan harap kau bisa lolos daritanganku!" gertak Jatilegowo. Lalu sakingkesalnya Adipati Salatiga ini tusukkan badiksaktinya ke lambung kuda yang dijadikantameng perlindungan oleh Loh Gatra.

    Kuda besar warna coklat ini meringkik kr iasdua kali berturut-turut. Dua kaki depannyatersentak naik ke atas. Dari mulutnya keluar busakuning. Sekali lagi binatang ini meringkik lalutubuhnya terhempas ke tanah. Empat kakimelejang-lejang beberapa kali lalu akhirnya diam.

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    48/105

    M e r a g a S u k m a 48

    Kuda malang ini menemui ajal dengan sekujurkulit sampai ke bulunya berubah menjadi hitamakibat racun luar biasa jahat dari Badik SumpahDarah! Racun badik yang berasal dari PohonTuba berusia ratusan tahun itu memang luar

    biasa. Kalau kuda sebesar itu saja bisa dibuatmeregang nyawa demikian rupa, dapatdibayangkan bagaimana kejadiannya dengantubuh manusia!

    Pada saat kuda coklat besar miliknya robohke tanah Loh Gatra melompat ke balik pohonbesar. Dengan cepat dia menyambar tubuh NyiLarasati untuk dibawa lari. Namun baru sempatmembungkuk, belum lagi tangannya menyentuhtubuh janda itu tiba-tiba seseorang berkelebat di

    sampingnya dan satu tendangan keras melandapinggulnya.

    Tak ampun lagi Loh Gatra terlempar sampaisatu tombak, terguling-guling di tanah. Tulangpinggulnya sakit bukan kepalang, mungkinremuk. Ketika susah payah dia berusaha bangkitberdiri, tiba-tiba satu sosok tinggi besarmelompat dihadapannya. Itulah Jatilegowo yangtegak menghunus Badik Sumpah Darah. Seringaimaut bermain di mulutnya.

    "Loh Gatra! Kau bakal menunggang bangkaikudamu pergi ke neraka menyusul kakekmu! Ha...ha... ha!"

    "Kau mau bunuh aku! Bunuhlah! Aku tidaktakut mati!" teriak Loh Gatra sambil tangankanannya bergerak ke pinggul seperti mengurutbagian yang cidera terkena tendangan. Tapisebenarnya tangan itu menyusup ke balikpinggang pakaian di mana terselip sebuah senjatarahasia terbuat dari besi putih berbentuk bintang.Ketika tangan itu bergerak, satu cahaya putihmenderu di udara.

    Jatilegowo berseru kaget dan marah sekaliketika melihat ada benda melesat ke arahnya.

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    49/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    50/105

    M e r a g a S u k m a 50

    BASTIAN TITO

    MERAGA SUKMA

    6

    DIPATI Jatilegowo berteriak marah. Sambilmembabatkan Badik Sumpah Darah diaberbalik. Bayangan putih yang tadi mendo-

    rongnya cepat melompat mundur. Dua tangandipentang ke depan. Saat itu juga udara di tempatitu terasa dingin luar biasa.

    "Jahanam! Kau rupanya!" teriak Jatilegowoketika melihat siapa yang berdiri cengengesan di

    depannya sambil mengipas-ngipaskan kopiahhitam ke mukanya yang bulat gembrot, merahkeringatan.

    "Jahanam! Kau rupanya! Sama!" Orang itukeluarkan ucapan meniru bentakan Jatilegowolalu tertawa gelak-gelak. Suara tawanya inimembuat gelombang udara dingin sepertimencucuk. Jatilegowo kertakkan rahang berusahabertahan. Loh Gatra terbungkuk-bungkuk, sekujurtubuh menggigil. Sementara Nyi Larasati yang

    terbujur kaku di bawah pohon juga merasa adaudara dingin menyelimuti hingga janda cantik inibergeletar sekujur tubuhnya.

    Di hadapan Jatilegowo saat itu berdiri seorangpemuda gemuk luar biasa, rambut gondrong.celana hitam komprang, baju terbalik dan sehelaikain sarung butut melintang di atas bahunya. Ditangan kanannya si gendut ini memegang sebuahpeci hitam yang dikipas-kipaskan ke wajahnyayang keringatan. Aneh, sementara semua orang

    kedinginan dia sendiri kepanasan dan keringatan.Padahal udara dingin yang menyungkup seanterotempat itu adalah hasil perbuatannya!

    A

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    51/105

    M e r a g a S u k m a 51

    "Gendut jahanam! Kau memang masuk dalamdaftar kematian manusia-manusia keparat yangakan kubunuh! Berani datang sendiri, hingga akutidak susah-susah mencari!"

    "Bujang Gila Tapak Sakti...." ujar Loh Gatra

    yang mengenali siapa adanya si gendut. Diamerasa bersyukur atas kemunculan pemuda yangtelah menyelamatkan dirinya dari tangan mautJatilegowo. Dia lantas ingat bagaimana bersamaPendekar 212 Wiro Sableng dulu bukan saja

    Adipati Salatiga itu telah dipermainkan, malahdigembosi ilmu kesaktiannya. Dan di saat itupula Loh Gatra ingat, bukankah Pendekar 212waktu itu secara aneh telah memindahkan hidungJatilegowo ke keningnya? Bagaimana sekarang

    cacat wajahnya itu pulih dan hidungnya kembaliberada di tempat semula?

    Jatilegowo sendiri juga ingat, pemuda gendutinilah dulu yang mempermalukannya habis-habisan, menggembosi kesaktiannya hingga diakehilangan ilmu pukulan hebat yang disebut "DuaGunung Meroboh Langit." Tidak heran kalauJatilegowo sangat mendendam dan inginkankematian Bujang Gila Tapak Sakti sebagaimanadia juga ingin membunuh Pendekar 212 Wiro

    Sableng."Eh!" seru Bujang Gila Tapak Sakti sambilmenuding Jatilegowo. "Dulu kawanku memindahhidungmu ke jidat! Sekarang mengapatampangmu bisa bagus kembali? Tukang soldermana yang pandai mendadani tampangmu?!Kalau aku bisa bertemu dia akan kumintamemindahkan kemaluan kuda yang mati itu keatas hidungmu biar tampangmu tambah bagus!"Habis berkata begitu Bujang Gila Tapak Saktitertawa gelak-gelak hingga dadanya yanggembrot dan perutnya yang buncit berayun-ayun.

    Amarah Jatilegowo dihina seperti itu jadimeledak. Asap tipis mengepul dari ubun-ubunnya.

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    52/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    53/105

    M e r a g a S u k m a 53

    saktiku!" maki Jatilegowo dalam hati. Diakerahkan seluruh tenaga dalam, genggam badiklebih erat lalu lancarkan serangan berantailaksana curahan hujan. Udara tertutup olehlarikan sinar biru kehitaman yang sabung-

    menyabung mengurung sosok gendut BujangGila Tapak Sakti.

    "Breett!"Satu tusukan kilat selagi sarung berkelebat di

    udara membuat sarung itu robek besar. BujangGila Tapak Sakti terkesiap dan maklum kalausenjata di tangan lawannya benar-benar tidakbisa dibuat main. Maka dia berseru pada pemudabernama Loh Gatra.

    "Loh Gatra! Lekas tinggalkan tempat ini.

    Selamatkan Nyi Larasati!"Mendengar teriakan si gendut, Loh Gatra

    segera melompat ke arah pohon. Namungerakannya tak terduga dipotong oleh Jatilegowo.Badik Sumpah Darah kembali berkiblat, membesetudara, mencari sasaran di dada Loh Gatra.Maksud si pemuda hendak mendekati sosok NyiLarasati yang terbaring di bawah pohon gagal.Malah dadanya tak urung hampir dikoyaksambaran senjata maut di tangan Jatilegowo.

    "Edan!" kembali Bujang Gila Tapak Saktimemaki. "Senjata di tangan Adipati keparat ituharus bisa kurebut!" Lalu si gendut menerobosmenghadang serangan Jatilegowo kembalidengan mempergunakan kain sarung. Dalamamarahnya Jatilegowo membabat habis-habisan.Terdengar suara bret-bret berulang kali. Robekankain sarung bertebaran di udara. Sesaatkemudian, kain sarung di tangan si gendut hanyatinggal seukuran kecil sebesar sapu tangan!

    "Hah?!" Bujang Gila Tapak Sakti pelototkanmatanya yang belok. "Benar-benar edan!" Sigendut palingkan kepala ke arah Jatilegowo.

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    54/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    55/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    56/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    57/105

    M e r a g a S u k m a 57

    Untuk beberapa lamanya Jatilegowo terpaksaberdiam diri, tegak menunggu. Begitu kabut tebalsurut dan akhirnya lenyap, pertama sekali yangdilihatnya adalah sebuah pecahan benda bulat ditanah borbentuk manggis terbelah. Jatilegowo

    ambil benda ini, memperhatikan dengan seksama.Dia mengenali.

    "Sarontang keparat! Dia lagi! Aku pernahmelihat benda ini di tempat kediamannya. Inisalah satu senjata rahasia miliknya, jahanam!Kabut Penyesat Mata."Jatilegowo menggerammarah. Pelipisnya bergerak-gerak. Dia cabut BadikSumpah Darah yang tersisip di pinggang.Letakkan senjata sakti mandraguna ini di ataskeningnya. Lalu mulutnya berucap.

    "Darah Sarontang menjadi reguk minumanmu.Nyawanya menjadi hias tumbal dirimu. Bantu akumengejar manusia jahanam itu!"

    Setelah simpan kembali Badik Sumpah Darahdi balik pinggangnya Jatilegowo segera tinggalkantempat itu. Kira-kira lari sepcminuman teh kearah timur, di satu tempat tiba-tiba diamendengar suara orang mengerang. Ingin tahudan ingin melihat siapa adanya oiang ituJatilegowo menyelinap ke balik serumpunan

    semak belukar. Dia mendengar suara anmenggericik. Semak belukar disibakkan, pertamasekali dia melihat sebuah pancuran bambuyang airnya mengucur ke sebuah telaga kecilberbatu-batu. Lalu di tepi telaga, dudukbersandar ke sebuah batu besar dilihatnyaseorang nenek berdandan menor. Sepasang aliskereng hitam, gincu tebal menutupi bibir, pipiyang keriput diberi merah- merah. Nenek iniduduk sambil tiada hentinya mengerangkesakitan. Dia pegangi tangan kanannya yangbuntung dengan tangan kiri. Sesekali diamengambil sebuah batok kelapa. Dengan batok

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    58/105

    M e r a g a S u k m a 58

    ini dia menciduk air telaga yang sejuk lalumengguyur tangannya yang buntung.

    Jatilegowo keluar dari balik semak-semak."Nek, siapa kau. Mengapa berada di tempat

    ini dan apa yang terjadi dengan dirimu. Buntung

    di tanganmu aku lihat masih baru...."Sepasang mata si nenek berputar melirik.

    Ketika melihat yang menegur seorang lelaki tinggibesar, dengan kumis melintang berkilat menghiasiwajahnya yang jantan garang, cahaya genitmembayang di mata si nenek. Dia mendehembeberapa kali lalu berkata.

    "Orang gagah berkumis tebal melintang, apamatamu sudah lamur? Hari masih begini siang,terang benderang. Kau memanggil aku nenek.

    Buka matamu lebar-lebar."Jatilegowo hendak tertawa bergelak. Tapi

    ditahannya. Dia berkata. "Aku belum buta! Yangaku lihat memang seorang tua bangkaberdandan...." Jatilegowo hentikan ucapannya."Astaga!" Dia kucak-kucak matanya berulang kali.Orang yang tadi dilihatnya sebagai nenek buntungberdandan tak karuan kini tampak berupa seoranggadis berwajah cantik jelita dan tangan sempurna,berpakaian sangat tipis hingga tembus pandang,

    memandang ke arahnya penuh daya tarikmengundang."Panas begini terik, kau barusan saja dari

    satu perjalanan jauh. Dari wajahmu aku bisamelihat ada satu perkara besar yang tengah kauhadapi. Untuk melepas lelah dan bertutur sapamembagi duka serta pengalaman, mengapa kautidak duduk di sampingku?" Habis berkata begitugadis jelita itu menggeser duduknya, sengajamemberi tempat bagi Jatilegowo.

    "Rejeki besar, gadis ini ternyata tidak kalahcantiknya dengan Sri Kemuning, istri mudaku.Juga tak kalah dengan kejelitaan Nyi Larasati.Tempat begini sepi, udara begini sejuk. Hanya

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    59/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    60/105

    M e r a g a S u k m a 60

    tiba terdengar suara orang berkata."Nyi Ragil, Nyi Ragil. Aku pergi tidak lama.

    Aku pergi mencari obat untuk menyembuhkanluka buntungan tanganmu! Tahu-tahu kau sudahbergendak dengan lelaki lain! Sungguh

    keterlaluan!"Suara ucapan orang membuat si gadis yang

    telah terbuka setengah pakaiannya menjaditerkejut dan palingkan kepala. Saat itu juga wajahdan tubuhnya kembali berubah ke bentuk aslinyayakni sosok seorang nenek-nenek bertanganbuntung!

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    61/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    62/105

    M e r a g a S u k m a 62

    yang tertawa jatuhkan dirinya di tepi telaga. Laludia ulurkan tangan untuk menciduk air, maksud-nya mau meneguk air telaga lalu mencuci muka.

    Tiba-tiba entah dari mana datangnya, entahsiapa yang bicara terdengar suara menggema.

    Suara perempuan."Sinto Gendeng, air telaga itu lebih suci dari

    dirimu yang penuh dosa. Jangan kau beranimenyentuhnya. Apa lagi minum dan dipakaimandi!"

    Orang di tepi telaga yang memang adalahSinto Gendeng nenek sakti dari puncak GunungGede, guru Pendekar 212 Wiro Sableng tersentakkaget. Kibaskan air telaga yang sempat dici-duknya lalu berdiri di tepi telaga sambil berkacak

    pinggang. Sepasang matanya yang berada dalamrongga cekung berputar, memandang garangseputar telaga.

    "Mahluk betina yang barusan bicara! Siapakau? Mengapa berani bicara tidak berani unjukkandiri?!"

    "Kau tidak cukup pantas melihat diri kami!"Ada jawaban, juga suara perempuan. Dan tetapsaja Sinto Gendeng tidak bisa mengetahui darimana asalnya.

    Nenek sakti itu mendengus."Kami! Huh! Jadi kalian berdua! Sama-samatidak berani unjukkan tampang! Berarti sama-sama jelek! Mungkin kalian berdua punya wajahbopeng. Atau hidungnya gerumpung. Mungkin

    juga picak sebelah matanya! Hik... hik... hik!""Sinto Gendeng, menjauh dari telaga!""Kurang ajar!" Sinto Gendeng hentakkan kaki

    kanannya. Hentakan ini bukan gerakan biasa tapimengandung tenaga dalam tinggi luar biasa,apalagi disertai tawa kemarahan. Tanah bergetar.Batu-batu dan tanah sekitar telaga berjatuhan kedalam air. Pohon-pohon besar keluarkan suaraberderak. Dedaunan runtuh luruh dan jatuh ke

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    63/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    64/105

    M e r a g a S u k m a 64

    Ombak Menerpa Karang. Begitu dua orangtersebut unjukkan diri maka dia akanmenghantam dengan dua pukulan sakti itu. Malahdiam-diam dia juga telah menyiapkan ilmu saktiSepasang Pedang Inti Rohdi kedua matanya.

    Tapi dua orang yang ditunggu tidak kunjungmuncul.

    "Pengecut!" teriak Sinto Gendeng.Tiba-tiba terdengar suara orang bernyanyi

    berpasangan. Satu suara tinggi, satunya suararendah. Dua-duanya suara perempuan.

    "Tembang Puspita Loro," desis SintoGendeng mengenali nyanyian itu. Tengkuknyamendadak mengkirik. Tembang itu adalahnyanyian yang biasa dialunkan pada saat-saat

    terjadi kedukaan. Misal pada saat ada seseorangmeninggal dunia.

    Selagi Sinto Gendeng berusaha mencari-caridi mana adanya dua perempuan yang menyanyiitu tiba-tiba dia merasa ada satu hawa aneh disekeliling tubuhnya. Sesaat kemudian satukekuatan yang tidak kelihatan, laksana himpitansebuah gunung, menekan dirinya ke bawah.

    "Jahanam! Minta mati berani membokonglicik!" Sinto Gendeng berteriak marah lalu

    hantamkan dua tangannya ke atas. Namunpukulan sakti Benteng Topan Melanda Samuderadan Segulung Ombak Menerpa Karang tidak maukeluar! Malah tekanan berat yang datang dariatas semakin hebat. Dua kaki Sinto Gendengmulai bergetar lalu menekuk. Dia kerahkan tenagadalam untuk bertahan akibatnya dess... desss!Sepasang kakinya yang hitam tinggal kulitpembalut tulang melesat ke dalam tanah!

    Kejut nenek sakti ini bukan alang kepalang.Dia pukulkan dua tangannya ke udara dalamgerakan "Kipas Sakti Terbuka". Bersamaandengan itu dia keluarkan pula Ilmu BelutMenyusup Tanah untuk bisa loloskan diri dari

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    65/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    66/105

    M e r a g a S u k m a 66

    gelengkan kepala. "Aku tidak mengenali. Akutidak tahu siapa kalian. Katakan... katakan siapakalian."

    "Kami Sepasang Naga Putih Kembar.Akubernama Naga Nini, adikku bernama Naga Nina.

    Nah, kami sudah memperkenalkan diri. Apalagiyang hendak kau tanyakan."

    "Kalian.... Meng... mengapa memendam dirikubegini rupa. Apa dosaku dan kesalahanku...." ujarSinto Gendeng dengan suara gemetar.

    "Kalau ingin kami mengatakan, dosamu terlalubanyak Sinto Gendeng. Tapi dosamu terakhir yangada sangkut pautnya dengan diri kami adalahpembunuhan yang kau lakukan terhadap seoranganak lelaki berusia lima belas tahun. Bernama

    Boma Wanareja.""Aahhhh.... Anak itu," ujar Sinto Gendeng

    dengan mata berputar liar. "Aku membunuhnyasecara tidak sengaja. Aku mengira dia orangyang telah membunuh Datuk Mudo Carano Ameh,orang yang kusangka adalah Tua Gila Dari

    Andalas. Aku tidak sengaja karena tidak tahu.Aku ketelepasan tangan dan seumur hidup akuakan menyesali perbuatanku itu!"

    Sepasang Naga Putih sama-sama gelengkan

    kepala. Lalu seperti menyanyi tadi, sama-samapula keduanya berucap."Kau tidak ketelepasan tangan Sinto. Kau

    juga bukan tidak sengaja. Sebelum menemui ajalanak itu sempat berteriak bahwa dia bukanpembunuh Datuk Mudo Carano Amen. Tapi karenasudah biasa gatal tangan membunuhsembarangan, kau tidak perdulikan teriakanorang. Kau menghantamnya dengan PukulanSinar Matahari! Sungguh keji! Pukulan sakti yangsanggup menghancur gunung itu kau pakai untukmembunuh seorang bocah tidak berdaya!"

    Sinto Gendeng keiuarkan suara menggerungmendengar kata-kata Sepasang Naga Putih.

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    67/105

    M e r a g a S u k m a 67

    "Kalian berdua boleh saja tidak percaya. Tapiaku berani bersumpah aku tidak punya niat jahatmembunuh anak itu!"

    "Kematian sudah terjadi! Anak yang mati takmungkin dibuat hidup kembali! Dosamu tak

    mungkin dilebur. Jadi saat ini pantas sekali kamimembenamkan dirimu di tanah!" Berkata NagaNini.

    Naga Nina menyambung. "Sebenarnya kamiingin memendam tubuhmu di puncak GunungGede, di samping makam Boma Wanareja. Namunketika kami datang ke sana kau tengahgentayangan ke mana-mana...."

    "Aku bukan gentayangan. Aku justru tengahmengejar Nyi Ragil, pembunuh sebenarnya dari

    Datuk Mudo Carano Amen!" jawab Sinto Gendengsetengah berteriak.

    "Sekali pun Nyi Ragil punya tujuh nyawa dankau membunuhnya sampai tujuh kali, Boma tidakakan dapat hidup kembali...." ujar Naga Nini.

    "Kalian... kalian bukan manusia. Mahluk apakailan aku tidak perduli. Tapi apa sangkut pautkalian dengan Boma Wanareja?!"

    "Kami adalah Sepasang Naga pelindung anakitu. Ketika kejadian kau membunuh Boma, kami

    baru saja menyelesaikan tapa di Gunung Wilis."Menerangkan Naga Nina.Naga Nini menyambungi. "Sekarang kau

    sudah tahu dosamu. Berarti kau harus menyadaribahwa cukup pantas dirimu kami hukumdipendam dalam tanah begitu rupa!"

    "Tidak bisa! Kalian bukan Tuhan yang bisamenghukumku seenaknya!" teriak Sinto Gendenglantang.

    Sepasang Naga Putih tertawa panjang."Ketika kau membunuhi musuh-musuhmu apa

    terpikir olehmu bahwa kau juga bukan Tuhanyang bisa menghukum dan membunuh orang lainseenaknya?!"

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    68/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    69/105

    M e r a g a S u k m a 69

    BASTIAN TITO

    MERAGA SUKMA

    8

    EMBALI kepada apa yang terjadi di kawasansamudera kekuasaan Nyi Roro Agung, dibalik tembok Karang Abadi, di belakang

    Pintu Gerbang Naga Biru. Seperti dituturkandalam akhir Bab Ke Empat ketika Pendekar 212Wiro Sableng baru saja melesat melewati pintugerbang, patung batu yang membentuk sosokseekor naga berwarna biru yang selama ratusantahun mendekam di atas bangunan pintu gerbang

    tiba-tiba seolah hidup, meluncur ke bawah. Airlaut terbelah. Sosok Naga Biru bergelungmelingkari Nyi Kantili dan lima orang gadis jelitaanak buahnya serta Pendekar 212 Wiro Sableng.Kepala binatang ini tegak mendongak, matanyayang merah memancarkan sinar maut, siaphendak menerkam siapa saja yang ada di bawahsana.

    Tiba-tiba dari hidung dan mulut Naga Birumelesat cairan berwarna kebiru-biruan. Saat itu

    juga air laut di sekitar tempat itu menebar bauharum semerbak. Di tempat lain, dalam peristiwalain keharuman ini akan mendatangkan rasasejuk. Tapi yang dirasakan Pendekar 212 saat itu

    justru adalah suasana angker menggidikkan,suasana berbau kematian!

    Tiba-tiba ekor Naga Biru melenting ke atas. Air laut mencuat laksana kepulan asap.Bersamaan dengan itu Naga Biru buka mulutnyalebar-lebar. Lalu dengan kecepatan luar biasa,

    kepala itu melesat turun ke bawah. Nyi Kantilidan semua anak buahnya keluarkan seruantertahan. Mereka sudah membayangkan apa yang

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    70/105

    M e r a g a S u k m a 70

    bakal terjadi. Sosok Pendekar 212 Wiro Sablengakan amblas masuk ke dalam mulut Naga Biru,seterusnya ditelan masuk ke dalam perut.

    Sesaat lagi kepala dan tubuh Pendekar 212akan amblas masuk ke dalam mulut Naga Biru,

    tiba-tiba binatang yang tadinya adalah batu matiini rundukkan kepalanya hingga dagu dan lehermenyentuh dasar samudera. Sepasang matanyayang tadi bersinar garang kini meredup sayu,sesekali dikedip-kedipkan. Kalau tadi mulutnyamengeluarkan cairan aneh dan menimbulkangelombang air laut yang dahsyat, kini mulut ituterkatup rapat, mengeluarkan suara menggeruperlahan. Sikap binatang raksasa ini berubahmenjadi jinak. Ketika lidahnya diulurkan, lidah ini

    dipergunakan untuk menjilat-jilat dua kaki Wiro."Nyi Kantili, apa yang terjadi?!" salah seorang

    anak buah Nyi Kantili bertanya. Bersama NyiKantili dan teman-temannya saat itu dia tegakketakutan, merapat ke pintu gerbang.

    "Aku tak bisa menduga," jawab Nyi Kantili."Kalian semua tetap berlaku waspada!"

    Dijilati kedua kakinya seperti itu membuatWiro takut ada geli pun ada. Dia sampai terlonjak-lonjak menahan geli.

    "Binatang ini, apa maunya. Tadi begitu galakseperti mau menelanku. Sekarang mengapa jadibegini jinak. Apakah...."

    Belum habis Wiro berucap dalam hati tiba-tiba Naga Biru angkat kepalanya ke arah pinggangkiri Wiro di mana tersisip Kapak Maut Naga Geni212. Dengan mulutnya Naga Biru singkapkanpakaian Wiro. Begitu senjata sakti mandragunawarisan Eyang Sinto Gendeng itu tersembul sangnaga menjilat-jilatnya lalu sekali mulutnyamenyedot Kapak Maut Naga Geni 212 melesatmasuk ke dalam mulutnya.

    "Astaga! Kapakku ditelan!" Seru Wirotercekat. Dalam bingung dia juga merasa kawatir.

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    71/105

    M e r a g a S u k m a 71

    Bagaimana dia bisa mendapatkan senjata itukembali? Berkelahi melawan Naga Biru? mustahildia bisa menghadapi naga raksasa ir. Sekalitubuhnya dikibas atau ditelan hidup-hidup,tamatlah riwayatnya.

    Selagi Wiro kebingungan Naga Biru dilihatnyaletakkan kepala di dasar samudera, matadipejamkan dan dari mulutnya ada suaramenggeru halus. Beberapa saat berlalu. Tiba-tiba Naga Kuning angkat kepalanya kembali.Mata yang terpejam dibuka merah. Mulutmenganga. Lalu seperti meniup, dari dalammulut Naga Biru melesat keluar Kapak Maut NagaGeni 212. Senjata sakti ini secara luar biasatersisip kembali ke balik pinggang Wiro. Saat itu

    juga Wiro merasa ada hawa aneh mengalir daridalam kapak memasuki seluruh tubuhnya.Tubuhnya terasa ringan. Ketika hawa anehmemasuki kepalanya, pemandangannya menjadilebih terang dan telinganya kini bisa menangkapsuara-suara yang sebelumnya tidak terdengar.

    "Aneh," membatin Pendekar 212. Diapandangi sosok Naga Biru di hadapannya.

    Naga Biru kedipkan sepasang mata laluangguk-anggukkan kepala tiga kali berturut-turut.

    Kemudian dengan suara menggemuruh sosoknyamelesat ke atas, hinggap bergelung ke tempatnyasemula di atas pintu gerbang dan berubahkembali menjadi batu mati.

    Nyi Kantili dan anak buahnya segeramendekati Wiro.

    "Pendekar 212, kau tidak apa-apa?" tanya NyiKantili yang sejak tadi merasa kawatir.

    "Aku tidak apa-apa," jawab Wiro."Kejadian aneh," ucap salah seorang anak

    buah Nyi Kantili."Memang luar biasa. Tidak pernah terjadi yang

    seperti tadi. Patung batu mati berbentuk naga itubisa hidup. Tidak pernah kejadian yang seperti

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    72/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    73/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    74/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    75/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    76/105

    M e r a g a S u k m a 76

    "Kalau saja pemuda itu tidak setampan yangaku lihat, mungkin sudah kulabrak agar mengertitata tertib di kawasan ini."

    Temannya yang satu ikut bicara."Nyi Nuning, buat apa kaleng itu kau ambil

    dan mau kau serahkan pada Nyi Roro Manggut.Buang saja! Salah-salah kita semua bisa kenadamprat."

    "Aku rasa kaleng ini bukan bendasembarangan. Ingat ucapan si pemuda. Kaleng inimilik seorang tokoh rimba persilatan Tanah Jawa.Lalu ketika kaleng ini diguncangnya, ada suaradahsyat membuat air laut bergelombang, gamelanberhenti mengalun dan telinga kita sepertikemasukan angin panas."

    Dua gadis yang tadi banyak bicara akhirnyatak mau berkata apa-apa lagi. Mereka hanyamengikuti Nyi Nuning menuju tempat kediamanNyi Roro Manggut.

    Sampai di tempat yang dituju Nyi RoroManggut seperti biasanya hanya mau bicara daribalik sehelai tirai hingga sosok dan wajahnyatidak kelihatan.

    "Nyi Roro Manggut, kami Nyi Nuning dankawan-kawan datang kembali."

    "Tamu tak diundang itu sudah kau suruhpergi?" Suara lembut bertanya dari balik tirai."Sudah Nyi Roro. Hanya saja sebelum pergi

    dia menyerahkan sebuah benda pada kami untukdisampaikan pada Nyi Roro Manggut. Menuruttamu ilu. benda in i adalah milik seorang tokohrimba peisilalan Tanah Jawa."

    "Nyi Nuning, kau tahu aturan di tempat ini.Jika aku ti dak bersedia menerima sang tamuberarti aku juga tidak mau menerima barangtitipan apa pun dari siapa pun!"

    Dua teman Nyi Nuning sama memandangpada Nyi Nuning.

    "Nyi Roro Manggut, harap maafkan diri kami.

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    77/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    78/105

    M e r a g a S u k m a 78

    SETELAH pintu tertutup kembali Pendekar212 Wiro Sableng bukannya pergi, malah dudukdi dekat sebuah arca berbentuk seekor singa di

    samping pintu sebelah luar."Pendekar 212, perlu apa kau duduk di situ?

    Kami sudah siap mengantarkanmu ke pintugerbang keluar." Berkata Nyi Kantili.

    "Kalian pergi saja. Aku akan menunggu disini. Aku yakin tiga gadis tadi akan keluar lagidan mempersilakan aku masuk menemui Nyi RoroManggut."

    "Pendekar 212, kau dengar sendiri gadisbernama Nyi Nuning itu tadi berkata. Nyi Roro

    Manggut tidak bersedia menemuimu. Kalaupunsuka, kau harus menunggu sampai tiga purnamadi muka."

    Wiro tersenyum."Tenang Nyi Kantili, tenang saja. Tunggu.

    Setelah Nyi Roro Manggut melihat kaleng rom-beng itu, dia akan berubah pikiran dan akanbersedia menemuiku...."

    "Aneh, memangnya kenapa?" tanya NyiNuning.

    Wiro angkat kepalanya. Setelah menerimaaliran hawa aneh yang diberikan Naga Birupendengarannya menjadi jauh lebih tajam. Saatitu dia mendengar ada kaki-kaki halus berlaricepat di lorong di belakang pintu.

    "Aku tak bisa menjawab mengapa Nyi RoroManggut bakal berubah pikiran. Yang jelas saatini aku mendengar ada orang berlari di balikpintu. Sebentar lagi mereka akan segera muncul."

    Nyi Kantili dan anak buahnya tidak percaya.Mereka ingin cepat-cepat mengantar Wiro ke pintugerbang keluar.

    Wiro sendiri tetap saja duduk tenang-tenangdekat arca singa.

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    79/105

    M e r a g a S u k m a 79

    Tiba-tiba pintu terbuka. Tiga gadis berpakaianhijau berkilat muncul kembali. Wiro memandangtertawa pada Nyi Kantili.

    "Nyi Kantili," ucap murid Sinto Gendeng. "Apakataku!"

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    80/105

    M e r a g a S u k m a 80

    BASTIAN TITO

    MERAGA SUKMA

    9

    YI NUNING membawa Pendekar 212 WiroSableng memasuki sebuah ruangan besar.Di tengah ruangan terdapat sebuah tirai

    berbentuk lingkaran, terbuat dari kain tebalberwarna biru muda berkilat. Wiro tidak tahu apayang ada di balik tirai tersebut. Namun telinganyayang kini menjadi sangat tajam mendengar suaraseseorang berkata perlahan, menyatakankekecewaan.

    "Ah.... Bukan dia. Tapi seorang pemuda yangaku tidak kenal. Atau mungkin dia sengaja meru-bah ujud, menyamar? Tapi sepanjang penge-tahuanku dia tidak punya ilmu kesaktian sepertiitu. Dan dia paling tidak suka menyamar."

    Wiro usap-usap dagunya yang mulaiditumbuhi janggut-janggut kasar tak tercukur.Dalam hati dia membatin. "Jika orang di dalamtirai keluarkan ucapan seperti itu berarti dia punyakemampuan menembus melihat keluar tirai. Aku

    sendiri tak bisa melihat ke dalam sana walauNaga Biru aneh itu telah memberikan hawa saktiyang sanggup membuat aku melihat segalasesuatu lebih jelas. Coba aku pergunakan IlmuMenembus Pandangdari Ratu Duyung." Wiro lalualirkan tenaga dalam ke mata, mata dikedipkan.Namun tetap saja dia tidak bisa melihat apa-apadi balik tirai biru tebal. "Tidak tembus!" ucapWiro dalam hati. "Kesaktian orang ini sungguhluar biasa!"

    "Nyi Roro," Nyi Nuning yang tegak di sampingPendekar 212 berucap. "Tamu yang Nyi Rorosuruh panggil sudah hadir di ruangan ini."

    N

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    81/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    82/105

    M e r a g a S u k m a 82

    "Aahhh...." Wiro hentikan langkah, tegak diamtapi garuk-garuk kepala sambil senyum-senyum.

    "Bocah ingusan, benar kau manusia bernamaWiro Sableng, berjuluk Pendekar Kapak MautNaga Geni 212? Bukannya seseorang yang pernah

    aku kenal lalu masuk ke sini dengan cara merubahperwujudan menyamar diri?" Orang di balik tiraibertanya. Walau nada bicara mengejek tapisuaranya tetap lembut.

    Wiro jadi kesal. "Kalau tidak aku kerjai, belumtahu rasa dia!"

    Wiro batuk-batuk beberapa kali lalu berkata."Orang di balik tirai, salam hormatku untukmu.Terima kasih kau telah mengizinkan aku masukke ruangan bagus ini walau kau rupanya agak

    malu-malu unjukkan diri. Sebelum menjawabpertanyaanmu tentang siapa diriku sebenarnya,izinkan aku membuang ingus lebih dulu!"

    Dengan ujung jari Wiro tekap cuping hidungkanan lalu sekuat tenaga keluarkan angin darihidung yang terbuka. Selesai satu lubang, diasemburkan angin keras dari lubang hidung kedua.Setiap dia menyembur, tirai biru bergoyangkeras. Orang di dalam tirai berteriak marah.

    "Tamu kurang ajar! Jangan berani mengotori

    ruangan dan Tirai Samudera Biru!""Aahh, aku mohon maaf. Hidungku gatalsekali. Aku tak tahan kalau tidak menyemprotkaningus. Eh, bukankan tadi kau menyebut akubocah ingusan? Aduh, tidak sengaja. Inguskunempel di tiraimu yang bagus. Biar akubersihkan...." Wiro pura-pura hendak melangkah.Padahal memang tidak ada ingus atau kotoran lainyang menempel di tirai biru.

    Orang di balik tirai kembali melarang. Walausuaranya keras tapi tetap saja bernada lembut.

    "Tetap di tempatmu. Jangan berani bergerak. Apalagi mendekati tirai. Sekarang jawab per-tanyaanku. Apa kau Pendekar 212 Wiro benaran

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    83/105

  • 8/3/2019 130. Meraga Sukma

    84/105

    M e r a g a S u k m a 84

    dengan siapa.""Bagaimana bisa tahu! Habis kau menutup

    dirimu sembunyi di b