1115351071-3-bab 2
DESCRIPTION
1115351071-3-Bab 2TRANSCRIPT
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Agensi
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori
agensi (agency theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of
contract) antara pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang
mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut. Hubungan keagenan
terdapat suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) memerintah orang
lain (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal dan memberi wewenang
kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal.
Teori agensi tidak selalu menghasilkan hasil yang baik dimana prinsipal
memiliki keyakinan bahwa agen tidak akan selalu melakukan yang terbaik untuk
kepentingan principal. Masalah keagenan yang timbul dapat dikurangi dan di atasi
dengan biaya keagenan yang ditanggung baik agen maupun prinsipal. Tingkat biaya
agensi tergantung pada peraturan perundang-undangan dalam penyusunan kontrak.
Menurut Jensen dan Meckling (1976) biaya keagenan dibagi menjadi tiga yaitu
monitoring cost, bonding cost, dan residual loss.
1) Monitoring cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh principal untuk memonitor
perilaku agen seperti mengamati, dan mengontrol perilaku agent.
12
2) Bonding cost adalah biaya yang dikeluarkan agen untuk mematuhi mekanisme
yang dapat menjamin bahwa agent bertindak sesuai kepentingan yang ditetapkan
oleh principal.
3) Residual loss yaitu pengorbanan dengan berkurangnya kemakmuran principal
sebagai akibat berbedanya keputusan yang dibuat oleh agent dan principal.
Eisenhardt (1989) menjelaskan bahwa ada tiga asumsi sifat manusia terkait
teori keagenan yaitu, yang pertama manusia pada umumnya mementingkan diri
sendiri (self-interest), yang kedua manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai
persepsi pada masa yang akan datang (bounded rationality), dan yang terakhir
manusia selalu menghindari adanya resiko (risk-averse). Informasi laporan keuangan
yang akurat dan tepat waktu dapat mempengaruhi permintaan akan audit laporan
keuangan. Hubungan teori keagenan sangat erat dengan ketepatan waktu. Prinsipal
dalam penelitian ini adalah perusahaan, sedangkan yang berperan sebagai agen adalah
auditor dan ada keterkaitan hubungan teori keagenan pada perusahaan dan auditor
pada penelitian ini. Perusahaan menggunakan jasa auditor independen untuk
mengaudit laporan keuangan perusahaan. Perusahaan berharap auditor akan
menyelesaikan laporan keuangan tepat waktu, sehingga informasi dalam laporan
keuangan menjadi berkualitas.
2.1.2 Auditing
Menurut Arens et al.(2009:4), auditing adalah akumulasi dan evaluasi bukti
mengenai suatu informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat korespondensi
13
antara informasi dengan kriteria yang telah ditentukan. Pelaksanaan auditing terdapat
tiga kriteria fundamental yang harus dipenuhi oleh seorang auditor yaitu auditor harus
memiliki independensi yang tinggi, pendapat yang diungkapkan oleh auditor harus
berdasarkan bukti–bukti pendukung, dan hasil pekerjaan auditor harus dipertanggung
jawabkan dalam laporan keuangan auditan. Menurut Arens et al. (2009:12), audit
dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan ruang lingkup dan objeknya yaitu:
1) Audit operasional, berfokus pada proses pengevaluasian efisiensi dan efektivitas
metode dan prosedur aktivitas operasional perusahaan.
2) Audit kepatuhan, dilakukan untuk menentukan tingkat kepatuhan perusahaan
terhadap peraturan dan regulasi yang berlaku.
3) Audit laporan keuangan, berfokus pada penilaian tingkat kewajaran pada penyajian
laporan keuangan.
Auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya berpedoman pada
standar auditing yang berlaku di Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia dalam
Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 1 telah menetapkan masing – masing standar
auditing sebagai berikut :
1) Standar umum, yaitu:
(1) Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
(2) Semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi, dan sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor.
14
(3) Pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat.
2) Standar pekerjaan lapangan, yaitu :
(1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika menggunakan asisten
dalam pelaksanaan audit harus disupervisi dengan semestinya.
(2) Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian saat
dilakukan.
(3) Bukti audit dikatakan kompeten jika diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3) Standar pelaporan, yaitu :
(1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
(2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan, dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
(3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
(4) Laporan auditor harus memuat sesuatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi.
15
Kewajiban memenuhi standar profesi dan tanggung jawab atas opini audit
menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan audit atas laporan
keuangan ditentukan oleh waktu yang dibutuhkan. Semua itu memberikan dampak
terhadap lamanya penyelesaian audit jika auditor tidak memiliki kemampuan dan
kecermatan. Auditor yang dapat memenuhi tanggung jawabnya akan membuat
publikasi laporan keuangan kepada masyarakat umum akan dapat terlaksana secara
tepat waktu. Penyelesaian audit jika cepat dilakukan maka informasi yang akan
diberikan bagi stakeholder akan lebih cepat penyampaiannya.
2.1.3 Audit Report Lag
Audit report lag adalah jangka waktu penyelesaian audit antara tanggal tahun
buku perusahaan berakhir sampai dengan tanggal laporan audit (Anastasia, 2007).
Menurut Iskandar dan Trisnawati (2010), lamanya waktu penyelesaian audit yang
dilakukan oleh auditor dilihat dari perbedaan waktu tanggal laporan keuangan dengan
tanggal opini audit dalam laporan keuangan disebut Audit Report Lag. Menurut
Halim (2000) audit report lag berkaitan dengan rentang waktu penyelesaian
pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan yang dihitung sejak tanggal tutup buku
perusahaan yaitu 31 desember sampai dengan tanggal yang tertera pada laporan
auditor independen. Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan merupakan hal
penting karena merupakan salah satu indikator utama untuk dapat memberikan
informasi yang relevan.
16
Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan, informasi akuntansi yang tercantum dalam laporan
keuangan harus memenuhi empat karakteristik kualitatif, yaitu dapat dipahami
(understandability), relevan (relevance), andal (reliability), dan dapat
diperbandingkan (comparability) agar berguna bagi para pemakainya. PSAK tahun
2012 pada Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf
43 menjelaskan bahwa jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam
pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya.
Penyampaian laporan keuangan diatur dalam penjelasan Keputusan Ketua
Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan
Keuangan Berkala, Bapepam mewajibkan setiap perusahaan public yang terdaftar di
Pasar Modal wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang disertai dengan
laporan auditor independen kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan
ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan (Iskandar dan Trisnawati,
2010). Perusahaan yang melebihi batas yang telah ditentukan Bapepam
diperhitungkan sebagai keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Dyer dan
McHugh (1975), menjelaskan tiga kriteria keterlambatan pelaporan keuangan antara
lain:
1) Preliminary lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai
penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa.
2) Auditor’s report lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.
17
3) Total lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai
tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.
Menurut Soetedjo (2006) menjelaskan audit report lag sebagai lamanya
waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku atau akhir
tahun fiskal hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan auditan.
2.1.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya suatu perusahaan yang diukur
dari besarnya total asset atau kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Ukuran
perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi audit report lag. Besar
kecilnya perusahaan dapat diukur berdasarkan total nilai aset, total penjualan,
kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja, dan sebagainya (Bangun,dkk. 2012).
Penelitian ini menggunakan total aset untuk mengukur besar kecilnya perusahaan.
Total aset mencerminkan seberapa besar aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan
serta mencerminkan ukuran dari perusahaan (Modugu et al, 2012). Beberapa
penelitian berargumen bahwa perusahaan yang memiliki sumber daya (aset) yang
besar memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi dan
sistem informasi yang lebih canggih, sistem pengendalian yang lebih kuat, adanya
pengawasan dari investor, regulator dan sorotan masyarakat, sehingga
memungkinkan perusahaan untuk lebih cepat melaporkan laporan keuangan
auditannya ke publik (Febrianty, 2011).
18
Sesuai keputusan ketua Bapepam Nomor: Kep-11/PM/1997 menjelaskan
bahwa perusahaan menengah dan kecil adalah badan hukum yang memiliki jumlah
kekayaan (total assets) tidak lebih dari seratus miliar rupiah, sedangkan perusahaan
besar adalah badan hukum yang memiliki jumlah kekayaan (total assets) lebih dari
seratus miliar rupiah. Ukuran perusahaan terbagi dalam tiga kategori, yaitu:
1) Perusahaan besar (large firm), adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih
lebih dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan, serta memiliki hasil
penjualan lebih dari Rp 50 Milyar/tahun.
2) Perusahaan menengah (medium size), adalah perusahaan yang memiliki kekayaan
bersih Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan, serta memiliki hasil
penjualan kurang dari Rp 1-50 Milyar/tahun.
3) Perusahaan kecil (small firm), adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih
paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan, serta memiliki
hasil penjualan minimal Rp 1 Milyar/tahun.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Christian dan Yulius (2013), juga
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
audit report lag. Semakin besar ukuran perusahaan maka audit report lag semakin
pendek dan sebaliknya semakin kecil ukuran perusahaan maka audit report lag
semakin panjang. Hasil penelitian yang dilakukan Subekti dan Widiyanti (2004), juga
membuktikan bahwa total aset memiliki pengaruh yang besar terhadap audit report
lag.
19
Perusahaan besar umumnya memiliki sistem pengendalian internal yang baik
sehingga dapat memudahkan auditor dalam melakukan proses audit sehingga dapat
mengurangi tingkat kesalahan dalam pengauditan laporan keuangan (Subekti dan
Widiyanti, 2004). Dyer dan McHugh (1975), menyatakan bahwa manajemen
perusahaan besar memiliki insentif yang lebih besar untuk mengurangi audit report
lag maupun penundaan pelaporan karena diawasi secara ketat oleh investor, serikat
buruh, dan regulator. Faktor lain dari beberapa penelitian menunjukkan perusahaan
besar juga memiliki lebih banyak sumber informasi, resiko yang relatif tinggi
sehingga dapat menekan auditor untuk menyelesaikan audit dan cenderung mendapat
tekanan dari pihak eksternal yang tinggi terhadap kinerja keuangan perusahaan.
2.1.5 Opini Audit
Opini audit adalah penyataan standar dari kesimpulan auditor yang didapatkan
berdasarkan kesimpulan dari proses audit (Arens et al, 2009:58). Menurut Stepvanny
dan Gatot (2012), opini audit merupakan suatu pendapat yang diberikan oleh seorang
auditor kepada klien-kliennya atas laporan keuangan yang telah diaudit untuk
menentukan apakah laporan keuangan tersebut wajar tanpa pengecualian atau tidak.
Auditor menyatakan pendapatnya berpedoman pada audit yang dilaksanakan
berdasarkan standar auditing dan atas temuan - temuannya. Standar auditing antara
lain memuat empat standar pelaporan. Standar pelaporan keempat dalam Standar
Profesional Akuntan Publik memaparkan: laporan auditor harus memuat suatu
pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
20
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan (IAI, 2001:150). Pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Nama auditor
dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk
yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat
tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. Menurut Mulyadi (2002:19) terdapat
beberapa tipe pendapat auditor dijelaskan sebagai berikut:
1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion). Pendapat wajar tanpa
pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup
audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan
penerapan prinsip akuntansi yang berterima umum dalam penyusunan laporan
keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta
pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Laporan audit yang berisi
pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan keuangan yang paling
dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan,
maupun oleh auditor. Kata wajar dalam paragraph pendapat mempunyai makna:
bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran, lengkap informasinya.
2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified
Opinion with Explanatory Language). Terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa
penjelasan namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi
keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan
audit bentuk baku.
21
3) Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion). Pendapat wajar dengan
pengecualian ini menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk
dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Auditor yang
menjumpai kondisi-kondisi berikut, maka akan memberikan pendapat wajar
dengan pengecualian dalam laporan audit :
(1) Lingkup audit dibatasi oleh klien.
(2) Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat
memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar
jangkauan kekuasaan klien maupun auditor.
(3) Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum.
(4) Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
4) Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion). Auditor memberikan pendapat tidak
wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi
berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil
usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. Auditor juga akan
memberikan pendapat tidak wajar jika dia tidak dibatasi lingkup auditnya,
sehingga dia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung
pendapatnya. Laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor,maka
22
informasi yang terdapat dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya
dan tidak dapat digunakan oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan
keputusan.
5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion). Auditor tidak
melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor
memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan
pendapat juga dapat diberikan oleh auditor jika dia dalam kondisi tidak
independen dalam hubungannya dengan klien.
Potensi komunikasi auditor dengan pegawai klien setelah laporan audit
diterbitkan akan menunjukan hasil yang positif dan negatif. Hasil positif tercapai
apabila terdapat kesepakatan langsung antara klien dengan auditor sedangkan hasil
negatif terjadi apabila terjadi ketidaksepakatan dengan klien. Jangka waktu proses
penyelesaian audit dapat berbeda satu dengan lainnya antara perusahaan yang
memperoleh pendapat wajar tanpa pengecualian dengan pendapat audit lainnya.
Perusahaan yang memperoleh pendapat wajar tanpa pengecualian akan
cenderung lebih ringkas dibanding dengan pendapat lainnya. Umumnya perusahaan
yang memperoleh pendapat wajar tanpa pengecualian akan menemukan kesepakatan
dengan cepat pada saat terjadinya komunikasi antara auditor dengan klien, dengan
begitu proses audit akan lebih cepat terselesaikan. Sebaliknya perusahaan yang tidak
menerima jenis pendapat akuntan wajar tanpa pengecualian akan menunjukkan audit
report lag lebih panjang dibanding perusahaan yang menerima opini wajar tanpa
pengecualian. Proses pemberian pendapat selain wajar tanpa pengecualian akan
23
melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior
atau staf teknis lainnya dan perluasan lingkup audit. Perusahaan yang menerima opini
selain wajar tanpa pengecualian dianggap sebagai bad news sehingga penyampaian
laporan keuangan akan diperlambat.
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya
Sugiyono (2012:84) menyatakan hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian dimana dalam merumuskan hipotesis penelitian
salah satunya berdasarkan ulasan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan
permasalahan penelitian lewat berfikir induktif agar dapat memperkuat hipotesis
penelitian. Ulasan hasil penelitian sebelumnya antara lain sebagai berikut:
1) Aziz Hariza dan Ika Wahyuni (2011) melakukan penelitian tentang faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap audit report lag pada emiten industri keuangan di BEI.
Penelitian tersebut menggunakan model analisis multiple regression.Variabel
dependen dalam penelitian tersebut adalah audit report lag. Variabel independen
adalah company size, profitability, leverage, auditor size, audit opinion. Hasil
yang didapat dalam penelitian tersebut adalah variabel profitabilitas, auditor size,
dan audit opinion berpengaruh negatif signifikan terhadap audit report lag.
Variabel company size dan leverage tidak memberikan pengaruh terhadap audit
report lag. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-
sama meneliti audit report lag dengan menggunakan variabel independen
company size. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
24
penelitian yang dilakukan sebelumnya menggunakan audit opinion sebagai
variable independen dan penelitian tersebut dilakukan pada emiten industri
keuangan di BEI, sedangkan penelitian ini menggunakan opini audit sebagai
variabel pemoderasi dan penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur di
BEI.
2) Asmah Abdul dan Fadlizawati Isa (2014), melakukan penelitian tentang faktor-
faktor penentu audit report lag pada badam hukum federal di Malaysia. Penelitian
tersebut menggunakan model analisis regresi linear berganda. Variabel dependen
dalam penelitian tersebut adalah audit report lag. Variabel independen adalah.
firm size, leverage, profitability and auditor’s comment. Hasil yang didapat dalam
penelitian tersebut adalah variabel auditor’s comment berpengaruh positif terhadap
audit report lag. Variabel firm size, profitability berpengaruh negatif terhadap
audit report lag Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
sama-sama meneliti audit report lag dengan menggunakan variabel independen
firm size. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian
yang dilakukan sebelumnya menggunakan auditor’s comment sebagai variabel
independen dan penelitian tersebut dilakukan pada badan hukum federal di
Malaysia, sedangkan penelitian ini menggunakan opini audit sebagai variabel
pemoderasi dan penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur di BEI.
3) Lianto Novice dan Budi Hartono Kusumo (2010), melakukan penelitian tentang
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit report lag pada perusahaan
consumer goods industry dan perusahaan multifinance yang terdaftar di BEI.
25
Penelitian tersebut menggunakan model analisis regresi linear berganda. Variabel
dependen dalam penelitian tersebut adalah audit report lag. Variabel independen
adalah profitabilitas, solvabilitas, umur perusahaan, ukuran perusahaan, jenis
industri. Hasil yang didapat dalam penelitian tersebut adalah variabel
profitabilitas, solvabilitas, umur perusahaan berpengaruh terhadap audit report
lag. Variabel ukuran perusahaan, jenis industri tidak berpengaruh terhadap audit
report lag. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-
sama meneliti audit report lag dengan menggunakan variabel independen ukuran
perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
penelitian yang dilakukan sebelumnya dilakukan pada perusahaan consumer goods
industry dan perusahaan multifinance yang terdaftar di BEI, sedangkan penelitian
ini menggunakan opini audit sebagai variabel pemoderasi dan penelitian ini
dilakukan pada perusahaan manufaktur di BEI.
4) Ahmed Alim dan Shakawat Hossain (2010), melakukan penelitian tentang faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap audit report lag pada perusahaan yang terdaftar
di Dhaka Stock Exchange (DSE). Penelitian tersebut menggunakan model analisis
regresi linear berganda. Variabel dependen dalam penelitian tersebut adalah audit
report lag. Variabel independen adalah type of auditor. auditor change, financial
company, company size, extraordinary items, leverage, type of audit report. Hasil
yang didapat dalam penelitian tersebut adalah variabel leverage, type of audit
report berpengaruh positif terhadap audit report lag. Variabel type of auditor.
financial company, company size, berpengaruh negatif terhadap audit report lag.
26
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti
audit report lag dengan menggunakan variabel independen company size.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian yang
dilakukan sebelumnya dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Dhaka Stock
Exchange (DSE), sedangkan penelitian ini menggunakan opini audit sebagai
variabel pemoderasi dan penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur di
BEI.
5) Christian Noverta dan Yulius Jogi (2013), melakukan penelitian tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi audit report lag pada perusahaan yang terdaftar di BEI.
Penelitian tersebut menggunakan model analisis regresi linear berganda. Variabel
dependen dalam penelitian tersebut adalah audit report lag. Variabel independen
adalah opini audit, profitabilitas, jenis industri, ukuran perusahaan, reputasi KAP,
solvabilitas, company ownership dan umur perusahaan. Hasil yang didapat dalam
penelitian tersebut adalah variabel opini audit, ukuran perusahaan dan umur
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit report lag. Variabel jenis
industri, profitabilitas, reputasi KAP, solvabilitas dan company ownership tidak
berpengaruh signifikan terhadap audit report lag. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti audit report lag dengan
menggunakan variabel independen ukuran perusahaan. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian yang dilakukan sebelumnya
menggunakan opini audit sebagai variabel independen dan penelitian tersebut
dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di BEI, sedangkan penelitian ini
27
menggunakan opini audit sebagai variabel pemoderasi dan penelitian ini dilakukan
pada perusahaan manufaktur di BEI.
6) Meylisa Januar dan Estralita Trisnawati (2010), melakukan penelitian tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi audit report lag pada perusahaan yang terdaftar
di BEI. Penelitian tersebut menggunakan model analisis regresi linear berganda.
Variabel dependen dalam penelitian tersebut adalah audit report lag. Variabel
independen adalah klasifikasi industry, laba atau rugi tahun berjalan, ukuran KAP,
total asset, opini audit, debt proportion. Hasil yang didapat dalam penelitian
tersebut adalah variabel klasifikasi industry, laba atau rugi tahun berjalan, ukuran
KAP berpengaruh terhadap audit report lag. Variabel total asset, opini audit, debt
proportion tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti audit report lag.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian yang
dilakukan sebelumnya menggunakan opini audit sebagai variabel independen dan
penelitian tersebut dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di BEI, sedangkan
penelitian ini menggunakan opini audit sebagai variabel pemoderasi dan penelitian
ini dilakukan pada perusahaan manufaktur di BEI.
7) Turel Asli Gunduzay (2010), melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap audit report lag pada perusahaan yang terdaftar di Istanbul
Stock Exchange (ISE). Penelitian tersebut menggunakan model analisis regresi
linear berganda. Variabel dependen dalam penelitian tersebut adalah audit report
lag. Variabel independen adalah audit opinion, abnormal audit fees, non-audit
28
services, auditor tenure. Hasil yang didapat dalam penelitian tersebut adalah
variabel audit opinion, non-audit services berpengaruh negatif terhadap audit
report lag. Variabel auditor tenure, abnormal audit fees tidak berpengaruh
terhadap audit report lag. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah sama-sama meneliti audit report lag. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah penelitian yang dilakukan sebelumnya
menggunakan audit opinion sebagai variabel independen dan penelitian tersebut
dilakukan pada Istanbul Stock Exchange (ISE), sedangkan penelitian ini
menggunakan opini audit sebagai variabel pemoderasi dan penelitian ini dilakukan
pada perusahaan manufaktur di BEI.
8) Revani Ratna dan Imam Ghozali (2013), melakukan penelitian tentang faktor-
faktor pengaruh audit report lag pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Penelitian
tersebut menggunakan model analisis regresi linear berganda. Variabel dependen
dalam penelitian tersebut adalah audit report lag. Variabel independen adalah
ukuran perusahaan, solvabilitas, ukuran KAP, rapat komite audit Hasil yang
didapat dalam penelitian tersebut adalah variabel solvabilitas berpengaruh positif
terhadap audit report lag. Variabel ukuran perusahaan, ukuran KAP, rapat komite
audit berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti audit report lag dengan
menggunakan variabel independen ukuran perusahaan. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian yang dilakukan sebelumnya
dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di BEI, sedangkan penelitian ini
29
menggunakan opini audit sebagai variabel pemoderasi dan penelitian ini dilakukan
pada perusahaan manufaktur di BEI.
Tabel 2.1 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
No Peneliti (Tahun) Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Aziz Hariza dan
Ika Wahyuni (2011)
Variabel Dependen : Audit Report Lag Variabel Independen : Company Size, Profitability, Leverage, Auditor Size, Audit Opinion.
Variabel profitabilitas, Auditor Size, dan Audit Opinion berpengaruh negatif signifikan terhadap Audit Report Lag Variabel Company Size dan Leverage tidak memberikan pengaruh terhadap Audit Report Lag
2 Asmah Abdul dan Fadlizawati Isa (2014)
Variabel Dependen : Audit Report Lag Variabel Independen : Firm Size, Leverage, Profitability and Auditor’s Comment
Variabel Auditor’s Comment berpengaruh positif terhadap Audit Report Lag Variabel Firm Size, Profitability berpengaruh negatif terhadap Audit Report Lag
3 Lianto Novice dan Budi Hartono Kusumo (2010)
Variabel Dependen : Audit Report Lag Variabel Independen: Profitabilitas, Solvabilitas, Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Jenis Industri
Variabel Profitabilitas, Solvabilitas, Umur Perusahaan berpengaruh terhadap Audit Report Lag Variabel Ukuran Perusahaan, Jenis Industri tidak berpengaruh terhadap Audit Report Lag
4 Ahmed Alim dan Shakawat Hossain (2010)
Variabel Dependen : Audit Report Lag Variabel Independen : Type Of Auditor. Auditor Change, Financial Company, Company Size, Extraordinary Items, Leverage, Type Of Audit Report
Variabel Leverage, Type Of Audit Report berpengaruh positif terhadap Audit Report Lag Variabel Type Of Auditor. Financial Company, Company Size,berpengaruh negatif terhadap Audit Report Lag
30
5 Christian Noverta dan Yulius Jogi (2013)
Variabel Dependen : Audit Report Lag Variabel Independen : Opini Audit, Profitabilitas, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Reputasi KAP, Solvabilitas, Company Ownership dan Umur Perusahaan
Variabel Opini Audit, Ukuran Perusahaan dan Umur Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Audit Report Lag Variabel Jenis Industri, Profitabilitas, Reputasi KAP, Solvabilitas dan Company Ownership tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Report Lag
6 Meylisa Januar dan Estralita Trisnawati (2010)
Variabel Dependen : Audit Report Lag Variabel Independen : Klasifikasi Industry, Laba atau Rugi Tahun Berjalan, Ukuran KAP, Total Asset, Opini Audit, Debt Proportion
Variabel Klasifikasi Industry, Laba atau Rugi Tahun Berjalan, Ukuran KAP berpengaruh terhadap Audit Report Lag Variabel Total Asset, Opini Audit, Debt Proportion tidak berpengaruh terhadap audit report lag
7 Turel Asli Gunduzay (2010)
Variabel Deependen : Audit Report Lag Variabel Independen : Audit Opinion Abnormal Audit Fees, Non-audit Services, Auditor Tenure
Variabel Audit Opinion, Non-Audit Services berpengaruh negatif terhadap Audit Report Lag Variabel Auditor Tenure, Abnormal Audit Fees tidak berpengaruh terhadap Audit Report Lag
8 Revani Ratna dan Imam Ghozali (2013)
Variabel Deependen : Audit Report Lag Variabel Independen :Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, Ukuran KAP, Rapat Komite Audit
Variabel Solvabilitas berpengaruh positif terhadap Audit Report Lag Variabel Ukuran Perusahaan, Ukuran KAP, Rapat Komite Audit berpengaruh negatif terhadap Audit Report Lag
Sumber: Data Diolah ,2015
31
2.3. Rumusan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Pada Audit Report Lag
Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya suatu perusahaan yang diukur
dari besarnya total asset atau kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Hasil
penelitian yang dilakukan Subekti dan Widiyanti (2004), membuktikan bahwa total
aset memiliki pengaruh yang besar terhadap audit report lag. Perusahaan yang
berskala besar biasanya menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan
perusahaan yang berskala kecil. Perusahaan besar cenderung lebih tepat waktu dalam
penyajian laporan keuangan auditannya karena mereka memiliki beberapa
kepentingan yang menuntut untuk harus segera menerbitkan laporan audit. Ukuran
perusahaannya semakin besar maka semakin pendek audit report lag, karena
perusahaan yang besar memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf
akuntansi dan sistem informasi yang lebih canggih, sistem pengendalian yang lebih
kuat, adanya sorotan masyarakat.
Dyer dan McHugh (1975), menyatakan bahwa manajemen perusahaan besar
memiliki insentif yang lebih besar untuk mengurangi audit report lag maupun
penundaan pelaporan karena diawasi secara ketat oleh investor, serikat buruh, dan
regulator, akibatnya audit report lag pada perusahaan besar akan cenderung lebih
pendek. Penelitian yang dilakukan oleh Al Ajmi (2008), Asmah dan Fadlizawati,
Mohammad-Nor et al.(2010:74), juga memperoleh hasil bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Berdasarkan uraian tersebut maka
hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:
32
H1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif pada Audit Report Lag
2.3.2 Pengaruh Opini Audit Pada Audit Report Lag
Opini audit adalah pendapat auditor dalam menilai laporan keuangan
perusahaan disajikan wajar atau tidak. Jangka waktu proses penyelesaian audit dapat
berbeda satu dengan lainnya antara perusahaan yang memperoleh pendapat wajar
tanpa pengecualian dengan pendapat audit lainnya. Perusahaan yang memperoleh
pendapat wajar tanpa pengecualian akan lebih cepat dalam penyelesaian proses audit
dibandingkan perusahaan yang memperoleh pendapat selain wajar tanpa
pengecualian karena akan menemukan kesepakatan dengan cepat pada saat terjadinya
komunikasi antara auditor dengan klien. Perusahaan yang menerima opini wajar
tanpa pengecualian (unqualified opinion) akan cenderung lebih cepat dalam
menyampaikan laporan keuangan auditannya dibandingkan perusahaan yang
menerima opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion) dari auditor (Lina dan
Yohanes, 2009). Perusahaan yang hasil laporan auditnya mendapatkan opini wajar
tanpa pengecualian (unqualified opinion) tentu ingin agar hasil opini tersebut segera
diketahui oleh publik.
Perusahaan yang mendapatkan opini selain unqualified opinion tentunya
memerlukan waktu untuk berdiskusi kembali dengan auditor dan itu akan
memperpanjang lag. Qualified opinion dipandang sebagai bad news sehingga
memperlama proses audit. Perusahaan yang memperoleh pendapat wajar tanpa
pengecualian (unqualified opinion) diharapkan memiliki audit report lag yang lebih
33
cepat. Penelitian yang dilakukan oleh Aziz dan Ika (2011), Ho-Young dan Geum-Joo
(2008), Turel (2010) dan Ismail et al. (2012), juga membuktikan bahwa opini audit
berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H2 : Opini Audit berpengaruh negatif pada Audit Report Lag
2.3.3 Kemampuan Opini Audit Memoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan
pada Audit Report Lag
Opini audit dalam penelitian ini digunakan sebagai variabel pemoderasi. Opini
audit diduga dapat memperkuat pengaruh ukuran perusahaan pada audit report lag.
Proses audit laporan keuangan akan lebih cepat selesai oleh perusahaan besar yang
menerima opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) dibandingkan
perusahaan besar yang menerima opini wajar dengan pengecualian (qualified
opinion) dari auditor. Umumnya perusahaan besar yang memperoleh pendapat wajar
tanpa pengecualian akan menemukan kesepakatan dengan cepat pada saat terjadinya
komunikasi antara auditor dengan klien.
Perusahaan besar yang mempunyai sumber informasi dan staf yang lebih
banyak, sistem pengendalian yang kuat dan dimonitor oleh investor, jika menerima
opini wajar tanpa pengecualian perusahaan tersebut akan ingin segera
mempublikasikan ke publik hasil opini tersebut sehingga penyelesaian auditnya akan
lebih cepat. Audit report lag akan lebih panjang pada perusahaan besar yang
menerima opini selain unqualified opinion. Qualified opinion dipandang sebagai bad
34
news sehingga akan memperlambat proses audit. Penelitian yang dilakukan oleh
Chistian dan Yulius (2013), Shukeri dan Nelson (2011), Ahmad dan Kamarudin
(2003), juga memperoleh hasil bahwa opini audit berpengaruh terhadap audit report
lag. Opini wajar tanpa pengecualian yang diterima oleh perusahaan yang ukuran
perusahaannya tergolong perusahaan besar maka akan lebih mempercepat
penyelesaian proses audit dan penyampaian laporan keuangan auditan. Berdasarkan
penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H3: Opini audit memoderasi pengaruh ukuran perusahaan pada audit report
lag