1115351071-3-bab 2

24
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi (agency theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of contract) antara pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut. Hubungan keagenan terdapat suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) memerintah orang lain (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal dan memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Teori agensi tidak selalu menghasilkan hasil yang baik dimana prinsipal memiliki keyakinan bahwa agen tidak akan selalu melakukan yang terbaik untuk kepentingan principal. Masalah keagenan yang timbul dapat dikurangi dan di atasi dengan biaya keagenan yang ditanggung baik agen maupun prinsipal. Tingkat biaya agensi tergantung pada peraturan perundang-undangan dalam penyusunan kontrak. Menurut Jensen dan Meckling (1976) biaya keagenan dibagi menjadi tiga yaitu monitoring cost, bonding cost, dan residual loss. 1) Monitoring cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh principal untuk memonitor perilaku agen seperti mengamati, dan mengontrol perilaku agent.

Upload: renitadesipuspitasari

Post on 11-Jul-2016

236 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

1115351071-3-Bab 2

TRANSCRIPT

Page 1: 1115351071-3-Bab 2

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori

agensi (agency theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of

contract) antara pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang

mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut. Hubungan keagenan

terdapat suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) memerintah orang

lain (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal dan memberi wewenang

kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal.

Teori agensi tidak selalu menghasilkan hasil yang baik dimana prinsipal

memiliki keyakinan bahwa agen tidak akan selalu melakukan yang terbaik untuk

kepentingan principal. Masalah keagenan yang timbul dapat dikurangi dan di atasi

dengan biaya keagenan yang ditanggung baik agen maupun prinsipal. Tingkat biaya

agensi tergantung pada peraturan perundang-undangan dalam penyusunan kontrak.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) biaya keagenan dibagi menjadi tiga yaitu

monitoring cost, bonding cost, dan residual loss.

1) Monitoring cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh principal untuk memonitor

perilaku agen seperti mengamati, dan mengontrol perilaku agent.

Page 2: 1115351071-3-Bab 2

12

2) Bonding cost adalah biaya yang dikeluarkan agen untuk mematuhi mekanisme

yang dapat menjamin bahwa agent bertindak sesuai kepentingan yang ditetapkan

oleh principal.

3) Residual loss yaitu pengorbanan dengan berkurangnya kemakmuran principal

sebagai akibat berbedanya keputusan yang dibuat oleh agent dan principal.

Eisenhardt (1989) menjelaskan bahwa ada tiga asumsi sifat manusia terkait

teori keagenan yaitu, yang pertama manusia pada umumnya mementingkan diri

sendiri (self-interest), yang kedua manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai

persepsi pada masa yang akan datang (bounded rationality), dan yang terakhir

manusia selalu menghindari adanya resiko (risk-averse). Informasi laporan keuangan

yang akurat dan tepat waktu dapat mempengaruhi permintaan akan audit laporan

keuangan. Hubungan teori keagenan sangat erat dengan ketepatan waktu. Prinsipal

dalam penelitian ini adalah perusahaan, sedangkan yang berperan sebagai agen adalah

auditor dan ada keterkaitan hubungan teori keagenan pada perusahaan dan auditor

pada penelitian ini. Perusahaan menggunakan jasa auditor independen untuk

mengaudit laporan keuangan perusahaan. Perusahaan berharap auditor akan

menyelesaikan laporan keuangan tepat waktu, sehingga informasi dalam laporan

keuangan menjadi berkualitas.

2.1.2 Auditing

Menurut Arens et al.(2009:4), auditing adalah akumulasi dan evaluasi bukti

mengenai suatu informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat korespondensi

Page 3: 1115351071-3-Bab 2

13

antara informasi dengan kriteria yang telah ditentukan. Pelaksanaan auditing terdapat

tiga kriteria fundamental yang harus dipenuhi oleh seorang auditor yaitu auditor harus

memiliki independensi yang tinggi, pendapat yang diungkapkan oleh auditor harus

berdasarkan bukti–bukti pendukung, dan hasil pekerjaan auditor harus dipertanggung

jawabkan dalam laporan keuangan auditan. Menurut Arens et al. (2009:12), audit

dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan ruang lingkup dan objeknya yaitu:

1) Audit operasional, berfokus pada proses pengevaluasian efisiensi dan efektivitas

metode dan prosedur aktivitas operasional perusahaan.

2) Audit kepatuhan, dilakukan untuk menentukan tingkat kepatuhan perusahaan

terhadap peraturan dan regulasi yang berlaku.

3) Audit laporan keuangan, berfokus pada penilaian tingkat kewajaran pada penyajian

laporan keuangan.

Auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya berpedoman pada

standar auditing yang berlaku di Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia dalam

Pernyataan Standar Auditing (PSA) No. 1 telah menetapkan masing – masing standar

auditing sebagai berikut :

1) Standar umum, yaitu:

(1) Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian

dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

(2) Semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi, dan sikap

mental harus dipertahankan oleh auditor.

Page 4: 1115351071-3-Bab 2

14

(3) Pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan

kemahiran profesionalnya dengan cermat.

2) Standar pekerjaan lapangan, yaitu :

(1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika menggunakan asisten

dalam pelaksanaan audit harus disupervisi dengan semestinya.

(2) Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk

merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian saat

dilakukan.

(3) Bukti audit dikatakan kompeten jika diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,

permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk

menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

3) Standar pelaporan, yaitu :

(1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

(2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada

ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan

keuangan periode berjalan, dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi

tersebut dalam periode sebelumnya.

(3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,

kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

(4) Laporan auditor harus memuat sesuatu pernyataan pendapat mengenai laporan

keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi.

Page 5: 1115351071-3-Bab 2

15

Kewajiban memenuhi standar profesi dan tanggung jawab atas opini audit

menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan audit atas laporan

keuangan ditentukan oleh waktu yang dibutuhkan. Semua itu memberikan dampak

terhadap lamanya penyelesaian audit jika auditor tidak memiliki kemampuan dan

kecermatan. Auditor yang dapat memenuhi tanggung jawabnya akan membuat

publikasi laporan keuangan kepada masyarakat umum akan dapat terlaksana secara

tepat waktu. Penyelesaian audit jika cepat dilakukan maka informasi yang akan

diberikan bagi stakeholder akan lebih cepat penyampaiannya.

2.1.3 Audit Report Lag

Audit report lag adalah jangka waktu penyelesaian audit antara tanggal tahun

buku perusahaan berakhir sampai dengan tanggal laporan audit (Anastasia, 2007).

Menurut Iskandar dan Trisnawati (2010), lamanya waktu penyelesaian audit yang

dilakukan oleh auditor dilihat dari perbedaan waktu tanggal laporan keuangan dengan

tanggal opini audit dalam laporan keuangan disebut Audit Report Lag. Menurut

Halim (2000) audit report lag berkaitan dengan rentang waktu penyelesaian

pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan yang dihitung sejak tanggal tutup buku

perusahaan yaitu 31 desember sampai dengan tanggal yang tertera pada laporan

auditor independen. Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan merupakan hal

penting karena merupakan salah satu indikator utama untuk dapat memberikan

informasi yang relevan.

Page 6: 1115351071-3-Bab 2

16

Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan

Standar Akuntansi Keuangan, informasi akuntansi yang tercantum dalam laporan

keuangan harus memenuhi empat karakteristik kualitatif, yaitu dapat dipahami

(understandability), relevan (relevance), andal (reliability), dan dapat

diperbandingkan (comparability) agar berguna bagi para pemakainya. PSAK tahun

2012 pada Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf

43 menjelaskan bahwa jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam

pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya.

Penyampaian laporan keuangan diatur dalam penjelasan Keputusan Ketua

Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan

Keuangan Berkala, Bapepam mewajibkan setiap perusahaan public yang terdaftar di

Pasar Modal wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan yang disertai dengan

laporan auditor independen kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan

ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan (Iskandar dan Trisnawati,

2010). Perusahaan yang melebihi batas yang telah ditentukan Bapepam

diperhitungkan sebagai keterlambatan penyampaian laporan keuangan. Dyer dan

McHugh (1975), menjelaskan tiga kriteria keterlambatan pelaporan keuangan antara

lain:

1) Preliminary lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai

penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa.

2) Auditor’s report lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan

sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.

Page 7: 1115351071-3-Bab 2

17

3) Total lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai

tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.

Menurut Soetedjo (2006) menjelaskan audit report lag sebagai lamanya

waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku atau akhir

tahun fiskal hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan auditan.

2.1.4 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya suatu perusahaan yang diukur

dari besarnya total asset atau kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Ukuran

perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi audit report lag. Besar

kecilnya perusahaan dapat diukur berdasarkan total nilai aset, total penjualan,

kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja, dan sebagainya (Bangun,dkk. 2012).

Penelitian ini menggunakan total aset untuk mengukur besar kecilnya perusahaan.

Total aset mencerminkan seberapa besar aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan

serta mencerminkan ukuran dari perusahaan (Modugu et al, 2012). Beberapa

penelitian berargumen bahwa perusahaan yang memiliki sumber daya (aset) yang

besar memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi dan

sistem informasi yang lebih canggih, sistem pengendalian yang lebih kuat, adanya

pengawasan dari investor, regulator dan sorotan masyarakat, sehingga

memungkinkan perusahaan untuk lebih cepat melaporkan laporan keuangan

auditannya ke publik (Febrianty, 2011).

Page 8: 1115351071-3-Bab 2

18

Sesuai keputusan ketua Bapepam Nomor: Kep-11/PM/1997 menjelaskan

bahwa perusahaan menengah dan kecil adalah badan hukum yang memiliki jumlah

kekayaan (total assets) tidak lebih dari seratus miliar rupiah, sedangkan perusahaan

besar adalah badan hukum yang memiliki jumlah kekayaan (total assets) lebih dari

seratus miliar rupiah. Ukuran perusahaan terbagi dalam tiga kategori, yaitu:

1) Perusahaan besar (large firm), adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih

lebih dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan, serta memiliki hasil

penjualan lebih dari Rp 50 Milyar/tahun.

2) Perusahaan menengah (medium size), adalah perusahaan yang memiliki kekayaan

bersih Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan, serta memiliki hasil

penjualan kurang dari Rp 1-50 Milyar/tahun.

3) Perusahaan kecil (small firm), adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih

paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan, serta memiliki

hasil penjualan minimal Rp 1 Milyar/tahun.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Christian dan Yulius (2013), juga

menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

audit report lag. Semakin besar ukuran perusahaan maka audit report lag semakin

pendek dan sebaliknya semakin kecil ukuran perusahaan maka audit report lag

semakin panjang. Hasil penelitian yang dilakukan Subekti dan Widiyanti (2004), juga

membuktikan bahwa total aset memiliki pengaruh yang besar terhadap audit report

lag.

Page 9: 1115351071-3-Bab 2

19

Perusahaan besar umumnya memiliki sistem pengendalian internal yang baik

sehingga dapat memudahkan auditor dalam melakukan proses audit sehingga dapat

mengurangi tingkat kesalahan dalam pengauditan laporan keuangan (Subekti dan

Widiyanti, 2004). Dyer dan McHugh (1975), menyatakan bahwa manajemen

perusahaan besar memiliki insentif yang lebih besar untuk mengurangi audit report

lag maupun penundaan pelaporan karena diawasi secara ketat oleh investor, serikat

buruh, dan regulator. Faktor lain dari beberapa penelitian menunjukkan perusahaan

besar juga memiliki lebih banyak sumber informasi, resiko yang relatif tinggi

sehingga dapat menekan auditor untuk menyelesaikan audit dan cenderung mendapat

tekanan dari pihak eksternal yang tinggi terhadap kinerja keuangan perusahaan.

2.1.5 Opini Audit

Opini audit adalah penyataan standar dari kesimpulan auditor yang didapatkan

berdasarkan kesimpulan dari proses audit (Arens et al, 2009:58). Menurut Stepvanny

dan Gatot (2012), opini audit merupakan suatu pendapat yang diberikan oleh seorang

auditor kepada klien-kliennya atas laporan keuangan yang telah diaudit untuk

menentukan apakah laporan keuangan tersebut wajar tanpa pengecualian atau tidak.

Auditor menyatakan pendapatnya berpedoman pada audit yang dilaksanakan

berdasarkan standar auditing dan atas temuan - temuannya. Standar auditing antara

lain memuat empat standar pelaporan. Standar pelaporan keempat dalam Standar

Profesional Akuntan Publik memaparkan: laporan auditor harus memuat suatu

pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi

Page 10: 1115351071-3-Bab 2

20

bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan (IAI, 2001:150). Pendapat secara

keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Nama auditor

dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk

yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat

tanggung jawab yang dipikul oleh auditor. Menurut Mulyadi (2002:19) terdapat

beberapa tipe pendapat auditor dijelaskan sebagai berikut:

1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion). Pendapat wajar tanpa

pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup

audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan

penerapan prinsip akuntansi yang berterima umum dalam penyusunan laporan

keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta

pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Laporan audit yang berisi

pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan keuangan yang paling

dibutuhkan oleh semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan,

maupun oleh auditor. Kata wajar dalam paragraph pendapat mempunyai makna:

bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran, lengkap informasinya.

2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified

Opinion with Explanatory Language). Terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa

penjelasan namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi

keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan

audit bentuk baku.

Page 11: 1115351071-3-Bab 2

21

3) Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion). Pendapat wajar dengan

pengecualian ini menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,

dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas

sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk

dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Auditor yang

menjumpai kondisi-kondisi berikut, maka akan memberikan pendapat wajar

dengan pengecualian dalam laporan audit :

(1) Lingkup audit dibatasi oleh klien.

(2) Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat

memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar

jangkauan kekuasaan klien maupun auditor.

(3) Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima

umum.

(4) Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan

keuangan tidak diterapkan secara konsisten.

4) Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion). Auditor memberikan pendapat tidak

wajar jika laporan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi

berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil

usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. Auditor juga akan

memberikan pendapat tidak wajar jika dia tidak dibatasi lingkup auditnya,

sehingga dia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung

pendapatnya. Laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor,maka

Page 12: 1115351071-3-Bab 2

22

informasi yang terdapat dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya

dan tidak dapat digunakan oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan

keputusan.

5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion). Auditor tidak

melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan auditor

memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan

pendapat juga dapat diberikan oleh auditor jika dia dalam kondisi tidak

independen dalam hubungannya dengan klien.

Potensi komunikasi auditor dengan pegawai klien setelah laporan audit

diterbitkan akan menunjukan hasil yang positif dan negatif. Hasil positif tercapai

apabila terdapat kesepakatan langsung antara klien dengan auditor sedangkan hasil

negatif terjadi apabila terjadi ketidaksepakatan dengan klien. Jangka waktu proses

penyelesaian audit dapat berbeda satu dengan lainnya antara perusahaan yang

memperoleh pendapat wajar tanpa pengecualian dengan pendapat audit lainnya.

Perusahaan yang memperoleh pendapat wajar tanpa pengecualian akan

cenderung lebih ringkas dibanding dengan pendapat lainnya. Umumnya perusahaan

yang memperoleh pendapat wajar tanpa pengecualian akan menemukan kesepakatan

dengan cepat pada saat terjadinya komunikasi antara auditor dengan klien, dengan

begitu proses audit akan lebih cepat terselesaikan. Sebaliknya perusahaan yang tidak

menerima jenis pendapat akuntan wajar tanpa pengecualian akan menunjukkan audit

report lag lebih panjang dibanding perusahaan yang menerima opini wajar tanpa

pengecualian. Proses pemberian pendapat selain wajar tanpa pengecualian akan

Page 13: 1115351071-3-Bab 2

23

melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior

atau staf teknis lainnya dan perluasan lingkup audit. Perusahaan yang menerima opini

selain wajar tanpa pengecualian dianggap sebagai bad news sehingga penyampaian

laporan keuangan akan diperlambat.

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

Sugiyono (2012:84) menyatakan hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian dimana dalam merumuskan hipotesis penelitian

salah satunya berdasarkan ulasan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan

permasalahan penelitian lewat berfikir induktif agar dapat memperkuat hipotesis

penelitian. Ulasan hasil penelitian sebelumnya antara lain sebagai berikut:

1) Aziz Hariza dan Ika Wahyuni (2011) melakukan penelitian tentang faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap audit report lag pada emiten industri keuangan di BEI.

Penelitian tersebut menggunakan model analisis multiple regression.Variabel

dependen dalam penelitian tersebut adalah audit report lag. Variabel independen

adalah company size, profitability, leverage, auditor size, audit opinion. Hasil

yang didapat dalam penelitian tersebut adalah variabel profitabilitas, auditor size,

dan audit opinion berpengaruh negatif signifikan terhadap audit report lag.

Variabel company size dan leverage tidak memberikan pengaruh terhadap audit

report lag. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-

sama meneliti audit report lag dengan menggunakan variabel independen

company size. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

Page 14: 1115351071-3-Bab 2

24

penelitian yang dilakukan sebelumnya menggunakan audit opinion sebagai

variable independen dan penelitian tersebut dilakukan pada emiten industri

keuangan di BEI, sedangkan penelitian ini menggunakan opini audit sebagai

variabel pemoderasi dan penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur di

BEI.

2) Asmah Abdul dan Fadlizawati Isa (2014), melakukan penelitian tentang faktor-

faktor penentu audit report lag pada badam hukum federal di Malaysia. Penelitian

tersebut menggunakan model analisis regresi linear berganda. Variabel dependen

dalam penelitian tersebut adalah audit report lag. Variabel independen adalah.

firm size, leverage, profitability and auditor’s comment. Hasil yang didapat dalam

penelitian tersebut adalah variabel auditor’s comment berpengaruh positif terhadap

audit report lag. Variabel firm size, profitability berpengaruh negatif terhadap

audit report lag Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

sama-sama meneliti audit report lag dengan menggunakan variabel independen

firm size. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian

yang dilakukan sebelumnya menggunakan auditor’s comment sebagai variabel

independen dan penelitian tersebut dilakukan pada badan hukum federal di

Malaysia, sedangkan penelitian ini menggunakan opini audit sebagai variabel

pemoderasi dan penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur di BEI.

3) Lianto Novice dan Budi Hartono Kusumo (2010), melakukan penelitian tentang

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit report lag pada perusahaan

consumer goods industry dan perusahaan multifinance yang terdaftar di BEI.

Page 15: 1115351071-3-Bab 2

25

Penelitian tersebut menggunakan model analisis regresi linear berganda. Variabel

dependen dalam penelitian tersebut adalah audit report lag. Variabel independen

adalah profitabilitas, solvabilitas, umur perusahaan, ukuran perusahaan, jenis

industri. Hasil yang didapat dalam penelitian tersebut adalah variabel

profitabilitas, solvabilitas, umur perusahaan berpengaruh terhadap audit report

lag. Variabel ukuran perusahaan, jenis industri tidak berpengaruh terhadap audit

report lag. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-

sama meneliti audit report lag dengan menggunakan variabel independen ukuran

perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

penelitian yang dilakukan sebelumnya dilakukan pada perusahaan consumer goods

industry dan perusahaan multifinance yang terdaftar di BEI, sedangkan penelitian

ini menggunakan opini audit sebagai variabel pemoderasi dan penelitian ini

dilakukan pada perusahaan manufaktur di BEI.

4) Ahmed Alim dan Shakawat Hossain (2010), melakukan penelitian tentang faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap audit report lag pada perusahaan yang terdaftar

di Dhaka Stock Exchange (DSE). Penelitian tersebut menggunakan model analisis

regresi linear berganda. Variabel dependen dalam penelitian tersebut adalah audit

report lag. Variabel independen adalah type of auditor. auditor change, financial

company, company size, extraordinary items, leverage, type of audit report. Hasil

yang didapat dalam penelitian tersebut adalah variabel leverage, type of audit

report berpengaruh positif terhadap audit report lag. Variabel type of auditor.

financial company, company size, berpengaruh negatif terhadap audit report lag.

Page 16: 1115351071-3-Bab 2

26

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti

audit report lag dengan menggunakan variabel independen company size.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian yang

dilakukan sebelumnya dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Dhaka Stock

Exchange (DSE), sedangkan penelitian ini menggunakan opini audit sebagai

variabel pemoderasi dan penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur di

BEI.

5) Christian Noverta dan Yulius Jogi (2013), melakukan penelitian tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi audit report lag pada perusahaan yang terdaftar di BEI.

Penelitian tersebut menggunakan model analisis regresi linear berganda. Variabel

dependen dalam penelitian tersebut adalah audit report lag. Variabel independen

adalah opini audit, profitabilitas, jenis industri, ukuran perusahaan, reputasi KAP,

solvabilitas, company ownership dan umur perusahaan. Hasil yang didapat dalam

penelitian tersebut adalah variabel opini audit, ukuran perusahaan dan umur

perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit report lag. Variabel jenis

industri, profitabilitas, reputasi KAP, solvabilitas dan company ownership tidak

berpengaruh signifikan terhadap audit report lag. Persamaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti audit report lag dengan

menggunakan variabel independen ukuran perusahaan. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian yang dilakukan sebelumnya

menggunakan opini audit sebagai variabel independen dan penelitian tersebut

dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di BEI, sedangkan penelitian ini

Page 17: 1115351071-3-Bab 2

27

menggunakan opini audit sebagai variabel pemoderasi dan penelitian ini dilakukan

pada perusahaan manufaktur di BEI.

6) Meylisa Januar dan Estralita Trisnawati (2010), melakukan penelitian tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi audit report lag pada perusahaan yang terdaftar

di BEI. Penelitian tersebut menggunakan model analisis regresi linear berganda.

Variabel dependen dalam penelitian tersebut adalah audit report lag. Variabel

independen adalah klasifikasi industry, laba atau rugi tahun berjalan, ukuran KAP,

total asset, opini audit, debt proportion. Hasil yang didapat dalam penelitian

tersebut adalah variabel klasifikasi industry, laba atau rugi tahun berjalan, ukuran

KAP berpengaruh terhadap audit report lag. Variabel total asset, opini audit, debt

proportion tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti audit report lag.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian yang

dilakukan sebelumnya menggunakan opini audit sebagai variabel independen dan

penelitian tersebut dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di BEI, sedangkan

penelitian ini menggunakan opini audit sebagai variabel pemoderasi dan penelitian

ini dilakukan pada perusahaan manufaktur di BEI.

7) Turel Asli Gunduzay (2010), melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap audit report lag pada perusahaan yang terdaftar di Istanbul

Stock Exchange (ISE). Penelitian tersebut menggunakan model analisis regresi

linear berganda. Variabel dependen dalam penelitian tersebut adalah audit report

lag. Variabel independen adalah audit opinion, abnormal audit fees, non-audit

Page 18: 1115351071-3-Bab 2

28

services, auditor tenure. Hasil yang didapat dalam penelitian tersebut adalah

variabel audit opinion, non-audit services berpengaruh negatif terhadap audit

report lag. Variabel auditor tenure, abnormal audit fees tidak berpengaruh

terhadap audit report lag. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

adalah sama-sama meneliti audit report lag. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya adalah penelitian yang dilakukan sebelumnya

menggunakan audit opinion sebagai variabel independen dan penelitian tersebut

dilakukan pada Istanbul Stock Exchange (ISE), sedangkan penelitian ini

menggunakan opini audit sebagai variabel pemoderasi dan penelitian ini dilakukan

pada perusahaan manufaktur di BEI.

8) Revani Ratna dan Imam Ghozali (2013), melakukan penelitian tentang faktor-

faktor pengaruh audit report lag pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Penelitian

tersebut menggunakan model analisis regresi linear berganda. Variabel dependen

dalam penelitian tersebut adalah audit report lag. Variabel independen adalah

ukuran perusahaan, solvabilitas, ukuran KAP, rapat komite audit Hasil yang

didapat dalam penelitian tersebut adalah variabel solvabilitas berpengaruh positif

terhadap audit report lag. Variabel ukuran perusahaan, ukuran KAP, rapat komite

audit berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti audit report lag dengan

menggunakan variabel independen ukuran perusahaan. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian yang dilakukan sebelumnya

dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di BEI, sedangkan penelitian ini

Page 19: 1115351071-3-Bab 2

29

menggunakan opini audit sebagai variabel pemoderasi dan penelitian ini dilakukan

pada perusahaan manufaktur di BEI.

Tabel 2.1 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

No Peneliti (Tahun) Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Aziz Hariza dan

Ika Wahyuni (2011)

Variabel Dependen : Audit Report Lag Variabel Independen : Company Size, Profitability, Leverage, Auditor Size, Audit Opinion.

Variabel profitabilitas, Auditor Size, dan Audit Opinion berpengaruh negatif signifikan terhadap Audit Report Lag Variabel Company Size dan Leverage tidak memberikan pengaruh terhadap Audit Report Lag

2 Asmah Abdul dan Fadlizawati Isa (2014)

Variabel Dependen : Audit Report Lag Variabel Independen : Firm Size, Leverage, Profitability and Auditor’s Comment

Variabel Auditor’s Comment berpengaruh positif terhadap Audit Report Lag Variabel Firm Size, Profitability berpengaruh negatif terhadap Audit Report Lag

3 Lianto Novice dan Budi Hartono Kusumo (2010)

Variabel Dependen : Audit Report Lag Variabel Independen: Profitabilitas, Solvabilitas, Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Jenis Industri

Variabel Profitabilitas, Solvabilitas, Umur Perusahaan berpengaruh terhadap Audit Report Lag Variabel Ukuran Perusahaan, Jenis Industri tidak berpengaruh terhadap Audit Report Lag

4 Ahmed Alim dan Shakawat Hossain (2010)

Variabel Dependen : Audit Report Lag Variabel Independen : Type Of Auditor. Auditor Change, Financial Company, Company Size, Extraordinary Items, Leverage, Type Of Audit Report

Variabel Leverage, Type Of Audit Report berpengaruh positif terhadap Audit Report Lag Variabel Type Of Auditor. Financial Company, Company Size,berpengaruh negatif terhadap Audit Report Lag

Page 20: 1115351071-3-Bab 2

30

5 Christian Noverta dan Yulius Jogi (2013)

Variabel Dependen : Audit Report Lag Variabel Independen : Opini Audit, Profitabilitas, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Reputasi KAP, Solvabilitas, Company Ownership dan Umur Perusahaan

Variabel Opini Audit, Ukuran Perusahaan dan Umur Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Audit Report Lag Variabel Jenis Industri, Profitabilitas, Reputasi KAP, Solvabilitas dan Company Ownership tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Report Lag

6 Meylisa Januar dan Estralita Trisnawati (2010)

Variabel Dependen : Audit Report Lag Variabel Independen : Klasifikasi Industry, Laba atau Rugi Tahun Berjalan, Ukuran KAP, Total Asset, Opini Audit, Debt Proportion

Variabel Klasifikasi Industry, Laba atau Rugi Tahun Berjalan, Ukuran KAP berpengaruh terhadap Audit Report Lag Variabel Total Asset, Opini Audit, Debt Proportion tidak berpengaruh terhadap audit report lag

7 Turel Asli Gunduzay (2010)

Variabel Deependen : Audit Report Lag Variabel Independen : Audit Opinion Abnormal Audit Fees, Non-audit Services, Auditor Tenure

Variabel Audit Opinion, Non-Audit Services berpengaruh negatif terhadap Audit Report Lag Variabel Auditor Tenure, Abnormal Audit Fees tidak berpengaruh terhadap Audit Report Lag

8 Revani Ratna dan Imam Ghozali (2013)

Variabel Deependen : Audit Report Lag Variabel Independen :Ukuran Perusahaan, Solvabilitas, Ukuran KAP, Rapat Komite Audit

Variabel Solvabilitas berpengaruh positif terhadap Audit Report Lag Variabel Ukuran Perusahaan, Ukuran KAP, Rapat Komite Audit berpengaruh negatif terhadap Audit Report Lag

Sumber: Data Diolah ,2015

Page 21: 1115351071-3-Bab 2

31

2.3. Rumusan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Pada Audit Report Lag

Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya suatu perusahaan yang diukur

dari besarnya total asset atau kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Hasil

penelitian yang dilakukan Subekti dan Widiyanti (2004), membuktikan bahwa total

aset memiliki pengaruh yang besar terhadap audit report lag. Perusahaan yang

berskala besar biasanya menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan

perusahaan yang berskala kecil. Perusahaan besar cenderung lebih tepat waktu dalam

penyajian laporan keuangan auditannya karena mereka memiliki beberapa

kepentingan yang menuntut untuk harus segera menerbitkan laporan audit. Ukuran

perusahaannya semakin besar maka semakin pendek audit report lag, karena

perusahaan yang besar memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf

akuntansi dan sistem informasi yang lebih canggih, sistem pengendalian yang lebih

kuat, adanya sorotan masyarakat.

Dyer dan McHugh (1975), menyatakan bahwa manajemen perusahaan besar

memiliki insentif yang lebih besar untuk mengurangi audit report lag maupun

penundaan pelaporan karena diawasi secara ketat oleh investor, serikat buruh, dan

regulator, akibatnya audit report lag pada perusahaan besar akan cenderung lebih

pendek. Penelitian yang dilakukan oleh Al Ajmi (2008), Asmah dan Fadlizawati,

Mohammad-Nor et al.(2010:74), juga memperoleh hasil bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Berdasarkan uraian tersebut maka

hipotesis yang dapat dirumuskan adalah:

Page 22: 1115351071-3-Bab 2

32

H1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif pada Audit Report Lag

2.3.2 Pengaruh Opini Audit Pada Audit Report Lag

Opini audit adalah pendapat auditor dalam menilai laporan keuangan

perusahaan disajikan wajar atau tidak. Jangka waktu proses penyelesaian audit dapat

berbeda satu dengan lainnya antara perusahaan yang memperoleh pendapat wajar

tanpa pengecualian dengan pendapat audit lainnya. Perusahaan yang memperoleh

pendapat wajar tanpa pengecualian akan lebih cepat dalam penyelesaian proses audit

dibandingkan perusahaan yang memperoleh pendapat selain wajar tanpa

pengecualian karena akan menemukan kesepakatan dengan cepat pada saat terjadinya

komunikasi antara auditor dengan klien. Perusahaan yang menerima opini wajar

tanpa pengecualian (unqualified opinion) akan cenderung lebih cepat dalam

menyampaikan laporan keuangan auditannya dibandingkan perusahaan yang

menerima opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion) dari auditor (Lina dan

Yohanes, 2009). Perusahaan yang hasil laporan auditnya mendapatkan opini wajar

tanpa pengecualian (unqualified opinion) tentu ingin agar hasil opini tersebut segera

diketahui oleh publik.

Perusahaan yang mendapatkan opini selain unqualified opinion tentunya

memerlukan waktu untuk berdiskusi kembali dengan auditor dan itu akan

memperpanjang lag. Qualified opinion dipandang sebagai bad news sehingga

memperlama proses audit. Perusahaan yang memperoleh pendapat wajar tanpa

pengecualian (unqualified opinion) diharapkan memiliki audit report lag yang lebih

Page 23: 1115351071-3-Bab 2

33

cepat. Penelitian yang dilakukan oleh Aziz dan Ika (2011), Ho-Young dan Geum-Joo

(2008), Turel (2010) dan Ismail et al. (2012), juga membuktikan bahwa opini audit

berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H2 : Opini Audit berpengaruh negatif pada Audit Report Lag

2.3.3 Kemampuan Opini Audit Memoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan

pada Audit Report Lag

Opini audit dalam penelitian ini digunakan sebagai variabel pemoderasi. Opini

audit diduga dapat memperkuat pengaruh ukuran perusahaan pada audit report lag.

Proses audit laporan keuangan akan lebih cepat selesai oleh perusahaan besar yang

menerima opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) dibandingkan

perusahaan besar yang menerima opini wajar dengan pengecualian (qualified

opinion) dari auditor. Umumnya perusahaan besar yang memperoleh pendapat wajar

tanpa pengecualian akan menemukan kesepakatan dengan cepat pada saat terjadinya

komunikasi antara auditor dengan klien.

Perusahaan besar yang mempunyai sumber informasi dan staf yang lebih

banyak, sistem pengendalian yang kuat dan dimonitor oleh investor, jika menerima

opini wajar tanpa pengecualian perusahaan tersebut akan ingin segera

mempublikasikan ke publik hasil opini tersebut sehingga penyelesaian auditnya akan

lebih cepat. Audit report lag akan lebih panjang pada perusahaan besar yang

menerima opini selain unqualified opinion. Qualified opinion dipandang sebagai bad

Page 24: 1115351071-3-Bab 2

34

news sehingga akan memperlambat proses audit. Penelitian yang dilakukan oleh

Chistian dan Yulius (2013), Shukeri dan Nelson (2011), Ahmad dan Kamarudin

(2003), juga memperoleh hasil bahwa opini audit berpengaruh terhadap audit report

lag. Opini wajar tanpa pengecualian yang diterima oleh perusahaan yang ukuran

perusahaannya tergolong perusahaan besar maka akan lebih mempercepat

penyelesaian proses audit dan penyampaian laporan keuangan auditan. Berdasarkan

penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H3: Opini audit memoderasi pengaruh ukuran perusahaan pada audit report

lag