101429-ade raselawati-feb.pdf

117
PENGARUH PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PADA SEKTOR UKM DI INDONESIA Oleh Ade Raselawati NIM: 107084000542 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

Upload: chokey-hoky

Post on 18-Jan-2016

43 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

PENGARUH PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PADA SEKTOR UKM DI

INDONESIA

Oleh

Ade Raselawati

NIM: 107084000542

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 2: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

PENGARUH PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PADA SEKTOR UKM DI

INDONESIA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Ade Raselawati

NIM: 107084000542

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Zuhairan Yunmi Yunan SE. M.Sc

NIP: 19690203 200112 1 003 NIP: 19800416 200912 1 002

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/ 2011 M

Page 3: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Jumat, 6 Mei 2011 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Ade Raselawati

2. NIM : 107084000542

3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah terhadap

Pertumbuhan Ekonomi pada Sektor UKM di Indonesia

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswi tersebut diatas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk

melanjutan ketahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 6 Mei 2011

1. Pheni Chalid, SF. MA.Ph.D

NIP : 19560505 200012 1 001 Ketua

2. Zuhairan Yunmi Yunan SE. M.Sc

NIP : 19800416 200912 1 002 Sekertaris

3. Dr. Lukman. M.Si

NIP : 19640607 200302 1 001 Penguji Ahli

Page 4: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu, 16 Juni 2011 telah dilakukan ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Ade Raselawati

2. NIM : 107084000542

3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah terhadap

Pertumbuhan Ekonomi pada Sektor UKM di Indonesia

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswi

tersebut diatas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Juni 2011

4. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS

NIP : 19570617 198503 1 002 Ketua

5. Dr. Lukman M.Si

NIP : 19640607 200302 1 001 Sekertaris

6. Pheni Chalid, SF. MA.Ph.D

NIP : 19560505 200012 1 001 Penguji Ahli

7. Prof. Dr. Ahmad Rodoni

NIP : 19690203 200112 1 003 Pembimbing I

8. Zuhairan Yunmi Yunan SE. M.Sc

NIP : 19800416 200912 1 002 Pembimbing II

Page 5: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

LEMBAR PERNYATAAN

KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ade Raselawati

No. Induk Mahasiswa : 107084000542

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

atau tanpa ijin dari pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas

karya ini.

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang

ditemukan bahwa saya telah melanggar pernyatan diatas, maka saya siap untuk

dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 16 Juni 2011

Yang Menyatakan,

Ade Raselawati

107084000542

Page 6: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

Nama : Ade Raselawati

Tempat & Tgl. Lahir : Tangerang, 30 November 1989

Alamat : Jl. Dr. Setia Budi Gg. Mede 3 RT.05/04

No.17 Pamulang Barat

Pamulang- Tangerang Selatan 15417

Telepon : 085814311599

Email : [email protected]

II. Pendidikan Formal

SD (1995-2001) : SDN Pamulang Tengah

SMP (2001-2004) : MTsN Tangerang 2 Pamulang

SMA (2004-2007) : SMA Negeri 1 Ciputat

S1 (2007-2011) : Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Jakarta

III. Pendidikan Non Formal

Mengikuti kursus Bahasa Inggris pada Lembaga Bahasa LPIA

IV. Pengalaman Organisasi / Magang / Kerja

Rohis : SMAN 1 Ciputat

Paskibra : SMAN 1 Ciputat

MPK : SMAN 1 Ciputat

Page 7: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

ii

Kuliah Kerja Sosial : Koperasi Karunika Universitas Terbuka

Kerja : - PT. Pelayanan Paripurna (Sales Asistant)

- KAP Abdi Itjar (Auditor Junior)

V. Latar Belakang Keluarga

Ayah : M. Sarta Keman

Tempat & Tgl. Lahir : Tangerang, 01 Januari 1950

Ibu : Nasiah

Tempat & Tgl. Lahir : Tangerang, 01 Januari 1951

Anak ke dari : 4 dari 4 bersaudara

Nama Kakak : Syarifa, Sarmila, dan Sartika

VI. Kemampuan Lainnya

Mampu mengoperasikan computer literate dalam Microsoft Office

(Ms. Word, Excel, Access, dan Powerpoint)

Software E-Views

Page 8: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

iii

ABSTRAK

Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah terhadap Pertumbuhan

Ekonomi pada Sektor UKM di Indonesia

Oleh

Ade Raselawati

Peranan Usaha Kecil Menegah (UKM) dalam mendorong percepatan

pertumbuhan ekonomi sangat penting, hal ini dapat dilihat dari kontribusi

terhadap neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor dan mampu menyerap

tenaga kerja dalam jumlah banyak yaitu 70% dari total tenaga kerja di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perkembangan Usaha

Kecil Menengah (UKM) terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di

Indonesia. Pada penelitian ini digunakan metode data panel dengan Fixed Effect

Model. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai PDB UKM,

tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM dari

tahun 2000-2009.

Hasil analisis dengan menggunakan metode regresi data panel menunjukkan

bahwa ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM berpengaruh positif

dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM. Sedangkan

variabel tenaga kerja UKM tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi pada sektor UKM karena tenaga kerja yang diserap tidak sebanding

dengan nilai tambah yang dihasilkan.

Kata kunci : PDB UKM, tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan

investasi UKM.

Page 9: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

iv

ABSTRACT

Influence of the Development of Small and Medium Enterprise to Economic

Growth in SME Sector in Indonesia

By

Ade Raselawati

Small and Medium Enterprise (SME) was playing important role in

promoting the acceleration of economic growth. It was approved from its

contribution to the exports balance of payments and absorbing numerous

members of labour forces that is 70% of the total labour force in Indonesia.

This study aims to analyze the influence of the development of Small and

Medium Enterprise (SME) to economic growth in the SME sector in Indonesia.

This study used Panel Data Methods with a Fixed Effect Model. The data used

were the secondary from the GDP of SME, Labours of SME, exports of SME, the

number of units of SME and SME investment of SME during 2000-2009.

The results of analysis using a Panel Data Regression Method showed that

the exports of SME, the number of units of SME, and investment of SME had

significant and positive influence on economic growth in the SME sector. While

the labour force variable SME had no significant influence on economic growth in

the SME sector because the labour force is not absorbed proportionaly to the

added value generated.

Key words: GDP SME, Labours of SME, exports of SMEs, the number of units of

SMEs and SME investment

Page 10: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur Alhamdulillah, penulis persembahkan atas kehadirat Allah SWT

yang senantiasa memberikan segala rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Pengaruh Perkembangan

Usaha Kecil Menengah terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada Sektor UKM

di Indonesia” dengan baik dan lancar.

Dengan selesainya skripsi ini, bagi penulis merupakan sebuah titik

kulminasi perjuangan yang selama ini ditempuh dalam rangka memperoleh gelar

sarjana. Oleh karena itu, penulis berharap dapat terus melanjutkan perjuangan

dalam hal mengembangkan diri dan menggapai cita-cita pada jenjang berikutnya.

Dengan skripsi ini pula penulis berharap semoga dapat bermanfaat bagi

perkembangan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada umumnya, dan

mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada khususnya.

Penulis percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan izin dan

ketetapan Allah SWT, namun penyusunan skripsi ini tidak lepas dari orang-orang

di sekitar penulis yang begitu banyak memberi bantuan serta dukungan pada

penulis. Untuk itulah pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan rasa

terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta, Sarta Keman dan Nasiah. Ananda mengucapkan

terima kasih atas segala curahan kasih sayang, kesabaran dan pengorbanan

serta doa-doa yang selalu dipanjatkan kepadaNya. Rabbighfirli

waliwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayani shaghiira.

2. Kakakku tersayang, Syarifa, Sarmila, dan Sartika. Terima kasih atas segala

motivasi dan dorongannya, semoga kakak selalu diberkahi Allah SWT dalam

segala hal.

3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku pembimbing I yang senantiasa

meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan serta bimbingan dalam

proses penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan SE. M.Sc selaku pembimbing II yang

senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan serta

bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

6. Bapak Dr. Lukman. M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi

Pembangunan.

Page 11: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

vi

7. Segenap jajaran pengajar atau dosen yang tanpa pamrih memberikan ilmu-

ilmu yang bermanfaat bagi penulis. Semoga semua ilmu yang diberikan

selalu dalam keberkahan Allah SWT. Sehingga dapat berguna kelak dihari

kemudian.

8. Teman-teman seperjuanganku IESP 2007. Terima kasih khususnya untuk

sahabat-sahabatku tersayang Dyta, Oca, Elva, Mawaddah (tetep semangat

yaa!!).

9. Untuk seniorku Ayu Zakya Lestari. Terima kasih atas semangat dan

dukungannya, semoga selalu diberkahi Allah SWT.

10. Sahabatku tersayang Deta Tasyah. Terima kasih atas dorongan dan semangat

yang diberikan, semoga selalu diberkahi Allah SWT dan tercapai apa yang

dicita-citakan. (semoga bisnis kita ‘Adeta Cake’ lancar and eksis terus yaa,

sukses solmeeet...!!! ^_^)

11. Dan terima kasih untuk orang-orang yang telah memberikan semangat serta

dukungannya kepada penulis (Iyan, Resty, Yi, Adi, Igog, dll) Semoga

kesuksesan dan kebahagiaan selalu menyelimutimu, dan semoga tercapai apa

yang kamu cita-citakan (Sukses ya.. Semangat...!! ^_^)

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, namun semua ini

semata-mata karena keterbatasan penulis. Akhir kata, besar harapan penulis,

skripsi ini dapat bermanfaat sekaligus membuka wawasan lebih luas lagi

mengenai Usaha Kecil Menengah (UKM) bagi para pembacanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta,16 Juni 2011

Ade Raselawati

Page 12: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

vii

DAFTAR ISI

COVER

COVER Dalam

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... i

ABSTRAK ........................................................................................................... iii

ABSTRACT ......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii

BAB. I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian ................................................................. 1

B. Perumusan Masalah.......................................................................... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 10

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 12

A. UKM................................................................................................. 12

1. Definisi UKM ........................................................................... 12

2. Klasifikasi UKM ....................................................................... 15

3. Ciri-Ciri Usaha Kecil Menengah (UKM) ................................. 16

Page 13: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

viii

4. Peran Penting UKM .................................................................. 16

5. Permasalahan dan Penghambat UKM ....................................... 17

6. Aspek Permodalan UKM .......................................................... 21

B. Tenaga Kerja .................................................................................... 24

C. Investasi ............................................................................................ 28

D. Ekspor............................................................................................... 29

E. Pertumbuhan Ekonomi .................................................................... 34

1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi ................................................ 34

2. Produk Domestik Bruto ............................................................ 35

3. Teori Pertumbuhan Ekonomi .................................................... 35

F. UKM terhadap Pertumbuhan Ekonomi ........................................... 38

G. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 40

H. Keterkaitan Antar Variabel .............................................................. 44

I. Kerangka Berpikir ............................................................................ 46

J. Hipotesis ........................................................................................... 47

BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 48

A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 48

B. Metode Penentuan Sampel…………………………….................. . 48

C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 50

D. Metode Analisis................................................................................ 51

1. Metode Analisis Data Panel ...................................................... 51

Page 14: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

ix

2. Estimasi Model data Panel ........................................................ 54

E. Operasional Variabel Penelitian ....................................................... 62

1. Uji Statistik ............................................................................... 63

a. Uji t-Statistik...................................................................... 63

b. Uji F-Statistik......................................................................64

c. R2

Adjusted.........................................................................64

BAB. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................... 65

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................... 65

1. Sejarah Singkat Usaha Kecil dan Menengah ............................ 65

2. Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah .............................. 66

B. Analisis dan Pembahasan .................................................................. 67

1. Analisis Deskriptif .................................................................... 67

2. Estimasi Model data Panel. ....................................................... 75

a. Pendekatan Pooled Least Square (PLS). .............................. 75

b. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM). ................................ 76

c. PLS vs FEM. ......................................................................... 76

d. Pendekatan Random Effect Model (REM). ........................... 77

3. Pengujian Hipotesis. .................................................................. 77

Page 15: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

x

BAB. V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ..................................................... 88

A. Kesimpulan....................................................................................... 88

B. Implikasi…………………………………………………………....89

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 91

LAMPIRAN

Page 16: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

3.1 Tabel Operasional Variabel Penelitian 62

4.1 Tabel PDB UKM Menurut Sektor Ekonomi 69

4.2 Tabel Tenaga Kerja Menurut Sektor Ekonomi 70

4.3 Tabel Ekspor UKM Menurut Sektor Ekonomi 72

4.4 Tabel Jumlah Unit UKM Menurut Sektor Ekonomi 73

4.5 Tabel Investasi UKM Menurut Sektor Ekonomi 74

4.6 Tabel Regresi Data Panel: Pooled Least Square 76

4.7 Tabel Regresi Data Panel: Fixed Effect Model 76

4.8 Tabel F-Restricted 77

4.9.1 Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel Fixed Effect Model 78

4.9.2 Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model 82

Page 17: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

1.1 PDB UKM Menurut Sektor Ekonomi 4

Page 18: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembanguan ekonomi adalah hal yang sangat penting dalam suatu

negara, terutama dalam meningkatkan pendapatan ekonomi dan

meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Indonesia telah menikmati masa

pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam jangka waktu yang panjang, hingga

datangnya krisis nilai tukar tereskalasi menjadi krisis multi dimensi yang

dimulai akhir tahun 1997. (Tejasari, 2008)

Ketika terjadi krisis ekonomi 1998, hanya sektor UKM yang bertahan

dari kolapsnya ekonomi, sementara sektor yang lebih besar justru tumbang

oleh krisis. Krisis ini telah mengakibatkan kedudukan posisi pelaku sektor

ekonomi berubah. Usaha besar satu persatu pailit karena bahan baku impor

meningkat secara drastis, biaya cicilan utang meningkat sebagai akibat dari

nilai tukar rupiah terhadap dollar yang menurun dan berfluktuasi. Sektor

perbankan yang ikut terpuruk turut memperparah sektor industri dari sisi

permodalan. Banyak perusahaan yang tidak mampu lagi meneruskan usaha

karena tingkat bunga yang tinggi. Berbeda dengan UKM yang sebagian besar

tetap bertahan, bahkan cendrung bertambah. (Departemen Koperasi, 2008)

Terbukti saat krisis global yang terjadi beberapa waktu lalu, UKM hadir

sebagai suatu solusi dari sistem perekonomian yang sehat. UKM merupakan

salah satu sektor industri yang sedikit bahkan tidak sama sekali terkena

Page 19: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

2

dampak krisis global yang melanda dunia. Dengan bukti ini, jelas bahwa

UKM dapat diperhitungkan dalam meningkatkan kekompetitifan pasar dan

stabilisasi sistem ekonomi yang ada. (Departemen Koperasi, 2008)

Adapun alasan-alasan UKM dapat bertahan dan cenderung meningkat

jumlahnya pada masa krisis yaitu karena: pertama; sebagian besar UKM

memproduksi barang konsumsi dan jasa-jasa dengan elastisitas permintaan

terhadap pendapatan yang rendah. Kedua; sebagian besar UKM

mempergunakan modal sendiri dan tidak mendapat modal dari bank.

Implikasinya pada masa krisis keterpurukan sektor perbankan dan naiknya

suku bunga tidak berpengaruh terhadap UKM. Ketiga; dengan adanya krisis

ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan sektor formal banyak

memberhentikan pekerjanya. Sehingga para penganggur tersebut memasuki

sektor informal dengan melakukan kegiatan usaha yang berskala kecil,

akibatnya jumlah UKM meningkat (Partomo dan Soejodono, 2004).

Di Indonesia harapan untuk membangkitkan ekonomi rakyat sering kita

dengarkan karena pengalaman ketika krisis multidimensi tahun 1997-1998

usaha kecil telah terbukti mampu mempertahankan kelangsungan usahanya,

bahkan memainkan fungsi penyelamatan di beberapa sub-sektor kegiatan.

Fungsi penyelamatan ini segera terlihat pada sektor-sektor penyediaan

kebutuhan pokok rakyat melalui produksi dan normalisasi distribusi. Bukti

tersebut paling tidak telah menumbuhkan optimisme baru bagi sebagian besar

orang yang menguasai sebagian kecil sumberdaya akan kemampuannya untuk

menjadi motor pertumbuhan bagi pemulihan ekonomi.

Page 20: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

3

Dalam penelitian Van Gils (2007) dalam Aylin Ates dan Umit Bititci

(2008) menyatakan bahwa UKM adalah mesin penting untuk merangsang

pertumbuhan ekonomi suatu negara. Peran Usaha Kecil Menengah (UKM)

dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari: (1)

kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai

sektor, (2) penyedia lapangan kerja yang terbesar, (3) pemain penting dalam

pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4)

pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta (5) sumbangannya dalam

menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Posisi penting ini sejak

dilanda krisis belum semuanya berhasil dipertahankan sehingga pemulihan

ekonomi belum optimal. (Departemen Koperasi, 2010)

Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu digambarkan

sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena sebagian besar

jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha

kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Serta mampu menyerap

banyak tenaga kerja. Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang

diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola

oleh dua departemen yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta

Departemen Koperasi dan UKM. (Kuncoro, 2002).

Beberapa penyebab laju pertumbuhan ekonomi membaik tetapi tidak

memperbaiki peningkatan kesempatan kerja adalah; pertama, sumber

perbaikan pertumbuhan ekonomi umumnya berasal dari konsumsi masyarakat

dan pemerintah, bukan berasal dari peningkatan kapasitas perekonomian.

Page 21: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

4

Kedua, kebijakan politik berasal dari probisnis menjadi proburuh. Hal ini

mengakibatkan pasar tenaga kerja menjadi rigid dan menyebabkan

peningkatan biaya tenaga kerja relative terhadap faktor produksi lainnya.

Pertumbuhan ekonomi yang dibutuhkan dimasa mendatang adalah

pertumbuhan ekonomi yang dapat menyerap tenaga kerja. Keadaan ini akan

terwujud jika penyimpangan (distorsi), khususnya dalam pasar tenaga kerja,

yang menyebabkan peningkatan rasio upah terhadap biaya produksi lainnya

meningkat. (Ikhsan, 2004).

Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi, 2010

Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan

PPG : Sektor pertambangan dan penggalian

IP : Sektor industri pengolahan

Gambar 1.1. PDB Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi

Tahun 2000-2009 Atas Dasar Harga Konstan (Miliar

Rupiah)

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

PPKP

PPG

IP

Page 22: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

5

Peranan UKM dalam mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi

sangat penting. Faktanya terdapat ketidakseimbangan antara sumbangan

UKM dalam penyediaan lapangan kerja dengan kontribusi dalam

pembentukan nilai tambah. Pertumbuhan UKM yang lebih cepat

dibandingkan kelompok usaha besar akan memperbaiki struktur usaha dan

distribusi pendapatan secara keseluruhan. (Ikhsan, 2004)

Dalam gambar 1.1 terlihat selama tahun 2000-2009 peranan usaha kecil

dan menengah dalam penciptaan nilai tambah terus meningkat. secara

sektoral UKM memiliki keunggulan dalam sektor tersier seperti bidang usaha

yang memanfaatkan sumber daya alam (pertanian tanaman bahan makanan,

perkebunan, peternakan dan perikanan) dan sektor pertambangan dan

penggalian. Penciptaan nilai tambah UKM di masing-masing sektor tersebut

selalu meningkat terutama sektor andalan UKM yakni sektor pertanian,

peternakan, kehutanan dan perikanan. Berbeda dengan sektor industri

pengolahan yang peningkatan nilai tambahnya tidak terlalu meningkat tajam.

Di lihat dari kontribusi UKM terhadap PDB, UKM memiliki peran

penting dalam pengembangan usaha di Indonesia. UKM juga merupakan

cikal bakal dari tumbuhnya usaha besar. Hampir semua usaha besar berawal

dari UKM. Usaha kecil menengah (UKM) harus terus ditingkatkan (up grade)

dan aktif agar dapat maju dan bersaing dengan perusahaan besar. Jika tidak,

UKM di Indonesia yang merupakan jantung perekonomian Indonesia tidak

akan bisa maju dan berkembang. Satu hal yang perlu diingat dalam

pengembangan UKM adalah bahwa langkah ini tidak semata-mata

Page 23: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

6

merupakan langkah yang harus diambil oleh pemerintah dan hanya menjadi

tanggung jawab pemerintah. Pihak UKM sendiri sebagai pihak yang

dikembangkan, dapat mengayunkan langkah bersama-sama dengan

pemerintah. Selain pemerintah dan UKM, peran dari sektor perbankan juga

sangat penting terkait dengan segala hal mengenai pendanaan, terutama dari

sisi pemberian pinjaman atau penetapan kebijakan perbankan.

Lebih jauh lagi, terkait dengan ketersediaan dana atau modal, peran dari

para investor baik itu dari dalam maupun luar negeri, tidak dapat pula kita

kesampingkan. ‘Aturan main’ bagi pelaku usaha (termasuk UKM) sehingga

upaya pengembangan UKM tidak hanya bisa dilaksanakan secara parsial,

melainkan harus terintegrasi dengan pembangunan ekonomi nasional dan

dilaksanakan secara berkesinambungan. Kebijakan ekonomi (terutama

pengembangan dunia usaha) yang ditempuh selama ini belum menjadikan

ikatan kuat bagi terciptanya keterkaitan antara usaha besar dan UKM.

Pemerintah pada intinya memiliki kewajiban untuk turut memecahkan

tiga hal masalah klasik yang kerap kali menerpa UKM, yakni akses pasar,

modal, dan teknologi. Secara keseluruhan, terdapat beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam melakukan pengembangan terhadap unit usaha UKM,

antara lain kondisi kerja, promosi usaha baru, akses informasi, akses

pembiayaan, akses pasar, peningkatan kualitas produk dan SDM, ketersediaan

layanan pengembangan usaha, pengembangan cluster, jaringan bisnis, dan

kompetisi.

Page 24: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

7

UKM memiliki potensi yang begitu besar namun kenyataanya UKM

masih mengalami berbagai hambatan internal maupun eksternal dalam bidang

produksi, pengolahan, pemasaran, modal dan lain-lain. Salah satu strategi

UKM adalah kemitraan dan bantuan keuangan, maka perlu penelitian yang

berkaitan dengan UKM yang diharapkan dapat membantu dan mengatasi

persoalan permasalahan dalam UKM sehingga hasil penelitian membawa

dampak positif bagi pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi

selanjutnya. (Tejasari, 2008)

Peranan UKM dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia yaitu di

indikasikan dengan pertumbuhan PDB UKM. Pertumbuhan PDB UKM

dipengaruhi oleh beberapa variabel yang berkaitan dengan perkembangan

UKM yang terdiri dari:

1. Tenaga kerja UKM

2. Ekspor UKM

3. Jumlah unit UKM

4. Investasi UKM.

Pasar tenaga kerja di Indonesia dapat dapat dibedakan atas sektor

informal dan formal. Dalam hal ini sektor informal merupakan indikasi dari

UKM. (Cahyono, 1983). UKM di Indonesia sangat penting terutama dalam

hal penciptaan kesempatan kerja. Argumentasi ini didasarkan pada kenyataan

bahwa, disatu pihak, jumlah angkatan kerja di Indonesia sangat berlimpah

mengikuti jumlah penduduk yang besar, dan dipihak lain, UB (Usaha Besar)

tidak sanggup menyerap semua pencari pekerjaan. Ketidaksanggupan UB

Page 25: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

8

dalam menciptakan kesempatan kerja yang besar disebabkan karena memang

pada umumnya kelompok usaha tersebut relatif padat modal, sedangkan

UKM relatif padat karya.

Indikator perkembangan UKM juga dilihat dari ekspor pada sektor

UKM, peluang untuk mengembangkan UKM yang akan memasuki pasar

ekspor masih sangat memiliki prospek yang cukup baik dan memiliki potensi

yang cukup besar di masa mendatang.

Badan Pusat Statistik (2003) menyebutkan bahwa jumlah UKM tercatat

42,3 juta atau 99,90 % dari total jumlah unit usaha. UKM (Usaha Kecil dan

Menengah) menyerap tenaga kerja sebanyak 79 juta atau 99,40 % dari total

angkatan kerja. Kontribusi UKM dalam pembentukan PDB sebesar 56,70 %.

Kemudian sumbangan UKM terhadap penerimaan devisa negara melalui

kegiatan ekspor sebesar Rp 75,80 triliun atau 19,90 % dari total nilai ekspor.

Sampai saat ini perekonomian Indonesia mayoritas ditopang oleh sektor ini.

Setidaknya, sektor usaha mikro, kecil, dan menengah tersebut mampu

menyerap sekitar 70 % tenaga kerja informal.

Sisanya, 30 % bergerak di bidang formal. UMKM juga telah

menyumbang produk ekspor sampai 16 %. Sektor usaha mikro kecil dan

menengah ini perlu dibina dan diberdayakan, karena merupakan penggerak

perekonomian dan pengembang ekonomi kerakyatan. Potensi itu terlihat

tahun 2003, UMKM telah menyerap sebanyak 42,4 juta unit usaha dan 79

juta tenaga kerja dengan 56,7 % dari PDB nasional.

Page 26: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

9

Dalam penelitian ini, penulis melakukan pembatasan penelitian, yakni:

variabel perkembangan UKM yang terdiri dari tenaga kerja UKM, ekspor

UKM, jumlah unit UKM, dan investasi pada sektor UKM. Dengan melihat

pengaruhnya terhadap PDB pada sektor UKM dari tahun 2000 sampai 2009.

Kemudian data perkembangan UKM dari masing-masing variabel ditinjau

dari 3 sektor yaitu: (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2)

Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan, dari tahun 2000

sampai 2009.

B. Perumusan Masalah

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat pengujian teori tentang

pengaruh perkembangan UKM terhadap PDB pada sektor UKM dengan

pendekatan data panel.

Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, dapat dirumuskan pokok

permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh variabel

perkembangan UKM (tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM,

dan investasi UKM) terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di

Indonesia dari tahun 2000 sampai 2009. Yang ditinjau dari 3 sektor UKM :

(1) Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan; (2) Pertambangan dan

penggalian, (3) Industri pengolahan.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dari uraian pokok di atas, tujuan dari penelitian ini adalah

menganalisis pengaruh perkembangan UKM seperti (tenaga kerja UKM,

Page 27: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

10

ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM) terhadap

pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia dari tahun 2000

sampai 2009. Yang ditinjau dari 3 sektor UKM : (1) Pertanian,

peternakan, kehutanan dan perikanan; (2) Pertambangan dan penggalian,

(3) Industri pengolahan.

2. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi berbagai pihak, yaitu:

a. Bagi para aparat pemerintahan, penelitian ini dapat digunakan

sebagai masukan untuk mendukung pembuatan keputusan atau

kebijakan dalam mengembangkan sektor UKM.

b. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan pustaka sebagai pengetahuan khususnya dalam hal

perkembangan UKM terhadap pertumbuhan ekonomi, serta dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan dan tambahan informasi

dalam melakukan penelitian selanjutnya.

c. Bagi publik, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang

pentingnya UKM dan menjadikan masyarakat ikut berperan dalam

meningkatkan sektor UKM.

Page 28: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Usaha Kecil Menengah (UKM)

1. Definisi UKM

Membicarakan masalah kelompok usaha yang termasuk dalam

usaha kecil dan menengah disingkat UKM tidak mudah. Banyak istilah

yang muncul dalam hubungannya dengan usaha kecil dan menengah.

Ada yang menyebut golongan ekonomi lemah (GEL) atau pengusaha

ekonomi lemah (pegel), usaha mikro ada juga yang menggunakan istilah

industri kecil dan sedang, serta ada juga menyebut dengan industry

rumah tangga. Dalam studi ini digunakan istilah UKM. (Astawa, 2007)

a. Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah (Menegkop dan UKM):

Usaha Kecil (UK) termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas

usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp

200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan

memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000.

Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha

milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih

besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk

tanah dan bangunan.

Page 29: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

13

b. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS):

UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu usaha kecil

merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19

orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang

memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.

c. Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994

tanggal 27 Juni 1994:

Usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang

telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset

per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva

setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang

ditempati) terdiri dari : (1) bidang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi)

dan (2) perorangan (pengrajin/industri rumah tangga, petani,

peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang

dan jasa).

d. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) :

1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha

Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Page 30: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

14

2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha

yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau

usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan

usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha

besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Berdasarkan beberapa definisi UKM di atas, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan usaha

kecil yang dapat menghasilkan omzet pertahunnya setinggi-tingginya

Rp.200.000.000 - Rp.600.000.000 tanpa termasuk tanah dan bangunan.

Serta memiliki pekerja 5 s.d 19 orang. sedangkan usaha menengah

merupakan entitias usaha yang omset pertahun paling banyak

Rp.200.000.000 s.d. Rp Rp.10.000.000.000 (diluar tanah dan bangunan)

dengan tenaga kerja 20 s.d. 99 orang yang dilakukan perorangan maupun

badan usaha.

Page 31: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

15

Pengelompokan atau kategorisasi usaha-usaha di suatu negara

mempunyai tujuan strategis, antara lain dikaitkan dengan standar

kuantitatif tertentu, serta seberapa jauh dapat dimasukkan kedalam jenis-

jenis usaha atau bisnis. Tujuan pengelompokan usaha dapat disebutkan

beragam dan pada intinya mencakup empat macam tujuan, yaitu sebgai

berikut.

a. untuk keperluan analisis yang dikaitkan dengan ilmu pengetahuan

(teoritis).

b. untuk keperluan penentuan kebijakan-kebijakan pemerintah.

c. untuk meyakinkan pemilik modal atau pengusaha tentang posisi

perusahaannya.

d. untuk pertimbangan badan tertentu berkaitan dengan antisipasi

kinerja perusahaan (Partomo dan Soejodono, 2004).

2. Klasifikasi UKM

Dalam perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan

menjadi 4 (empat) kelompok yaitu : (Arief Rahmana, 2009)

a. Livelihood Activities, merupakan UKM yang digunakan sebagai

kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal

sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima

b. Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin

tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan

Page 32: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

16

c. Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki

jiwa kewirausahaan dann mampu menerima pekerjaan subkontrak

dan ekspor.

d. Fast Moving Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa

kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha

Besar (UB).

3. Ciri-Ciri Usaha Kecil Menengah (UKM)

a. Bahan baku mudah diperoleh

b. Menggunakan teknologi sederhana sehingga mudah dilakukan alih

teknologi

c. Keterampilan dasar umumnya sudah dimiliki secara turun-temurun

d. Bersifat padat karya atau menyerap tenaga kerja yang cukup banyak

e. Peluang pasar cukup luas, sebgaian besar produknya terserap di

pasar lokal/domestik dan tidak tertutup sebagian lainnya berpotensi

untuk diekspor

f. Melibatkan masyarakat ekonomi lemah setempat, secara ekonomis

menguntungkan.

4. Peran Penting UKM

Secara umum UKM dalam perekonomian nasional memiliki peran :

(1) sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi, (2) penyedia

lapangan kerja terbesar, (3) pemain penting dalam pengembangan

perekonomian lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4) pencipta pasar

baru dan sumber inovasi, serta (5) kontribusinya terhadap neraca

Page 33: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

17

pembayaran. (Departemen Koperasi, 2008). Oleh karena itu

pemberdayaannya harus dilakukan secara terstruktur dan berkelanjutan,

dengan arah peningkatan produktivitas dan daya saing, serta

menumbuhkan wirusahawan baru yang tangguh.

Salah satu keunggulan UKM adalah, ia terkadang sangat lincah

mencari peluang untuk berinovasi untuk menerapkan teknologi baru

ketimbang perusahaan-perusahaan besar yang telah mapan. Tak

mengherankan jika dalam era persaingan global saat ini banyak

perusahaan besar yang bergantung pada pemasok-pemasok kecil-

menengah. Sesungguhnya ini peluang bagi kta untuk turut berkecimpung

di era global sekaligus menggerakkan sektor ekonomi riil (Zuhal, 2010).

Dalam buku Economic Development Todaro dalam (Zuhal, 2010)

mengemukakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi Indonesia

pascakrisis sangat bergantung pada kemampuan untuk merealisasikan

“pembangunan yang benar-benar beorientasi pada rakyat”. UKM atau

koperasi dipilih sebagai representasi ekonomi rakyat karena selain

menyerap tenaga kerja sekitar 90 persen, juga karena membeli nilai

tambah sekitar 56 persen di mana sektor pertanian memegang peran yang

sangat besar (sekitar 70 persen).

5. Permasalahan dan Penghambat UKM

Pada umumnya permasalahan yang dihadapi oleh usaha kecil dan

menengah (UKM) antara lain meliputi: (Jafar Hafsah, 2004)

Page 34: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

18

a. Faktor Internal

1) Kurangnya permodalan

Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk

mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan UKM,

oleh karena pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan

usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup yang

mengandalkan pada modal dari sisi pemilik yang jumlahnya

sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau

keuangan lainnya sulit diperoleh, karena persyaratan secara

administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat

dipenuhi.

2) Sumber Daya Manusia (SDM) yang Terbatas

Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional dan

merupakan usaha keluarga yang turun temurun. Keterbatasan

SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal maupun

pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh terhadap

management pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit

untuk berkembang dengan optimal. Di samping itu dengan

keterbatasan SDM-nya, unit usaha tersebut relatif sulit untuk

mengadopsi perkembangan teknologi baru untuk meningkatkan

daya saing produk yang dihasilkan.

Page 35: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

19

3) Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar

Usaha kecil yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga,

mempuanyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan

penetrasi pasar yang rendah, oleh karena penduduk yang

dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas

yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha yang telah

mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung dengan

teknologi yang dapat menjangkau internasional dan promosi yang

baik.

b. Faktor Eksternal

1) Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif

Kebijaksanaan pemerintah untuk menumbuhkembangkan Usaha

Kecil dan Menengah (UKM), meskipun dari tahun ke tahun terus

disempurnakan, namun dirasakan belum sepenuhnya kondusif.

Hal ini terlihat antara lain masih terjadinya persaingan yang

kurang sehat antara pengusaha-pengusaha kecil dengan

pengusaha-pengusaha besar.

2) Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha

Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana

yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang

mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan.

Page 36: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

20

3) Impikasi Otonomi Daerah

Dengan berlakunya Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang

Otonomi Daerah, kewenangan daerah mempunyai otonomi untuk

mengatur dan mengurus masyarakat setempat. Perubahan system

ini akan mengalami implikasi terhadap pelaku bisnis kecil dan

menengah berupa pungutan-pungutan baru yang dikenakan pada

usaha kecil dan menengah (UKM). Jika kondisi ini tidak segera

dibenahi maka akan menurunkan daya saing Usaha Kecil dan

Menengah (UKM). Di samping itu semangat kedaerahan yang

berlebihan, kadang menciptakan kondisi yang kurang menarik

bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usahanya di

daerah tersebut.

4) Implikasi Perdagangan Bebas

Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai berlaku tahun

2003 dan APEC tahun 2020 yang berimplikasi luas terhadap

usaha kecil dan menengah untuk bersaing dalam perdagangan

bebas.

Dalam hal ini, mau tidak mau Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

dituntut untuk melakukan proses produksi dengan produktif dan

efisien, serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan

frekuensi pasar global dengan standar kualitas.

Page 37: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

21

5) Sifat produk dengan Lifetime Pendek

Sebagian besar produk Industri kecil memiliki ciri atau

karakteristik sebagai produk-produk fasion dan kerajinan dengan

lifetime yang pendek.

6) Terbatasnya Akses Pasar

Terbatsanya akses pasar akan menyebabkan produk yang

dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar

nasional maupun internasional.

6. Aspek Permodalan UKM

Salah satu kelemahan dalam pemberdayaan UKM di Indonesia

umumnya bersifat parsial yaitu dibidang permodalan, pemasaran atau

bahan baku saja. Tetapi tidak tertutup kemungkinan pada keseluruhan

yang merupakan proses dari kegiatan usaha tersebut. Namun karena

dimungkinkan oleh banyaknya masalah yang dihadapi UKM serta

pendidikan pengelola UKM umumnya rendah, mereka hanya bisa

menyebutkan masalah yang ada dalam pikirannya itu sehingga hanya

bisa menyebutkan seperti di atas. (Thoha dan Sukarna, 2006)

Usaha pemerintah dalam menbantu usaha kecil dan menengah

dilakukan di dua arah, yaitu yang berkenaan dengan kebijakan fiskal dan

kebijakan moneter. Di kebijakan fiskal pemerintah berusaha untuk

meningkatkan dan memberikan bantuan kepada usaha kecil dan usaha

menengah agar dapat berkembang dengan baik. Proyek Bimbingan

Pengembangan Industri Kecil (BIPIK) dan kegiatan-kegiatan yang

Page 38: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

22

dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Industri Kecil merupakan

contohnya. Dalam hal kebijakan moneter, pemerintah mengembangkan

program khusus kredit lunak untuk menunjang pengembangan

perusahaan-perusahaan kecil milik pribumi, seperti KIK (Kredit Investasi

Kecil) dan KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen). Pengawasan usaha-

usaha kecil yang telah dan yang dianggap perlu dibantu melalui badan-

badan milik negara juga merupakan bagian dari program kebijakan

moneter. (Tejasari, 2008)

Para pengusaha kecil mempunyai tiga pilihan untuk mendapatkan

modal agar usahanya dapat berjalan, yaitu melalui sumber-sumber resmi

seperti bank-bank milik pemerintah, sumber semi resmi seperti koperasi,

jasa-jasa sektoral, dan sumber-sumber perorangan. Dalam hal

peminjaman modal para pengusaha memiliki berbagai macam

pertimbangan. Pertimbangan itu antara lain adalah besar bunga yang

harus dibayar, prosedur peminjaman, waktu pencairan modal, atau

bantuan apakah cepat atau lambat. (Rahadjo dan Ali, 1993)

Faktor pendukung yang sangat penting dalam menjaga keberadaan

UKM adalah lembaga keuangan bank dan non-bank. Sebabnya,

pembiayaan lembaga kredit lembaga keuangan dapat menggairahkan

UKM agar mandiri karena modalnya bertambah. Disini, peranan

lembaga keuangan bukan hanya melalui pemberian kredit saja, tetapi

juga jasa pelayanan keuangan lainnya yang diarahkan guna

meningkatkan efisiensi. Peranan lembaga keuangan tersebut dalam

Page 39: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

23

pengembangan UKM dan koperasi bias dilakukan dengan cara-cara

berikut:

a. Pendekatan aktivitas, yaitu pendekatan atas dasar aktivitas yang

diperlukan UKM seperti kredit, bank garansi, giro, deposito, transfer

dan sebagainya.

b. Pendekatan komoditas, yaitu pendekatan atas dasar komoditas yang

ditangani UKM seperti pangan, pupuk, hasil perkebunan, hasil

industry dan lainnya.

c. Pendekatan program dan non-program, yaitu peranan perbankan

yang dapat dikembangkan yang bukan saja untuk penanganan

komoditas yang diprogramkan tetapi juga komoditas lain yang tidak

diprogramkan.

d. Pendekatan pembinaan, yaitu peran perbankan yang dapat

menawarkan berbagai jasa pelayanan keuangan yang diberikan

kepada UKM.

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

pinjaman untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga (BI, 2005)

Berdasarkan tujuan penggunannya, Bank Indonesia (1999)

membedakan kredit menjadi:

Page 40: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

24

a. Kredit konsumtif merupakan jenis kredit yang diberikan misalnya

untuk membeli kendaraan, peralatan, dan lain-lain yang sifatnya

untuk tujuan konsumtif. Kredit ini digunakan untuk konsumsi secara

pribadi dan dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa

yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan oleh seseorang

atau badan usaha.

b. Kredit modal kerja yaitu kredit yang digunakan untuk menambah

modal kerja untuk membiayai seperti pembelian bahan baku, biaya-

biaya produksi, biaya pemasaran: dan lain-lain dalam jangka waktu

pendek biasanya satu tahun. Kredit ini digunakan untuk keperluan

meningkatkan produksi dalam operasionalnya.

c. Kredit investasi merupakan kredit jangka menengah atau jangka

panjang untuk pembelian barang-barang modal beserta jasa yang

diperlukan untuk rehabilitasi, modernisasi, maupun eksapansi proyek

yang sudah ada atau pendirian proyek baru.

B. Tenaga Kerja

Ada 2 pengertian tenaga kerja: (Ignatia Rohana Sitanggang dan

Nachrowi Djalal, 2004)

a. Tenaga kerja umumnya tersedia di pasar kerja, dan biasanya siap untuk

di gunakan dalam suatu proses produksi barang dan jasa. Kemudian

perusahaan atau penerima tenaga kerja meminta tenaga kerja dari pasar

tenaga kerja. Apabila tenaga kerja tersebut bekerja, maka mereka akan

mendapat imbalan jasa berupa upah/gaji.

Page 41: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

25

b. Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya menusia

yang sangat dibutuhkan dalam setiap perusahaan dalam mencapai

tujuannya. Jumlah penduduk dan angkatan kerja yang besar, di satu sisi

merupakan potensi sumber daya manusia yang dapat diandalkan, tetapi

di sisi lain juga merupakan masalah besar yang berdampak pada

berbagai sektor.

1. Permintaan Tenaga Kerja

Jumlah penyerapan atau permintaan tenaga kerja di pengaruhi

oleh: upah (dalam hal ini sudah dipengaruhi oleh unsur produktivitas dan

inflasi), output (PDRB), net migration (dengan motivasi ekonomi), dan

populasi (dalam hal ini sudah termasuk unsur birth dan deadh).

Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan perencanaan tenaga kerja

merupakan suatu rencana yang memuat pendayagunaan tenaga kerja

yang optimum, efisien dan produktif guna pertumbuhan ekonomi/sosial

secara nasional, sektoral dan regional yang bertujuan untuk mengurangi

pengagguran dan meningkatkan kesejahteraan pekerja.

(a) Menurut Sritua dengan asumsi bahwa setiap perusahaan akan

berusahan untuk memaksimumkan keuntungan, maka jumlah

tenaga kerja yang akan dipekerjakan adalah jumlah yang akan

menyamakan tingkat upah riil (bayaran kepada tenaga kerja)

dengan Marginal Product of Labour (MPL)

(b) Berdasarkan fungsi produksi produksi Cobb-Douglas, permintaan

tenaga kerja diperlihatkan dalam persamaan berikut:

Page 42: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

26

(1)

Dimana: Ld = Labour Demand

W = tingkat upah riil

P = tingkat upah umum

(c) Menurut Cappelin (1987), permintaan tenaga kerja dipengaruhi

oleh output/permintaan akhir/konsumsi sektor tersebut, dan dapat

diperlihatkan dalam persamaan yang merupakan turunan dari

model struktural sebagai berikut:

Di = f (CR) (2)

Xi = g (Xl, Di) (3)

Ei = h (Xi, Wi) (4)

Dimana:

Di = permintaan akhir dari sektor I

CR = konsumsi regional

Xi = nilai tambah sektor I

Xl = sektor lain

Ei = tenaga kerja sektor I

Wi = tingkat upah pada sektor i

(d) Sedangkan permintaan tenaga kerja oleh setiap sektor ekonomi

selain dipengaruhi oleh output juga dipengaruhi oleh tenaga kerja

sektor yang bersangkutan, dirumuskan dalam persamaan sebagai

berikut:

/1

/1 W

P

KLd

Page 43: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

27

Ei = f (Qi, Ei {1})

Dimana:

Ei = tenaga kerja di sektor i

Qi = output dari sektor i

yang mana permintaan tenaga kerja disektor i dipengaruhi oleh output

dari sektor yang bersangkutan oleh tenaga kerja disektor tersebut,

pada peroide sebelumnya.

2. Penyerapan Tenaga Kerja

Perubahan struktur tenaga kerja merupakan penjelasan lebih lanjut

dari eksistensi perubahan struktur ekonomi. Hill (1996) berpendapat

bahwa perubahan distribusi penyerapan tenaga kerja sektoral biasanya

terjadi lebih lambat dibandingkan dengan perubahan peranan output

secara sektoral, mengingat proses perpindahan tenaga kerja sangat lambat

terutama bagi tenaga kerja yang berasal dari sektor denagn produktivitas

rendah seperti sektor pertanian. (Ignatia Rohana Sitanggang dan

Nachrowi Djalal, 2004)

Pasar tenaga kerja di Indonesia dapat dibedakan atas sektor

informal dan formal. Sektor formal atau sektor modern mencakup

perusahaan-perusahaan yang mempunyai status hukum, pengakuan dan

izin resmi serta umumnya berskala besar. Sebaliknya sektor informal

merupakan sektor yang memiliki karakteristik sebagai berikut: (1)

Kegiatan usaha umumnya sederhana; (2) Skala usaha relatif kecil; (3)

Usaha sektor informal umumnya tidak memiliki izin usaha; (4) Untuk

Page 44: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

28

bekerja di sektor informal biasanya lebih mudah daripada di sektor

formal; (5) Tingkat penghasilan umumnya rendah; (6) Keterkaitan antar

sektor informal dengan usaha lain sangat kecil; (7) Usaha sektor informal

sangat beraneka ragam. Dalam hal ini sektor informal merupakan

indikasi dari UKM. (Cahyono, 1983)

C. Investasi

Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang

dimiliki biasanya berjangka panjang dengan harapan mendapatkan

keuntungan dimasa yang akan datang sebagai kompensasi secara profesional

atas penundaan konsumsi, dampak inflasi dan resiko yang ditanggung.

Keputusan investasi dapat dilakukan individu, dari investasi tersebut yang

dapat berupa capital gain/loss dan yield. Investasi dapat dilakukan dalam

bentuk investasi pada aspek fisik (real asset) dan investasi pada aset finansial

(financial asset). Aset fisik adalah aset yang mempunyai wujud secara fisik,

sedangkan asset finansial adalah surat-surat berharga yang pada umumnya

adalah klaim atau aktiva riel dari suatu entitas. Alasan seorang investor

melakukan investasi adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di

masa yang akan datang serta untuk menghindari merosotnya nilai kekayaan

yang dimiliki. Investasi juga dapat diartikan sebagai suatu komitmen atas

sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan

tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Dalam hal

ini adalah investasi yang dilakukan investor pada sektor UKM (Usaha Kecil

Menengah).

Page 45: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

29

Masih kurangnya minat investor asing ke Indonesia disebabkan oleh

berbagai kendala, yang pada akhirnya menghambat usaha para investor atau

menyebabkan pemindahan usaha ke negara lain. Masalah-masalah yang

dihadapi, antara lain: (1) rendahnya kepastian hukum antara lain tercermin

dari tertundanya penyelesaian Undang-undang Penanaman Modal; (2)

prosedur perijinan dan tata cara pelayanan yang birokratis, lama, dan mahal;

(3) rendahnya insentif investasi yang diberikan; (5) belum meratanya

infrastruktur dan rusaknya sejumlah infrastruktur di daerah telah menghambat

kelancaran ekspedisi dan distribusi orang, barang dan permodalan bagi

kegiatan investasi; (6) iklim ketenagakerjaan yang kurang kondusif untuk

mendukung kegiatan investasi yang meliputi kualitas sampai dengan upah

buruh.

D. Ekspor

Ekspor adalah perdagangan dengan cara mnegeluarkan barang dari

dalam ke luar wilayah pabean suatu negara ke negara lain dengan memenuhi

ketentuan berlaku. Hal yang pokok harus diketahui/dimiliki oleh eksportir

adalah: (Anton Yudi Setiano, 2008)

1. Eksportir memiliki surat izin usaha perdagangan baik perorangan

maupun badan hukum

2. Eksportir wajib mengetahui barang yang dilarang diekspor oleh

pemerintah atau harus seizin pemerintah

3. Eksportir harus mengetahui ekspor barang ke suatu negara yang

dilarang oleh pemerintah

Page 46: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

30

Dalam hal ini adalah ekspor bagi produk yang dihasilkan usaha kecil

menengah. Adapun Beberapa hambatan ekspor UKM antara lain;

(a) Globalisasi perdagangan menuntut semakin tingginya respon pelaku

bisnis terhadap perubahan pasar dan perilaku kondumen khususnya.

Kecepatan perubahan permintaan pasar dan selera konsumen,

menuntut produk yang ditawarkan harus inovatif, beragam dan siklus

produk menjadi relatif lebih pendek. Kemampuan mengakses pasar

global, mengadop inovasi produk atau bahkan mengkreasi inovasi

produk yang sesuai kebutuhan pasar, merupakan sederetan kelemahan

yang dimiliki UKM pada umumnya.

(b) Pada umumnya UKM dalam memproduksi barang/jasanya hanya

terkonsentrasi pada sejumlah produk/jasa yang secara tradisional telah

ditangani kelompok pelaku bisnis tertentu dan pada pasar tetu saja.

Oleh karenanya kurang mendorong diversifikasi produk/jasa UKM

baik desain, bentuk maupun fungsi produk yang dihasilkan.

Rendahnya tingkat diversifikasi UKM, memberi kesan bahwa UKM

hanya berspesialisasi pada produk/jasa tradisional yang memiliki

keunggulan komparatif seperti pakaian jadi dan beberapa produk

tekstil lainnya, barang barang jadi dari kulit seperti alas kaki, dan dari

kayu, termasuk meubel dan barang kerajinan.

(c) Rendahnya aksesibilitas terhadap sumberdaya produktif, terutama

yang berkaitan dengan pembiayaan, informasi, promosi, teknologi,

dan jaringan bisnis produk ekspor.

Page 47: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

31

1. Strategi Pengembangan Ekspor UKM

(a) Prospek bisnis UKM dalam era perdagangan bebas dan otonomi

daerah sangat tergantung pada upaya yang ditempuh oleh

pemerintah dalam mengembangkan bisnis UKM. Salah satunya

melalui pengembangan iklim usaha yang kondusif. Untuk

mencapai iklim usaha yang kondusif ini, diperlukan penciptaan

lingkungan kebijakan yang kondusif bagi UKM. Kebijakan yang

kondusif dimaksud dapat diartikan sebagai lingkungan kebijakan

yang transparan dan tidak membebani UKM secara finansial dan

berlebihan. Ini berarti berbagai campur tangan pemerintah yang

berlebihan, baik pada tingkat pusat maupun daerah harus

dihapuskan, khususnya penghapusan berbagai peraturan dan

persyaratan administrasi yang rumit dan menghambat kegiatan

UKM.

(b) Pengembangan UKM yang diarahkan pada supply driver strategy

sebaiknya diarahkan pada pengembangan program UKM yang

berorientasi pasar, dan didasarkan atas pertimbangan efisiensi dan

kebutuhan riel UKM (market oriented, demand driven programs).

Fokus dari program ini yakni pertumbuhan UKM yang efisiensi

yang ditentukan oleh pertumbuhan produktivitas UKM yang

Page 48: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

32

berkelanjutan, dan pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan

UKM yang berkelanjutan.

(c) Menghadapi tantangan globalisasi ekonomi dan persaingan bebas,

struktur yang timpang dan kesenjangan akses tidak relevan lagi

untuk dipertahankan. Untuk itu perlu dilakukan reformasi struktur

usaha yang ada saat ini. Dalam konteks reformasi ini, menjadi

sangat relevan untuk memberi ruang gerak yang longgar kepada

UKM guna mengejar ketertinggalan namun juga dengan strategi

yang tepat.

(d) Liberalisasi perdagangan seharusnya juga membuka peluang bagi

perluasan pasar produk UKM itu sendiri, melalui pemunculan

institusi, yang secara spesifik ditujukan untuk membuka dan

memperluas akses pasar UKM. Diantara bentuk institusi yang

dinilai mampu memainkan fungsi tersebut adalah penguatan

trading house sebagai pintu saluran ekspor produk UKM dan pola

subkontrak.

(e) Pembentukan aliansi strategis antara UKM dengan usaha-usaha

asing merupakan mekanisme yang paling penting dan efektif

untuk alih informasi bisnis, teknologi, kemampuan manajerial

serta organisatoris, serta akses ke pasar ekspor bagi UKM dari

pada bantuan yang diberikan oleh instansi pemerintah. Aliansi

strategis ini berbeda dengan program kemitraan yang kita kenal

selama ini. Dalam aliansi ini, maka UKM ataupun usaha asing

Page 49: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

33

atau usaha domestik melakukan kerjasama yang didasarkan atas

kemauan dan kepentingan bersama.

(f) Strategi lain untuk mendorong kinerja dan peran UKM dalam

pasar bebas serta mengatasi kesenjangan yang terjadi adalah

dengan menumbuhkan usaha menengah dalam membangun

struktur industri. Strategi pengembangan usaha menengah ini

praktis banyak dilupakan sejalan dengan kurang diperhatikannya

entitas dan posisi usaha menengah dalam pertumbuhan ekonomi

maupun dalam kebijakan pengembangan UKM.

(g) Pengembangan institusi penunjang ekspor Indonesia di luar

negeri dengan merevitalisasi peran Atase Perdagangan dan atau

Kabid ekonomi di Kedutaan Besar/Perwakilan Indonesia di luar

negeri serta mengaktifkan kembali Indonesian Trade Promotion

Center (ITPC) dengan melibatkan pengusaha Indonesia yang

sudah sangat memahami seluk beluk perdagangan ekspor di

negara yang bersangkutan. Optimaslisasi peran institusi

pendukung ekspor ini diharapkan mampu menyediakan informasi

pasar internasional bagi para eksportir, memetakan para buyer

yang mampu dan memiliki komitmen untuk menampung serta

memasarkan produk Indonesia di negara yang bersangkutan serta

memberi perlindungan dan konsultasi bisnis kepada eksportir

Indonesia yang akan memasuki pasar luar negeri termasuk

Page 50: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

34

pemberian konsultasi dibidang prosedur dan persyaratan ekspor

yang harus dipenuhi.

E. Pertumbuhan Ekonomi

1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan

produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi

perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi

pertumbuhan outputriil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah

bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita.

Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur

dengan output riil per orang.

Menurut Sadono Sukirno (1996), pertumbuhan dan pembangunan

ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi

ialah proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka

panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator

keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya

pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan

masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi

pendapatan.

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output dalam jangka

panjang. Pengertian tersebut mencakup tiga aspek, yaitu proses, output

perkapita, dan jangka panjang. Jadi, dengan bukan bermaksud

„menggurui‟, pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses, bukan

Page 51: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

35

gambaran ekonomi atau hasil pada saat itu. Boediono menyebutkan

secara lebih lanjut bahwa Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan

kenaikan ”output perkapita”. Dalam pengertian ini teori tersebut harus

mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP dan teori mengenai

pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek tersebut

dijelaskan, maka perkembangan output perkapita bisa dijelaskan.

Kemudian aspek yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam

perspektif jangka panjang, yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup

panjang tersebut output perkapita menunjukkan kecenderungan yang

meningkat.

2. Produk Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan

pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. Produk domestik

bruto sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian.

Tujuan PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang

tertentu selama periode waktu tertentu. (Mankiw, 2007)

3. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan neoklasik (solow growth model). Model

petumbuhan Solow dirancang untuk menunjukan bagaimana

pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan

kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaiman

pengaruhnya terhadap output barang dan jasa suatu negara secara

keseluruhan. (Mankiw, 2007)

Page 52: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

36

a. Penawaran Barang dan fungsi Produksi

Penawaran barang dalam model Solow didasarkan pada fungsi

produksi yang sudah dikenal, yang menyatatakan bahwa output

bergantung pada persediaan modal dan angkatan kerja:

Y = F(K, L).

Model pertumbuhan Solow mengansumsikan bahwa fungsi

produksi memiliki skala pengembanlian konstan atau skala hasil

konstan (constant return to scale).

zY = F(zK, zL)

Dengan z bernilai positif. Jika mengalihkan modal dan tenaga kerja

dengan z, kita juga menalikan jumlah output z.

Fungsi produksi dengan skala pengembalian konstan

memungkinkan kita menaganalisis seluruh variable dalam

perekonomian dibandingkan denagn jumlah angkatan kerja. Maka

digunakan z = 1/L dalam persamaan di atas untuk mendapatkan

Y/L = F(K/L, 1)

Persamaan ini menunjukan bahwa output per pekerja Y/L adalah

fungsi dari jumlah modal per pekerja K/L (angka “1” adalah

konstan dan bisa dihilangkan)

Asumsi pengembalian anka konstan menunjukan bahwa

besarnya perekonomian sebagaimana diukur oleh jumlah pekerja

sehingga tidak mempengaruhi hubungan antara output per pekerja

dan modal per pekerja.

Page 53: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

37

Kita nyatakan hal ini denagn huruf kecil, sehingga y = Y/L

adalah output per pekerja, dan k = K/L adalah modal per pekerja.

Maka dapat ditulis fungsi produksi sebagai

y = f(k)

di mana kita definisikan f(k) = F(k,1). Kemiringan dari fungsi

produksi ini menunjukan berapa banyaknya output tambahan yang

dihasilkan seorang pekerja ketika mendapatkan satu unit modal

tambahan. Angka yang diperoleh merupakan produk marginal

modal MPK. Secara matematis ditulis

MPK = f(k + 1) – f(k)

b. Permintaan terhadap Barang dan Fungsi Konsumsi

Permintaan terhadap barang dalam model Solow berasal

dari konsumsi dan investasi. Dengan kata lain output per pekerja y

merypakan konsumsi per pekerja c dan investasi per pekerja i:

y = c + i

persamaan ini adalah versi per pekerja dari identitas perhitungan

pendapatan nasional untuk suatu perekonomian.

Model Solow mengansumsikan bahwa setiap tahun orang

menabung sebagian s dari pendapatan mereka dan mengkonsumsi

sebagian (1-s). maka dapat dinyatakan dengan konsumsi sederhana:

c = (1 – s)y,

Page 54: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

38

di mana s, tingkat tabungan, adalah angka antara nol dan satu.

Untuk melihat apakah fungsi ini berpengaruh pada investasi,

substitusikan (1 – s)y untuk c dalam identitas perhitungan

pendapatan nasional:

y = (1 – s)y + i.

di ubah menjadi I = sy. Persamaan ini menunjukan bahwa

investasi sama dengan tabungan.

F. UKM terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Di Indonesia harapan untuk membangkitkan ekonomi rakyat sering kita

dengarkan karena pengalaman ketika krisis multidimensi tahun 1997-1998

usaha kecil telah terbukti mampu mempertahankan kelangsungan usahanya,

bahkan memainkan fungsi penyelamatan di beberapa sub-sektor kegiatan.

Fungsi penyelamatan ini segera terlihat pada sektor-sektor penyediaan

kebutuhan pokok rakyat melalui produksi dan normalisasi distribusi. Bukti

tersebut paling tidak telah menumbuhkan optimisme baru bagi sebagian besar

orang yang menguasai sebagian kecil sumber daya akan kemampuannya

untuk menjadi motor pertumbuhan bagi pemulihan ekonomi.

Harapan ini menjadi semakin kuat ketika muncul keberanian untuk

mempercepat pemulihan dengan motor pertumbuhan UKM. Pergeseran sesaat

dalam kontribusi UKM terhadap PDB pada saat krisis yang belum berhasil

dipertahankan menyisakan pertanyaan tentang faktor dominan apa yang

membuat harapan tersebut tidak terwujud. Berbicara mengenai UKM di

Indonesia menganut cakupan pengertian yang luas pada seluruh sektor

Page 55: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

39

ekonomi termasuk pertanian, serta menggunakan kriteria aset dan nilai

penjualan sebagai ukuran pengelompokan sesuai UU Nomor 9/1995 tentang

usaha kecil dan Inpres Nomor 10/1999 tentang pembinaan usaha menengah.

Dalam analisis makroekonomi pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai

tingkat pertambahan dari pendapatan per kapita. Pertumbuhan ekonomi ini

digunakan untuk menggambarkan bahwa suatu perekonomian telah

mengalami perkembangan dan mencapai taraf kemakmuran yang lebih tinggi.

Pertumbuhan ekonomi di suatu negara dapat dilihat dari laju pertumbuhan

PDB. Laju pertumbuhan PDB yang merupakan tingkat output diturunkan dari

fungsi produksi suatu barang dan jasa. Fungsi produksi menurut mankiw

(2003).

UKM merupakan penyedia utama pekerjaan dan memberikan

kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi, meskipun pertumbuhan

ekonomi (PDB) dipengaruhi oleh banyak faktor (Audretsch, Thurik, Verheul,

& Wennekers, 2002 dalam penelitian Aristeidis G. Samitasa, Dimitris F.

Kenourgiosb, 2005).

Berdasarkan statistik UKM tahun 2004-2005 sektor ekonomi yang

mempunyai proporsi unit terbesar adalah sektor (1) Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel dan Restoran; (3) Industri

Pengolahan; (4) Pengangkutan dan Komunikasi; dan (5) Jasa-Jasa. Sedangkan

sektor ekonomi yang mempunyai proporsi unit usaha terkecil berturut-turut

yaitu sektor (1) Sektor Pertambangan dan Penggalian; (2) Bangunan; (3)

Page 56: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

40

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan; dan terakhir (4) Listrik, Gas dan

Air Bersih.

G. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Maharani Tejasari (2008)

yang meneliti peranan sektor usaha kecil dan menengah dalam penyerapan

tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan metode regresi

linear berganda, dimana dalam penelitian tersebut menunjukan bahwa jumlah

unit usaha (0.904148), Kredit Modal Kerja (0.035586) dan PDB UKM

(0.062321) secara signifikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap

penyerapan tenaga kerja. Hal ini disebabkan dengan adanya peningkatan

jumlah usaha, Kredit Modal Kerja dan pertumbuhan PDB merupakan salah

satu dari penciptaan kesempatan kerja. Sedangkan, kredit Investasi (-

0.074278) secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga

kerja. Hal ini disebabkan kredit ini lebih banyak digunakan untuk investasi

yang padat modal sehingga kurang adanya pemberdayaan terhadap sumber

daya manusia. Pendapatan per kapita (-0.378047) memberikan pengaruh yang

signifikan secara negatif terhadap penyerapan tenaga kerja karena semakin

tinggi tingkat pendapatan per kapita di suatu negara semakin kecil pangsa

tenaga kerja UKM. Tenaga kerja (2.813870) dan investasi (0.85055) secara

signifikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, karena

peningkatan produktivitas tenaga kerja dan investasi akan mendorong

kenaikan output UKM. Akan tetapi, nilai ekspor tidak berpengaruh nyata

terhadap pertumbuhan ekonomi karena sumbangan dan kontribusinya yang

Page 57: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

41

masih rendah. Disamping itu, hal tersebut juga dikarenakan kondisi ekspor

Indonesia dimana sebagian besar input ekspor masih bergantung pada impor.

Sehingga mengakibatkan ekspor tidak berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan PDB.

Penelitian lain dilakukan oleh Wirda Hanum (2010) Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kontribusi UKM secara umum

terhadap pertumbuhan industri Sumatera Utara. Metode penelitian

menggunakan pendekatan kuantitatif berdasarkan data skunder yang

berbentuk angka-angka dari tahun 1994-2008 yang diperoleh dari BPS

Sumatera Utara, menggunakan variabel dependen pertumbuhan industri

Sumatera Utara (Y) dan variabel independen penyerapan tenaga kerja UKM

(X1), total output industri UKM (X2) dan jumlah usaha industri UKM (X3),

karena variabel-variabel ini sangat mempengaruhi pertumbuhan industri

Sumatera Utara. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sektor UKM

memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, khususnya PDRB sektor

industri. Terdapat juga faktor-faktor yang menjadi tantangan terhadap

perkembangan UKM, serta faktor kewirausahaan berperan penting dalam

peningkatan kapabilitas UKM di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara.

Penelitian yang dilakukan Ignatia Rohana Sitanggang dan Nachrowi

Djalal Nachrowi yaitu pengaruh struktur ekonomi pada penyerapan tenaga

kerja sektoral: Analisis model Demometrik di 30 Provinsi pada 9 Sektor di

Indonesia, dari penelitian tersebut ditemukan bahwa struktur ekonomi

Indonesia secara nasional mengalami perubahan dari sektor pertanian ke

Page 58: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

42

sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja

walaupun upah yang lebih rendah dari upah di sektor-sektor lainnya. Adanya

peningkatan dan penurunan jumlah penyerapan tenaga kerja disebabkan oleh

perubahan populasi, net migration, output dan upah.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Aristeidis G. Samitas dan

Dimitris F. Kenourgios (2005) mengenai usaha kecil menengah (UKM) untuk

perekonomian Eropa terintegrasi. Dalam penelitiannya Aristeidis G. Samitas

dan Dimitris F. Kenourgios menggunakan metode Engle dan Granger dengan

menerapkan kointegrasi untuk menyelidiki hubungan antara usaha kecil

menengah (UKM) pasar (Inggris, Perancis, Jerman, Italia dan Yunani) ke

Eropa yang ekonominya terintegrasi dan lingkungan keuangan. Hasil

penelitian menunjukkan tidak adanya integrasi di pasar UKM, hal ini

menunjukkan diversifikasi peran mereka dalam keuangan UKM. Dalam hasil

penelitianya Aristeidis G. Samitas dan Dimitris F. Kenourgios mengusulkan

beberapa tindakan kebijakan yang menarik ke dalam penerapan kerangka

hukum dan perdagangan umum dalam rangka untuk meningkatkan peran

bersama mereka sebagai sumber pembiayaan alternatif kewirausahaan Eropa.

Penelitian yang dilakukan oleh Aylin Ates dan Umit Bititci (2007)

dalam penelitiannya yang bertujuan untuk menangani dinamika dan kegiatan

dalam proses strategi UKM, ini dapat membantu pembaca memahami praktek

dan bahasa manajer UKM tentang strategi. Aylin Ates dan Umit Bititci

menyelidiki topik ini dengan melakukan empat studi kasus yang mendalam di

Page 59: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

43

Inggris yang telah bertahan dalam lingkungan yang menantang untuk sektor

industri pengolahan beberapa tahun terakhir terutama.

Data dikumpulkan melalui wajah semi-terstruktur untuk menghadapi

wawancara dengan senior dan menengah manajer dalam empat UKM

manufaktur di Inggris pada 2006-2007. Wawancara dicatat secara elektronik

dan ditulis dalam studi kasus menurut laporan kasus studi protokol.

Kemudian Aylin Ates dan Umit Bititci menganalisis dengan menggunakan

statistik deskriptif, coding, menghitung dan pola pencarian melalui peta

konseptual memerintahkan dan taksonomi deduktif berdasarkan pada sastra

(kerangka konseptual). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aylin Ates and

Umit Bititci menunjukkan bahwa dinamika startegi UKM (usaha kecil

menengah) memiliki dua dimensi yang muncul dan direncanakan. manajer

UKM mengeksekusi strategi proses terutama dari fashion informal dengan

memegang fungsi ganda dan dengan aplikasi terbatas alat manajemen strategi

dan teknik. UKM menempatkan lebih menekankan pada scanning lingkungan

eksternal (pelanggan, pemasok, pesaing, universitas dan pemberi pinjaman)

dan kemudian menentukan strategi dan tujuan. Ini menyiratkan bahwa proses

strategi UKM ditandai oleh lebih dari pandangan berbasis pasar.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Mahmud Thoha dan

Sukarna Skim dimana penelitiannya menunjukan bahwa kredit UKM 20 buah

dimana 9 kredit program yang disalurkan melalui lembaga keuangan bank,

dan 9 jenis non-program melalui keuangan non-bank, serta sumber lain

seperti modal ventura, penyertaan saham, licensing dan factoring.

Page 60: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

44

H. Keterkaitan Antar Variabel

1. Tenaga Kerja UKM (X1)

Pasar tenaga kerja di Indonesia dapat dibedakan atas sektor informal dan

formal. Dalam hal ini sektor informal merupakan indikasi dari UKM.

(Cahyono, 1983). UKM di Indonesia sangat penting terutama dalam hal

penciptaan kesempatan kerja. Argumentasi ini didasarkan pada kenyataan

bahwa, disatu pihak, jumlah angkatan kerja di Indonesia sangat berlimpah

mengikuti jumlah penduduk yang besar, dan dipihak lain, UB (usaha

besar) tidak sanggup menyerap semua pencari pekerjaan.

Ketidaksanggupan UB dalam menciptakan kesempatan kerja yang besar

disebabkan karena memang pada umumnya kelompok usaha tersebut

relatif padat modal, sedangkan UKM relatif padat karya.

2. Ekspor UKM (X2)

Dalam perkembangan UKM juga dilihat dari ekspor pada sektor UKM,

peluang untuk mengembangkan UKM yang akan memasuki pasar ekspor

masih sangat memiliki prospek yang cukup baik dan memiliki potensi

yang cukup besar di masa mendatang.

3. Jumlah Unit UKM (X3)

Sesuai fakta dan kondisi yang ada, perekonomian Indonesia didominasi

usaha kecil dan menengah. Aktivitas usaha-usaha ekonomi masyarakat

dominan berskala kecil hingga menengah, sementara usaha berskala besar

relatif hanya berjumlah sedikit. Meskipun perekonomian Indonesia

didominasi UKM, namun sejak semula pemerintah lebih mengandalkan

Page 61: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

45

usaha besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi baik sektoral

maupun nasional. Sementara itu usaha-usaha kecil dan menengah kurang

mendapat perhatian pemerintah untuk dikembangkan. Baru pada beberapa

tahun terakhir ini perhatian dan upaya pengembangan UKM makin kuat

dilakukan. Menurut data (BPS, 2006) UKM mencapai jumlah 49.689.588

unit usaha. Jumlah unit usaha yang besar ini memiliki kapasitas untuk

menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar yaitu jika masing-masing unit

dapat menyerap dua hingga tiga orang maka akan potensial untuk

menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan. Sedikit bernada

pesimis dari berbagai kalangan, UKM potensial mengurangi

pengangguran tetapi saat ini pengangguran terus meningkat.

4. Investasi UKM (X4)

Pengembangan UKM juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

yaitu : jumlah unit usaha kecil dan menengah, PDB dalam skala kecil

menengah dan pendapatan per kapita. Dengan kredit Investasi dan Modal

kerja dari perbankan merupakan investasi yang ditanamkan pada sektor

UKM yang diharapkan akan meningkatkan skala produksi UKM. Sehingga

dengan peningkatan skala produksi tersebut maka kebutuhan tenaga kerja

akan terus bertambah. Oleh karena itu dengan adanya pengembangan UKM

yang menambah investasi, nilai ekspor dan tenaga kerja yang diserap pada

sektor UKM akan memicu pertumbuhan ekonomi melalui pembentukan PDB

UKM.

Page 62: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

46

I. Kerangka Berpikir

Penelitian ini menganalisis pengaruh beberapa indikator perkembangan

UKM yang diteliti seperti tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit

UKM, investasi pada sektor UKM terhadap pertumbuhan ekonomi pada

sektor UKM di Indonesia dengan melihat 3 sektor pada UKM yaitu: 1)

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2) Pertambangan dan

Penggalian, (3) Industri Pengolahan dari tahun 2000 sampai 2009.

Bagan Kerangka Pemikiran Teoritis

Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada Sektor

UKM di Indonesia

Fakta:

Terdapat hambatan

UKM secara internal

maupun eksternal

Harapan:

Meningkatnya PDB dari UKM

dengan pemberdayaan UKM,

tenaga kerja

Analisis

model

regresi data

panel

Data pertumbuhan

ekonomi(variabel terikat):

PDB UKM pada 3 sektor

UKM yang berorientasi

ekspor di Indonesia 2000-

2009

Data Indikator Perkembangan UKM

(Variabel bebas) yang dilihat dari pada 3

sektor UKM yang berorientasi pada ekspor

pada tahun 2000-2009:

1. Tenaga kerja UKM

2. Ekspor UKM

3. Jumlah unit UKM

4. Investasi UKM

Evaluasi hasil regresi :

Kriteria statistik

(Adjusted R2, uji F, uji t)

Simpulan dan

saran

Page 63: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

47

H. Hipotesis

Untuk melakukan analisa perkembangan UKM terhadap pertumbuhan

ekonomi pada sektor UKM, diajukan hipotesis sebagai berikut :

H0: βi = 0 : Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel

perkembangan UKM yakni (tenaga kerja UKM, ekspor

UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM) terhadap

variabel pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM.

H1: βi ≠ 0 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel

perkembangan UKM yakni (tenaga kerja UKM, ekspor

UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM) terhadap

variabel pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM.

Page 64: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

48

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh dari

beberapa variabel perkembangan UKM seperti tenaga kerja UKM, ekspor

UKM, jumlah unit UKM, dan investasi pada sektor UKM terhadap

pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia dari tahun 2000

sampai 2009.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah PDB pada sektor UKM di Indonesia

dari tahun 2000 samapai 2009.

Pemilihan sampel pada penelitian ini yaitu dengan cara purpose

sampling. Purpose sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan

karakteristik anggota yang disesuaikan dengan maksud dan tujuan penelitian.

Jadi, sampel diambil berdasarkan pertimbangan kriteria tertentu karena pada

tahun 2007 total nilai PDB Indonesia mencapai Rp 3.957,4 triliun, dimana

UKM memberikan kontribusi sebesar Rp 2.121,3 triliun atau 53,6 persen dari

total PDB Indonesia (Berita Resmi Statistik, BPS No. 28/05/Th XI, 30 Mei

2008), serta berdasarkan pengalaman sejarah sektor UKM merupakan salah

satu sektor industri yang sedikit bahkan tidak sama sekali terkena dampak

krisis global yang melanda dunia. Dengan bukti ini, jelas bahwa UKM dapat

Page 65: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

49

diperhitungkan dalam meningkatkan kekompetitifan pasar dan stabilisasi

sistem ekonomi yang ada. (Departemen Koperasi, 2008)

PDB pada sektor UKM ditentukan sebagai sampel dalam penelitian ini

karena menurut Mankiw (2007) data Produk Domestik Bruto (PDB)

merupakan salah satu indikator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu

negara dalam hal ini adalah pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM.

Variabel independennya dibatasi pada beberapa indikator

perkembangan UKM seperti tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit

UKM, dan investasi pada sektor UKM dimana semua data tersebut

menggunakan data tahunan dengan mengambil 3 sektor UKM yaitu: (1)

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2) Pertambangan dan

Penggalian, (3) Industri Pengolahan. Peneliti menggunakan 3 sektor tersebut

dikarenakan ketiganya terdapat di setiap variabel penelitian yang peneliti

gunakan serta semua data menggunakan data tahunan, dikarenakan

Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop) didirikan tahun 2000 sehingga

data yang dikeluarkan masih berupa data tahunan. Penggunaan data panel

pada awalnya digunakan untuk mengatasi masalah data availability, hal ini

bisa terjadi karena bentuk data time series yang jumlahnya terlalu minim atau

terbatasnya data cross section. Untuk itu, dalam teori ekonometrika kondisi

keterbatasan data dapat diatasi dengan menggunakan data panel (pooled data)

agar dapat diperoleh hasil estimasi yang baik (efisien) dengan terjadinya

peningkatan jumlah observasi yang berimplikasi terhadap peningkatan derajat

kebebasan (degree of freedom). (Widia Santikajaya, 2006)

Page 66: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

50

C. Metode Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari

Kementian Koperasi dan UKM di Indonesia.

a. Field Research

Penulis melakukan penelitian ketempat yang menyediakan data-data

sekunder yang diperlukan sebagai bahan referensi seperti Kementrian

Koperasi dan UKM.

b. Library Reasearch

Landasan dan teori yang kuat sangat dibutuhkan dalam pemecahan

masalah, sehingga penulis melakukan penelitian kepustakaan dengan

menggunakan buku-buku, artikel-artikel ilmiah, jurnal, majalah, data-

data dari internet, dan sumber-sumber dokumentasi lainnya yang

berhubungan dengan penelitian.

2. Data Sekunder

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data

indikator makro UKM yang terdiri dari tenaga kerja UKM, ekspor UKM,

jumlah unit UKM, investasi pada sektor UKM, dan PDB UKM dari tahun

2000 sampai 2009 yang diperoleh dari Kementrian Koperasi dan UKM.

Page 67: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

51

Selain itu data-data untuk penelitian ini diperoleh dari berbagai

bahan-bahan tertulis, baik berupa literatur-literatur ilmiah yang digunakan

untuk meletakan dasar-dasar teoritis, maupun dari majalah, surat kabar,

laporan penelitian, jurnal ilmiah, serta tulisan-tulisan lainnya yang

menunjang dan berkaitan dengan penelitian ini.

D. Metode Analisis

1. Metode Analisis Data Panel

Data Panel adalah gabungan antara data silang (cross section)

dengan data runtut waktu (time series). Data panel diperkenalkan oleh

Howles pada tahun 1950. Data runtun waktu biasanya meliputi satu objek

(misalnya harga saham, kurs mata uang, atau tingkat inflasi), tetapi

meliputi bebrapa periode (bisa harian, bulanan, kuartalan, tahunan, dan

sebagainya). Data silang terdiri atas beberapa atau banyak objek, sering

disebut responden, (misalnya perusahaan) dengan beberapa jenis data

(misalnya laba, biaya iklan , laba ditahan, dan tingkat investasi). (Wing

Wahyo Winarno, 2007)

Banyak alasan mengapa data panel lebih baik digunakan dalam

model-model regresi dibandingkan data time series ataupun cross section,

diantaranya menurut Baltagi (1995) adalah:

a. Bila data panel berhubungan dengan individu, perusahaan, negara,

daerah, dan lain-lain pada waktu tertentu, maka data tersebut adalah

Page 68: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

52

heterogen. Teknik penaksiran data panel yang heterogen secara eksplisit

dapat dipertimbangkan dalam perhitungan.

b. Kombinasi data time series dan cross section akan memberikan

informasi yang lebih lengkap, lebih beragam, kurang berkorelasi antara

variabel, derajat bebas lebih besar dan lebih efisien.

c. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan

dinamis dibandingkan studi berulang-ulang dari cross section.

d. Data panel lebih baik mendeteksi dan mengukur efek yang secara

sederhana tidak dapat diukut oleh data time series atau cross section,

misalnya efek dari upah minimum regional.

e. Data panel membantu studi untuk menganalisis perilaku yang lebih

kompleks, misalnya fenomena skala ekonomi dan perubahan teknologi.

f. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi

individu atau perusahaan karena unit data lebih banyak.

Diantara sekian banyak kegunaan dari data panel, salah satu

manfaat yang paling dirasakan oleh para ahli ekonomi adalah

penggunaan data panel mengatasi masalah kekurangan data yang tidak

dapat dipenuhi oleh data time series.

Penyelesaian model-model panel data bila dilihat dari kesalahan

pengganggunya dapat dipecahkan dengan fixed effect method (FEM)

atau random effect method (REM). Kedua metode ini menghasilkan

Page 69: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

53

koefisien yang sangat berbeda antara satu sama lainnya. Perbedaan itu

disebabkan karena asumsi yang digunakan diantara kedua metode

tersebut tidak sama. Pada FEM, varians error dari observasi satu dengan

observasi lainnya dianggap konstan. Sementara dalam REM, varians

error diasumsikan tidak sama. Akibat ketidaksamaan dua asumsi

tersebut bias saja terjadi perbedaan keputusan dalam melihat

signifikansi dari variabel-variabel independent yang disertakan dalam

model.

Salah satu metode ekonometrik yang lazim digunakan untuk

menganalisis apakah lebih tepat FEM atau REM untuk memecahkan

system persamaan panel data adalah dengan Hausman-test. Selain itu,

berdasarkan beberapa keunggulan dari masing-masing kedua model

tersebut, sebagaimana yang dijelaskan oleh Gujarati (2003), dapat juga

dilihat secara apriori model manakah yang lebih tepat. Keunggulan

yang dimaksud adalah sebagai berikut. (Arief Dariyanto dan Yundy

Hafizrianda, 2010)

a. Jika jumlah data time-series (T) besar dan jumlah unit cross-section

(N) kecil, maka ada sedikit perbedaan nilai parameter hasil estimasi

dengan FEM dan REM. Berarti pilihan berdasarkan pada layaknya

perhitungan mungkin FEM lebih dipilih.

b. Bila T kecil dan N besar, estimasi yang diperoleh dari kedua model

tersebut sangat berbeda sekali. Jika individu atau unit-unit cross

Page 70: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

54

section bersifat tidak random, maka FEM yang tepat. Namun, bila

unit analisis bersifat random maka REM lebih tepat.

c. Jika error component individu dan satu atau lebih variabel

independent berkorelasi, maka estimasi dengan REM akan bias,

sementara hasil dari estimasi FEM unbiased.

d. Jika T kecil dan N besar, dan asumsi yang digunakan adalah REM,

maka estimasi REM lebih efisien dibanding FEM.

2. Estimasi Model Data Panel

Untuk mengestimasi parameter model dengan data panel, terdapat

beberapa teknik yang ditawarkan, yaitu:

a. Ordinary Least Square

Teknik ini tidak ubahnya dengan membuat regresi dengan data

cross section atau time series sebagaimana telah dipelajari sebelumnya.

Akan tetapi, untuk data panel, sebelum membuat regresi kita harus

menggabungkan data cross-section dengan time-series (pool data).

Kemudian data gabungan ini diperlakukan sebagai satu kesatuan

pengamatan yang digunakan untuk mengestimasi model dengan metode

OLS.

Bila kita punya asumsi bahwa α dan β akan sama (konstan) untuk

setiap data time series dan cross section, maka α dan β dapat di estimasi

dengan model berikut dengan mengguanakan NxT pengamatan.

Yit = α + βXit+ εit; i=1,2,....N; t = 1,2,....,T

Page 71: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

55

Pertanyaannya apakah asumsi bahwa α dan β konstan realistis?

Dalam penelitian ini penulis mengamati pengaruh perkembangan UKM

terhadap pertumbuhan ekonomi pada 3 sektor UKM. Apakah realistis

jika dibuat suatu model, di mana sektor pertambangan dan penggalian

mempunyai intercept yang sama dengan sektor industri pengolahan?

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, ada dua buah teknik

yang biasanya digunakan untuk membuat model dari data panel, yaitu

Metode Efek Tetap (Fixed Effect Method) dan Metode Efek Random

(Random Effect Method).

b. Model Efek Tetap (Fixed Effect)

Adanya variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam

persamaan model memungkinkan adanya intercept ini mungkin

berubah untuk setiap individu dan waktu. Pemikiran inilah yang

menjadi dasar pemikiran pembentukan model tersebut.

Asumsi pembuatan model yang menghasilkan α konstan untuk

setiap individu (i) dan waktu (t) kurang realistis. Dalam Efek Tetap

(Fixed Effet Model) atau disingkat (FEM) kita dapat mengatasi hal

tersebut, karena metode ini memungkinkan adanya perubahan α pada

setiap i dan t.

Secara matematis model FEM dinyatakan sebagai berikut:

Yit = α + βXit + γ2W2t + γ3W3t + ...+ γNWNt + δ2Zi2 + δ3Zi3 + ... +

δTZiT+εit

Page 72: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

56

Dimana:

Yit=Variabel terikat untuk individu ke-i dan waktu ke-t

Xit= Variabel bebas untuk individu ke-i dan waktu ke-t

Wit dan Zit variabel dummy yang didefinisikan sebagai berikut:

Wit=1 ; untuk individu i;i = 1,2,..., N

= 0 ; lainnya.

Zit=1; untuk periode t; t=1,2,...,T

= 0 ; lainnya

Dari model diatas terlihat bahwa sesungguhnya FEM adalah sama

dengan regresi yang menggunakan Dummy Variabel sebagai variabel

bebas, sehingga dapat diestimasi dengan Ordinary Least Square (OLS).

Dengan diestimasinya tersebut mengguanakn OLS, maka akan

memperoleh estimator yang tidak bias dan konsisten.

c. Model Efek Random (Random Effect)

Bila pada Model Efek Tetap, perbedaan antarindividu dan atau

waktu dicerminkan lewat intercept, maka pada Model Efek Random,

perbedaan tersebut diakomodasi lewat error. Teknik ini juga

memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang time

series dan cross section.

Pada FEM perbedaan karekteristik individu dan waktu

diakomodasikan pada intercept-nya berubah antar individu dan antar

waktu. Sementara Model Efek Random atau Random Efect Model

(REM) perbedaan karakteristik individu dan waktu diakomodasikan

Page 73: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

57

pada eror dari model. Mengingat ada dua komponen yang mempunyai

kontribusi pada pembentukan error, yaitu individu dan waktu, maka

random error untuk komponen individu, error komponen waktu dan

error gabungan.

Dengan demikian, persamaan REM diformulasikan sebagai berikut:

Yit = α + βXit +εit ; εit = ui + vt + wit

Dimana:

ui : komponen error cross-section

vt : Komponen error time-series

wit : Komponen error gabungan

Adapun asumsi yang digunakan untuk komponen error tersebut adalah:

ui ~ N (0, σu2);

vt ~ N (0, σu2);

wit ~ N (0, σw2);

Melihat persamaan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa REM

menganggap efek rata-rata dari data cross-setion dan time series

direpresentasikan dalam intercept. Sedangkan deviasi efek secara

random untuk data time series direpresentasikan dalam vt dan deviasi

untuk data cross-section dinyatakan dalam ui..Kita telah mengetahui

bahwa:

εit = ui + vt + wit.

Dengan demikian varians dari error tersebut dapat dituliskan dengan:

Var (εit) = ζu2

+ ζv2

+ ζw2

Page 74: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

58

3. Pemilihan Metode Estimasi dalam Data Panel

Ada 2 tahapan dalam memilih metode estimasi data panel.

Pertama-tama kita akan membandingkan PLS dengan FEM terlebih

dahulu. Kemudian dilakukan uji F-test. Jika hasil menunjukan model

PLS yang diterima, maka model PLS-lah yang akan dianalisa. Tapi jika

model FEM yang diterima, maka tahap kedua dijalankan yakni

melakukan perbandingan lagi dengan model REM. Setelah itu

dilakukan pengujian dengan Hausman test untuk menentukan model

mana yang akan dipakai, apakah FEM atau REM.

a. PLS vs FEM

Relatif terhadap Fixed Effet Model, Pooled Least Square

adalah restricted model dimana ia menerapkan intercept yang sama

untuk seluruh individu. Padahal asumsi bahwa setiap unit cross

setion memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis

mengingat dimungkinkan saja setiap unit tersebut memiliki perilaku

yang berbeda. Untuk mengujianya dapat digunakan restricted F-test,

dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Model PLS (Restricted)

H1 : Model Fixed Effect (Unrestricted)

Dimana restricted F-test dirumuskan sebagai berikut:

F = (R2

UR – R2

R) / m

(1 – R2

UR ) / df

Page 75: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

59

Dimana:

R2

UR = unrestricted R2

; m = df for numerator (N-1)

R2

R = restricted R2

; df = df for denominator (NT-N-k)

N = Jumlah data cross section

T = Jumlah data time series

K = Jumlah Koefisien Variabel

Jika nilai F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, artinya model

panel yang baik untuk digunakan adalah Fixed Effect Model, dan

sebaliknya. Jika H0 diterima, berarti model PLS yang dipakai dan

dianalisis. Namun jika H0 ditolak, maka model FEM harus diuji

kembali untuk memilih apakah akan memakai model FEM atau

REM kemudian dianalisis.

b. FEM vs REM

Ada beberapa pertimbangan teknis-empiris yang dapat

digunakan sebagai panduan untukl memilih antara fixed effect atau

random effect (ToT untuk pengajar Ekonomi FEUI, 2006) yaitu:

1. Bila T (jumlah unit time series) besar sedangkan N (jumlah unit

cross setion) kecil, maka hasil FEM dan REM tidak jauh berbeda.

Dalam hal ini pilihan umumnya akan didasarkan pada

kenyamanan perhitungan, yaitu FEM.

2. Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan

dapat berbeda secara signifikan. Jadi, apabila kita meyakini

bahwa unit cross section yang kita pilih dalam penelitian diambil

Page 76: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

60

secara acak (random) maka REM harus digunakan. Sebaliknya,

apabila kita meyakini bahwa unit cross section yang kita pilih

dalam penelitian tidak diambil secara acak maka kita

menggunakan FEM.

3. Apabila cross-section error component (εi) berkorelasi dengan

variabel bebas X maka parameter yang diperoleh dengan REM

akan bias sementara parameter yang diperoleh dengan FEM tidak

bias.

4. Apabila N besar dan T kecil, maka apabila asumsi yang

mendasari REM dapat terpenuhi, maka REM lebih efisien

dibandingkan FEM.

Keputusan penggunaan FEM dan REm dapat pula ditentukan

dengan menggunakan spesifikasi yang dikembangkan oleh

Hausmann. Spesifikasi ini akan memberikan penilaian denagn

menggunakan Chi-square statistics sehingga keputusan pemilihan

model akan dapat ditentukan secara statistik. Pengujian ini dilakukan

dengan hipotesa sebagai berikut:

H0 : Random Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

Setelah dilakukan pengujian ini, hasil dari Hausman test

dibandingkan dengan Chi-square statistics dengan df=k, dimana k

adalah jumlah koefisien variabel yang diestimasi. Jika hasil dari

Page 77: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

61

Haussman test signifikan, maka H0 ditolak, yang berarti FEM

digunakan.

Pengujian asumsi klasik tidak dilakukan karena penelitian ini

menggunakan jenis data panel yang membolehkan identifikasi

parameter tertentu tanpa perlu membuat asumsi yang ketata atau

tidak mengharuskan terpenuhinya semua asumsi klasik regresi linear

pada Ordinary Least Squar. (Verbeek, 2000 dalam Yuanita Handoko

2010)

4. Model Empiris

Untuk mengetahui pengaruh variabel dependen terhadap

variabel independen, maka digunakan model regresi data panel

dengan persamaan sebagai berikut :

Yt = β0 + β1 TKit + β2 EXit + β3 JUit + β4 IUit + εit

Keterangan :

Y = PDB

TK = tenaga kerja UKM terhadap PDB

EX = ekspor UKM terhadap PDB

JU = jumlah unit UKM terhadap PDB

IU = Investasi UKM terhadap PDB

i = 1,2,....N (untuk individu)

t = 1,2,....,T (untuk waktu)

Page 78: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

62

Perhitungan dan pengolahan data dalam penelitian ini

menggunakan alat bantu melalui software statistik dan ekonometrik

dalam komputer yang sesuai, yaitu E-Views 7.

E. Operasional Variabel Penelitian

Tabel 3.1

Operasional Variabel Penelitian

Jenis

Variabel

Indikator Definisi variabel

Terikat Pertumbuhan

Ekonomi

PDB

(Y)

Pertumbuhan ekonomi menggambarkan

perkembangan perekonomian suatu

negara dalam suatu tahun tertentu yang

dibandingkan dengan tahun sebelumnya

dalam bentuk persentase perubahan

pendapatan nasional. Data perumbuhan

PDB diperoleh dari nilai PDB Indonesia

tahun 2005-2009

Bebas Tenaga kerja UKM

(TK)

Tenaga kerja (manpower) adalah

seluruh penduduk dalam usia kerja yang

potensial dapat memproduksi barang

dan jasaindikator ini digunakan untuk

mengetahui berapa banyak tenaga kerja

atau penduduk usia kerja potensial yang

dapat memproduksi barang dan jasa.

Dalam hal ini tenaga kerja yang diserap

oleh sektor UKM.

Bebas Ekspor

UKM( ET)

Ekspor UKM adalah total produk UKM

yang diperdagangan dengan cara

mengeluarkan barang dari dalam ke luar

wilayah pabean suatu negara ke negara

lain dengan memenuhi ketentuan

berlaku.

Bebas Jumlah Unit UKM

(JU)

Jumlah Unit UKM adalah keseluruhan

jumlah unit usaha yang termasuk dalam

kriteria usaha kecil dan usaha menengah

Bebas Investasi UKM (IU) Investasi UKM adalah penanaman

modal pada sektor UKM untuk satu atau

lebih aktiva yang dimiliki biasanya

berjangka panjang dengan harapan

mendapatkan keuntungan di masa yang

akan datang

Page 79: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

63

Variabel terikat (dependent variabel) dalam penelitian adalah

pertumbuhan ekonomi (Y) dan variabel bebas (independent variabel) adalah

variabel independen tenaga kerja UKM (X1), total ekspor UKM (X2),

jumlah unit UKM (X3), dan investasi UKM (X4).

1. Uji Statistik

Selanjutnya untuk mengetahui keakuratan data maka perlu dilakukan

beberapa pengujian (Gujarati, 2003):

a. Uji t-Statistik

Uji t-statistik melihat hubungan atau pengaruh antara variabel independen

secara individual terhadap variabel dependen.

Hipotesis yang digunakan :

1) Jika Hipotesis positif

Ho : βi = 0

Ha : βi ≠ 0

2) Pengujian satu sisi

Jika t tabel ≥ t hitung, Ho diterima berarti variabel independen secara

individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika t tabel < t

hitung, Ho ditolak berarti variabel independen secara individu berpengaruh

terhadap variabel dependen.

Page 80: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

64

b. Uji F-Statistik

Pengujian ini akan memperlihatkan hubungan atau pengaruh antara

variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen,

yaitu dengan cara sebagai berikut :

Ho : βi = 0, maka variabel independen secara bersama-sama tidak

mempengaruhi variabel independen.

Ha : βi ≠ 0, maka variabel independen secara bersama-sama

mempengaruhi variabel dependen.

Hasil pengujian adalah :

Ho diterma ( tidak signifikan ) jika F hitung < F tabel (df = n – k)

Ho ditolak ( signifikan ) jika F hitung > F tabel (df = n – k)

Dimana :

K : Jumlah variabel

N : Jumlah pengamatan

c. R2

Adjusted

Uji koefisien determinasi ditujukan untuk melihat seberapa besar

kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependennya yang

dapat dilihat melalui adjusted R square karena variabel dalam penelitian

ini lebih dari dua. (Wing Wahyo Winarno, 2007)

Page 81: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

65

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Usaha Kecil Menengah (UKM)

Pemberdayaan terhadap UKM di Indonesia merupakan bentuk

implementasi dari UUD 1945, khususnya pasal 33. Pada pasal tersebut

tertuang prinsip dasar, yakni pengakuan seara yuridis tentang demokrasi

ekonomi. Bahkan dalam amandemen UUD 1945 telah mengalami

penambahan dua ayat sehingga menjadi lima ayat. Pada ayat 4 dipertegas

tentang demokrasi ekonomi yakni “perekonomian nasional

diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip

kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan

dan kesatuan ekonomi nasional.

Sejarah menunjukkan bahwa gagasan dan pemikiran membangun

ekonomi nasional dengan landasan demokrasi dan keberpihakan kepada

kelompok ekonomi kecil dan menengah (UKM) telah lama menjadi

agenda dalam pembangunan ekonomi nasional. Dorodjatun Kuntjoro-

Jakti (1989) dalam pengantar buku Clifford Geertz berjudul “Penjaja dan

Raja: Perubahan Sosial dan Modenisasi Ekonomi di Dua Kota

Indonesia”, menyebutkan bahwa keberpihakan kepada kelompok

Page 82: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

66

pengusaha pribumi atau golongan ekonomi lemah (GEL), telah ada sejak

lama pada berbagai pemerintahan.

Banyak pihak memandang bahwa kelemahan utama dalam

pembangunan ekonomi nasional karena menyimpang dari prinsip dasar

pembangunan, yakni dari masyarakat untuk masyarakat. Fundamental

ekonomi nasional sangat lemah dan terkesan rapuh karena mengabaikan

pemerataan dan terlalu berpihak kepada golongan ekonomi besar seperti

kelompok konglomerasi. Kendatipun demikian, bangsa Indonesia patut

bersyukur dalam kondisi multi krisis, ekonomi nasional masih mampu

bertahan dan tidak sampai bangkrut secara total karena diselamatkan oleh

UKM.

2. Perkembangan Usaha Kecil Menengah (UKM)

Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu digambarkan

sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena sebagian besar

jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan

usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Peranan usaha

kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan

tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen yaitu

Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta . Departemen Koperasi

dan UKM.

Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas, UKM memiliki

peranan baru yang lebih penting lagi yaitu sebagai slah satu faktor utama

Page 83: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

67

pendorong perkembangan dan pertumbuhan ekspor non-migas dan

sebagai industri pendukung yang membuat komponene-komponen dan

spare parts untuk Usaha besar (UB) lewat keterkaitan produksi misalnya

dalam bentuk subcontracting. Bukan hanya UB saja, tetapi UKM juga

bisa berperan penting dalam pertumbuhan ekspor dan bisa bersaing di

pasar domestik terhadap barang-barang impor maupun di pasar global. Di

Indonesia, UKM sangat diharapkan dapat menjadi salah satu pemain

penting dalam penciptaan pasar baru bagi Indonesia tidak hanya di dalam

negeri tetapi lebih penting lagi di luar negeri, jadi salah satu sumber

penting bagi surplus neraca perdagangan dan jasa atau neraca

pembayaran.

B. Analisis dan Pembahasan

1. Analisa Deskriptif

a. Analisa Deskriptif PDB Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor

Ekonomi Tahun 2000-2009 Atas Dasar Harga Konstan (Miliar

Rupiah) di Indonesia

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan

pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. Produk domestik

bruto sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja

perekonomian. Tujuan PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam

suatu nilai uang tertentu selama periode waktu tertentu. (Mankiw,

2007).

Page 84: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

68

Ada dua cara untuk melihat PDB. Salah satunya adalah dengan

melihat PDB sebagai pendapatan total dari setiap orang dalam

perekonomian. Cara lain untuk melihat PDB adalah sebagai

pengeluaran total atas output barang dan jasa perekonomian. PDB

disajikan dalam dua versi penilaian, yaitu “atas dasar harga berlaku”,

yakni menggunakan harga tahun berjalan serta “atas dasar harga

konstan”, yaitu menggunakan data harga tahun tertentu (tahun dasar).

Pada tabel 4.1 terlihat bahwa sumbangan pada ketiga sektor

UKM yang berorientasi pada ekspor yakni (1) Pertanian, Peternakan,

Kehutanan dan Perikanan; (2)Pertambangan dan Penggalian; (3)

Industri Pengolahan mengalami peningkatan dari tahun 2000 sampai

2009 terus mengalami peningkatan. Penyumbang terbesar pertama

adalah sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan. Dengan

sumbangan terbesar terjadi pada tahun 2009 sebanyak Rp. 284.352,7

(miliar), salah satu alasan yang dapat diterima adalah rendahnya harga

output produk primer pertanian yang bersamaan dengan naiknya harga

input, terutama yang bersumber dari impor. Sektor pertanian yang

sangat didominasi pertanian pangan memang sangat terbatas

kemampuannya untuk menjadi sumber pertumbuhan, terutama beras.

Selanjutnya penyumbang terbesar kedua dari tiga sektor tersebut

terjadi pada sektor industri pengolahan terjadi perubahan yang drastis

secara riil ada kemajuan yang berarti bagi peran usaha kecil menengah.

Di ikuti dengan peningkatan pada sektor pertambangan dan penggalian.

Page 85: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

69

Yang terjadi kenaikan yang cukup tajam pada tahun 2006, dari

sumbangannya sebanyak 123.799,1 milyar menjadi 161.244,2.

Tabel 4.1

PDB Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun

2000-2009 Atas Dasar Harga Konstan (Miliar Rupiah)

Tahun

Sektor

PPKP PPG IP

2000 207.054,1 13.813,2 99.687,0

2001 213.587,9 14.267,5 103.547,1

2002 221.017,1 14.975,6 107.297,6

2003 229.575,7 15.727,9 113.460,7

2004 236.192,4 16.468,7 118.944,7

2005 242.883,8 17.624,2 123.799,1

2006 251.123,1 18.906,1 161.244,2

2007 260.053,8 20.357,4 167.729,9

2008 272.882,2 21.704,5 172.187,0

2009 284.352,7 23.155,6 180.755,4

Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi, 2010

Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan

PPG : Sektor pertambangan dan penggalian

IP : Sektor industri pengolahan

Kemampuan tenaga kerja dalam menciptakan nilai tambah sangat

berbeda antara satu kelompok usaha dengan lainnya dan mencerminkan

karakteristik masing-masing. Tenaga kerja merupakan modal dasar bagi

perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, apabila tenaga kerja tersebut

Page 86: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

70

sebagai sumber daya ekonomi dapat dimanfaatkan secara efektif dan

efisien. Seiring dengan pertumbuhan unit usaha UKM, dalam

penyerapan tenaga kerja juga mengalami peningkatan yang cukup

berarti.

Tabel 4.2

Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor

Ekonomi Tahun 2000-2009

Tahun

Sektor

PPKP PPG IP

2000

34,525,866

334,354

8,565,920

2001

37,122,242

436,079

8,147,718

2002

38,116,561

430,458

8,284,726

2003

39,302,805

481,344

8,200,177

2004

37,650,304

528,242

8,350,149

2005

38,833,911

564,365

9,283,965

2006

42,034,597

856,817

9,980,481

2007

42,288,163

940,733

10,470,658

2008

42,222,835

971,274

10,768,907

2009

42,560,349

1,046,418

11,037,496

Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi, 2010

Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan

PPG : Sektor pertambangan dan penggalian

IP : Sektor industri pengolahan

Jumlah tenaga kerja pada kelompok UKM terdapat pada sektor

pertanian, hal ini dikarenakan Indonesia sebagai negara agrikultural

Page 87: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

71

yang sebagian besar wilayahnya strategis dalam mengembangkan

sektor pertanian. Sehingga sebagian besar penduduk yang menempati

wilayah pertanian bekerja sebagai petani. Dalam tabel 4.2 terlihat

bahwa dari tahun 2000-2009 pergerakan tingkat penyerapan tenaga

kerja hampir sama dengan nilai yang berbeda, yakni semakin meningkat

setiap tahunnya, namun ada juga yang mengalami penurunan namun

tidak terlalu signifikan yang terjadi pada sektor industri pengolahan

pada tahun 2000 sebanyak 8.565.920 orang turun menjadi 8,147,718

pada tahun 2001.

Kinerja ekspor nonmigas Usaha Kecil, Menengah dan Besar

berdasarkan sektor ekonomi selama tahun 2000 sampai dengan 2009

menunjukan lebih dari 85% ekspor nasional didominasi sektor industri

pengolahan. Secara umum total ekspor sektor industri pengolahan

mengalami peningkatan yang tajam dar tahun ke tahun. Peningkatan ini

boleh jadi disebabkan kemampuan mengembangkan investasi untuk

memproduksi komoditi ekspor pada usaha skala menengah masih

belum terkendala dampak krisis ekonomi yang belum sepenuhnya pulih

dan andil para profesional muda yang hengkang atau terkena PHK yang

kemudian bergabung atau mendirikan usaha sendiri mampu

meningkatkan kinerja ekspor pada kelompok usaha menengah ini.

Page 88: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

72

Tabel 4.3

Ekspor Barang Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi

S

u

m

b

e

r

:

K

e

m

e

n

t

r

i

a

n

U

K

M

d

a

n

K

o

Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi, 2010

Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan

PPG : Sektor pertambangan dan penggalian

IP : Sektor industri pengolahan

Pada tahun 2003 terjadi peningkatan ekspor pada semua skala

usaha terhadap tahun sebelumnya sebaliknya sektor pertanian

mengalami penurunan nilai ekspornya pada semua skala ditahun yang

sama. Secara keseluruhan dari tabel tersebut juga dapat menunjukkan

bahwa peluang ekspor semakin meningkat dan terbuka terutama ekspor

barang-barang non migas, serta menuntut peningkatan perhatian

pemerintah mengingat pada saat ekonomi mulai membaik seperti saat

Tahun

Sektor

PPKP PPG IP

2000

10,440,139

753,699

15,474,958

2001

10,703,452

845,922

14,133,871

2002

10,698,489

1,027,878

15,630,368

2003

10,596,996

1,037,831

15,515,359

2004

12,339,057

1,196,830

16,845,341

2005

13,399,433

1,417,414

18,209,336

2006

11,994,461

723,422

20,327,093

2007

10,514,276

741,027

24,162,054

2008

11,773,616

848,157

28,827,049

2009

10,776,797

873,738

27,768,052

Page 89: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

73

ini pemasukan devisa dari ekspor merupakan salah satu pendapatan

negara yang cukup diandalkan. Sekalipun gambaran mengenai peluang

ekspor Indonesia di atas memberikan tanda-tanda membaik, namun

masih perlu kita cermati beberapa hambatan yang dialami UKM dalam

mengakses pasar global kedepan.

Tabel 4.4

Jumlah Unit Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi

Tahun 2000-2009

Tahun

Sektor

PPKP PPG IP

2000

23,518,616

151,007

2,618,973

2001

24,014,278

200,060

2,557,549

2002

24,947,009

178,990

2,747,533

2003

25,345,988

203,692

2,659,824

2004

25,799,906

210,322

2,740,070

2005

26,259,895

235,400

2,795,237

2006

26,209,073

246,414

3,163,050

2007

26,383,268

263,250

3,179,143

2008

26,227,297

261,341

3,238,111

2009

26,369,299

271,929

3,268,496

Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi, 2010

Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan

PPG : Sektor pertambangan dan penggalian

IP : Sektor industri pengolahan

Page 90: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

74

Bila dilihat secara sektoral, lebih dari separuh populasi UMKM di

tahunbergerak disektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan;

meskipun peningkatan dar tahun ke tahun tidak signifikan. Hal ini

disebabkan karena keterbatasan teknologi dan kurangnya skill dalam

mengembangkan sektor ini.

Tabel 4.5

Investasi Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun

2000-2009 Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah)

Tahun

Sektor

PPKP PPG IP

2000

10,440,139

753,699

15,474,958

2001

10,703,452

845,922

14,133,871

2002

10,698,489

1,027,878

15,630,368

2003

10,596,996

1,037,831

15,515,359

2004

12,339,057

1,196,830

16,845,341

2005

13,399,433

1,417,414

18,209,336

2006

11,994,461

723,422

20,327,093

2007

10,514,276

741,027

24,162,054

2008

11,773,616

848,157

28,827,049

2009

10,776,797

873,738

27,768,052

Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi, 2010

Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan

PPG : Sektor pertambangan dan penggalian

IP : Sektor industri pengolahan

Page 91: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

75

Bila dilihat selama periode tahun 2000-2009, iklim investasi pada

berbagai tingkat skala usaha masih belum banyak berubah. Dalam

kurun waktu tersebut UK masih merupakan kelompok yang paling

rendah penyerapan investasinya yaitu rata-rata sebesar 20,6 persen per

tahun dan diikuti oleh UM rata-rata sebesar 25,8 persen per tahun.

Secara keseluruhan penyerapan investasi pada UKM hanya mencapai

46,4 persen per tahun. Bila hal ini dibandingkan dengan jumlah usaha

yang demikian besar pada kelompok ini, maka dapat dikatakan bahwa

UK bukan merupakan usaha yang bersifat padat modal.

2. Estimasi Model Data Panel

Dalam analisa model data panel dikenal 3 macam pendekatan estimasi

yaitu pendekatan kuadrat terkecil Pooled Least Square (PLS), pendekatan

efek tetap (Fixed Effect Model) dan pendekatan efek acak (Random Effect

Model).

a. Pendekatan Pooled Least Squares (PLS)

Pertama-tama dilakukan pengolahan data dengan metode

pendekatan Pooled Least Squares secara sederhana menggabungkan

(pooled) seluruh data time-series dan cross-section dan kemudian

mengestimasi model dengan mempergunakan metode OLS (Ordinary

Least Square) sebagai salah satu syarat untuk melakukan uji F-

Restricted. Dari hasil pengolahan program E-Views 7.0 didapatkan hasil

seperti tampilan sebagai berikut:

Page 92: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

76

Tabel 4.6

Regresi Data Panel: Pooled Least Square

R-squared 0.992071

Adjusted R-squared 0.991157

Sumber: Data diolah. Lampiran 1.

b. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM)

Setelah itu dilakukan pengolahan data dengan metode pendekatan

Fixed Effect Model untuk dibandingkan dengan metode pendekatan

Pooled Least Square pada uji F-Restricted. Dari hasil pengolahan

program E-Views 7.0 didapatkan hasil seperti tampilan sebagai berikut:

Tabel 4.7

Regresi Data Panel: Fixed Effect Model

R-squared 0.997887

Adjusted R-squared 0.995623

Sumber: Data diolah. Lampiran 2.

c. PLS vs FEM

Untuk mengetahui model data panel yang akan digunakan, maka

digunakan uji F-restricted dengan cara membandingkan F-statistik dan

F-tabel. Sebelum membandingkan F-statistik dan F-tabel terlebih

dahulu dibuat hipotesisnya. Adapun hipotesisnya adalah sebagai

berikut:

H0: Model PLS (Restricted)

H1: Model FEM (Unrestricted)

Page 93: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

77

Dari hasil regresi berdasarkan metode Fixed Effect Model dan

Pooled Least Square diperoleh nilai F-statistik yakni sebagai berikut:

Tabel 4.8

F-Restricted

Redundant Fixed Effects Tests

Pool: Untitled

Test cross-section and period fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 6.651755 (2,14) 0.0093

Cross-section Chi-square 20.038738 2 0.0000

Period F 2.012216 (9,14) 0.1163

Period Chi-square 24.903254 9 0.0031

Cross-Section/Period F 2.798672 (11,14) 0.0366

Cross-Section/Period Chi-square 34.884738 11 0.0003 Sumber: Lampiran 3.

Dari tabel 4.8 diperoleh nilai F-statistik adalah 6.651755 , dengan nilai

F-tabel pada df (2,14) α = 5 % adalah 3.74, sehingga nilai F statistik > F

tabel, maka H0 ditolak, sehingga model data panel yang dapat

digunakan adalah Fixed Effect Model.

Berdasarkan hasil terlihat bahwa F-restricted (F-statistik) > F-

tabel, maka H0 ditolak, artinya model data panel yang digunakan adalah

Fixed Effect Model (FEM).

d. Pendekatan Random Effect Model

Setelah diketahui bahwa model yang digunakan adalah Fixed

Effect Model, model data panel masih harus dibandingkan lagi antara

Fixed Effect dengan Random Effect. Pendekatan Random Effect

memiliki syarat bahwa number of unit cross section > number of

coefficient. Tetapi pada penelitian kali ini, persamaan regresi tidak

memenuhi syarat tersebut, dimana number of unit cross section <

Page 94: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

78

number of coefficient sehingga pendekatan Random Effect tidak dapat

dilakukan dan model panel tetap pada Fixed Effect Model.

3. Pengujian Hipotesis

Tabel 4.9.1

Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel Fixed Efect Model

terhadap Keseluruhan Periode Penelitian (2000-2009)

Variable PDB

Coefficient t-Statistic Prob.

C

TK?

EKSPOR?

UNIT?

INVESTASI?

Fixed Effects (Cross)

_PPKP—C

_PPG—C

_IP—C

R-squared

Adjusted R-squared

F-statistic

Prob(F-statistic)

11268841

0.739311

1.408327

12.57809

2.476491

-97553215

28413677

69139538

0.997887

0.995623

440.7763

0.000000

0.347225

0.346866

4.804981

2.515553

2.833526

0.7336

0.7339

0.0003

0.0247

0.0133

Sumber: Ouput Pengolahan Data dengan Program Eviews 7. Lampiran 2.

a. Analisis Perkembangan Usaha Kecil Menengah Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia secara parsial (individu)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas (tenaga

kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM)

Page 95: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

79

berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikatnya (pertumbuhan

ekonomi pada sektor UKM), yaitu dengan membandingkan masing-

masing nilai t-statistik dari regresi dengan t-tabel dalam menolak atau

menerima hipotesis. Pada tingkat kepercayaan α = 5 %, df = 20, maka

diperoleh t-tabel 1,72

Keterangan:

a = TK (0.346866) ; c = UNIT (2.515553)

b = EKSPOR (4.804981) ; d = INVESTASI (2.833526)

Berdasarkan hasil yang diperoleh diatas maka terlihat bahwa :

1. Variabel TK t-statistiknya < t-tabel yang berarti H0 diterima

2. Variabel EKSPOR t-statistiknya > t-tabel yang berarti H0 ditolak

3. Variabel UNIT t-statistiknya > t-tabel yang berarti H0 ditolak

4. Variabel INVESTASI t-statistiknya > t-tabel yang berarti H0

ditolak

Dari hasil estimasi dapat dilihat bahwa variabel tenaga kerja

UKM tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi UKM di

Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari nilai t tabel (1,72) > t statistik

(0,34) dengan tingkat keyakinan sebesar 95 persen (α = 5 %). Menurut

Tulus Tambunan (2002) masalah mendasar yang membatasi ekspansi

usaha kecil adalah realitas bahwa produktivitasnya rendah

sebagaimana diperlihatkan oleh nilai tambah/tenaga kerja. Secara

keseluruhan perbandingan nilai tambah/tenaga kerja untuk usaha kecil

hanya sekitar seperduaratus (1/200) kali nilai tambah/tenaga kerja

Page 96: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

80

untuk usaha besar. Sehingga dalam penelitian ini tenaga kerja UKM

justru tidak memberikan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi

pada sektor UKM.

Pada variabel ekspor UKM memiliki berpengaruh signifikan

dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM. Hal ini

berarti bahwa semakin meningkat jumlah ekspor UKM, maka

pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM akan semakin naik.

Koefisien regresi variabel ekspor sebesar 1,408327 berarti bahwa

setiap peningkatan ekspor UKM sebesar 1 persen, maka dapat

menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM

sebesar 1,408327 persen, cateris paribus. Pemberdayaan UKM dapat

meningkatkan stabilitas ekonomi makro, karena menggunakan bahan

baku lokal dan memiliki potensi ekspor, sehingga akan membantu

menstabilkan kurs rupiah dan tingkat inflasi. Pemberdayaan UKM

akan menggerakkan sektor riil, karena UKM umumnya memiliki

keterkaitan industri yang cukup tinggi. Dengan kata lain

pemberdayaan UKM akan memberikan perluasan lapangan pekerjaan

dan peningkatan pendapatan sehingga dapat mendukung

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. (Kemenkop, 2004)

Pada variabel jumlah unit UKM berpengaruh signifikan dan

positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM artinya jika

jumlah unit UKM meningkat maka pertumbuhan ekonomi pada sektor

UKM juga meningkat. Koefisien regresi variabel tingkat jumlah unit

Page 97: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

81

UKM sebesar 12,57809 berarti bahwa setiap peningkatan jumlah unit

UKM sebesar 1 persen, maka dapat menyebabkan peningkatan

pertumbuhan ekonomi UKM sebesar 12,57809 persen, cateris

paribus.

Pada variabel investasi UKM ditunjukkan dengan nilai t statistik

(2,833526) > t tabel (1,72), maka variabel ini berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di

Indonesia. Hal ini berarti semakin meningkat investasi UKM, maka

pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM akan semakin naik.

b. Analisis Perkembangan Usaha Kecil Menengah terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia secara simultan (bersama)

Untuk menguji apakah variabel bebas berpengaruh secara simultan

terhadap variabel terikatnya, maka digunakan uji F dengan cara

membandingkan F-statistik dengan F-tabel. Dari hasil regresi

diperoleh nilai F-statistik 440.7763 . Pada tingkat kepercayaan α = 5

%, k=7, dan n=30, maka diperoleh F-tabel .

Berdasarkan hasil estimasi maka terlihat bahwa F-statistik

(440.7763) > F-tabel (2,33), maka H0 ditolak, artinya variabel bebas

(tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi

UKM) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel

terikatnya (pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM) pada tingkat

kepercayaan 95 persen.

Page 98: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

82

c. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-squared)

Berdasarkan hasil pengolahan data dalam tabel 4.9.1 adjusted R-

square adalah sebesar 99,56. Hal ini terlihat bahwa 99,56 persen

pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia dapat dijelaskan

oleh tenaga kerja UKM, ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan

investasi UKM. Sedangkan 0,44 persen variabel pertumbuhan

ekonomi pada sektor UKM dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

diteliti dalam penelitian ini.

Tabel 4.9.2

Interpretasi Koefisien Fixed Effect Model

Variable Koef Indv Effect

C 11268841

TK? 0.739311

EKSPOR? 1.408327

UNIT? 12.57809

INVESTASI? 2.476491

Fixed Effects (Cross)

_PPKP--C -97553215 -86284374

_PPG--C 28413677 39682518

_IP--C 69139538 80408379

Sumber: Lampiran 2.

Page 99: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

83

1) Analisis Persektor Perkembangan Usaha Kecil Menengah terhadap

Pertumbuhan Ekonomi.

(a) Bila terdapat perubahan tenaga kerja UKM, ekspor UKM,

jumlah unit UKM, dan investasi UKM baik antar sektor maupun

antar waktu, maka sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan

perikanan akan mendapatkan pengaruh individu terhadap PDB

sebesar : Rp. -86.284 milyar.

(b) Bila terdapat perubahan tenaga kerja UKM, ekspor UKM,

jumlah unit UKM, dan investasi UKM baik antar sektor maupun

antar waktu, maka sektor pertambangan dan penggalian akan

mendapatkan pengaruh individu terhadap PDB sebesar: Rp.

39.682 milyar.

(c) Bila terdapat perubahan tenaga kerja UKM, ekspor UKM,

jumlah unit UKM, dan investasi UKM baik antar sektor maupun

antar waktu, maka sektor industri pengolahan akan mendapatkan

pengaruh individu terhadap PDB sebesar : Rp. 80.408 milyar.

Memahami karakteristik usaha yang ada di Indonesia maka

strategi terhadap kelompok usaha yang dapat ditempuh untuk

memperbaiki kinerja penyediaan lapangan kerja adalah antara lain

melalui perbaikan produktivitas perusahaan. Prioritas penanganan

perbaikan produktivitas perusahaan pada usaha kecil dan menengah

Page 100: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

84

dapat diarahkan dengan tiga fokus utama yaitu : (Infokop Nomor 25

Tahun XX, 2004, Noer Soetrisno)

a) Sektor industri pengolahan;

b) Sektor jasa keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

c) Sektor pertanian terutama sub sektor peternakan, perkebunan

budidaya laut dan sub sektor hortikultura.

Pada industri pengolahan menjadi fokus utama yang pertama karena

unit usaha yang tersedia di Indonesia sangat banyak dengan

penyerapan tenaga kerja yang besar, sehingga menjadikan industri

pengolahan menyumbangkan nilai tambah pada neraca pembayaran

melalui ekspor.

2) Pembahasan ekonomi untuk melihat kesesuaian hasil analisis dengan

teori ekonomi atau penelitian terdahulu:

(a) Tenaga Kerja UKM

Dari hasil analisis variabel tenaga kerja UKM tidak berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia

dengan nilai signifikansi 0.7339. Hal tersebut dikarenakan nilai

probabilitas nilai tenaga kerja yang lebih besar dari taraf nyata.

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya melalui

kelahiran dan migrasi penduduk di suatu negara, mengakibatkan

bertambahnya angkatan kerja yang berarti bertambah pula

Page 101: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

85

penawaran tenaga kerja, dan adanya keterbatasan lapangan

pekerjaan mengakibatkan terlihatnya perbedaan antar penawaran

tenaga kerja atau pasar tenaga kerja.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Anderson (1982) dalam Tulus Tampubolon (2002)

menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan per

kapita di suatu negara semakin kecil pangsa tenaga kerja UKM.

Hal tersebut dikarenakan bahwa kenaikan pendapatan per kapita

di negara berkembang kemungkinan dipengaruhi oleh sektor

diluar UKM yaitu sektor usaha besar. Terbukti dengan

sumbangan PDB nasional yang masih didominasi oleh usaha

besar dibandingkan dengan usaha kecil. Sehingga dengan

kondisi tersebut, jika ada kenaikan baik itu dari segi nilai

tambah, kuantitas ataupun proporsi diluar UKM maka akan

mempengaruhi pangsa tenaga kerja UKM. Dimana pada kondisi

tersebut terdapat kemungkinan bahwa terdapat peningkatan

penyerapan tenaga kerja pada usaha besar.

(b) Ekspor UKM

Untuk variabel ekspor UKM ini terdapat pengaruh yang

signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi UKM

dengan taraf signifikasi 0.0003. Hal ini sejalan dengan teori

beberapa ahli ekonomi David Ricardo, Adam Smith dan Mill

yang telah menunjukan bahwa perdagangan luar negeri dapat

Page 102: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

86

memberikan beberapa sumbangan yang pada akhirnya akan

mempercepat perkembangan ekonomi suatu negara. Apabila

pandangan dari ketiga ahli ekonomi tersebut digabungkan, maka

dapat dikatakan bahwa ahli ekonomi klasik mengemukakan tiga

sumbangan penting perdagangan luar negeri dalam

pembangunan ekonomi. Keuntungan yang pertama, yang

dikemukakan oleh Ricardo, menyatakan: apabila suatu negara

sudah mencapai tingkat kesempatan kerja penuh, perdagangan

luar negeri memungkinkannya mencapai tingkat konsumsi yang

lebih tinggi daripada yang mungkin dicapai tanpa adanya

kegiatan tersebut. Sedangkan Smith dan Mill mengemukakan

dua keuntungan lainya, yaitu: (1) memungkinkan suatu negara

memeperluas pasar atas hasil-hasil produksinya, (2)

memungkinkan negara tersebut menggunakan teknologi yang

dikembangkan di luar negeri, yang lebih baik daripada yang

terdapat di dalam negeri. (Sadono Sukirno, 2007)

(c) Jumlah Unit UKM

Pada variabel jumlah unit UKM berpengaruh secara signifikan

dan positif, dengan taraf signifikansi 0.0247. Hal ini sesuai

penelitian yang dilakukan oleh Wirda Hanum (2010) bahwa

peningkatan jumlah unit usaha dapat mengakibatkan semakin

meningkatnya nilai yang dihasilkan sehingga PDB pada sektor

UKM meningkat.

Page 103: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

87

(d) Investasi UKM

Pada variabel investasi UKM berpengaruh secara signifikan dan

positif terhadap pertumbuhan ekonomi UKM dengan nilai

signifikansi sebesar 0.0133. Hal ini sejalan dengan teori Harrod-

Domar bahwa investasi mempunyai pengaruh yang signifikan

dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan investasi akan

meningkatkan nilai tambah atau penghasilan untuk masa datang

karena nilai tambah suatu investasi akan selalu mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Di samping itu penelitian ini

juga sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Maharani Tejasari (2008) yang mempunyai kesimpulan

bahwa investasi mempunyai hubungan yang positif dengan

pertumbuhan ekonomi dengan nilai koefisien investasi sebesar

(0.85055) karena peningkatan PDB tidak dapat dipisahkan dari

meningkatnya investasi. Investasi yang ditanamkan pada sektor

UKM dapat mendorong kenaikan output dan permintaan input

sehingga berpengaruh terhadap kenaikan pendapatan dan

perluasan kesempatan kerja yang selanjutnya dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi.

Page 104: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

88

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dari penelitian, maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil estimasi data panel dengan Fixed Effect Model (FEM)

ditemukan bahwa ekspor UKM, jumlah unit UKM, dan investasi UKM

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada sektor

UKM di Indonesia pada tahun 2000 sampai 2009. Sedangkan tenaga

kerja UKM tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi pada

sektor UKM di Indonesia pada tahun 2000 sampai 2009.

2. Dalam penelitian ini, variabel paling dominan yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di Indonesia adalah ekspor

UKM, hal ini sejalan dengan teori beberapa ahli ekonomi David Ricardo,

Adam Smith dan Mill yang telah menunjukan bahwa perdagangan luar

negeri dapat memberikan beberapa sumbangan yang pada akhirnya akan

mempercepat perkembangan ekonomi suatu negara.

Page 105: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

89

B. Implikasi

Penelitian ini memiliki beberapa implikasi diantaranya adalah sebagai

berikut :

1. Salah satu faktor yang mendukung dalam pertumbuhan UKM yaitu

investasi pada sektor UKM. Hal tersebut berdasarkan penelitian yang

menunjukan bahwa investasi pada UKM dapat memberikan nilai tambah

secara signifikan terhadap PDB UKM. Sehingga perhatian pada UKM

dapat diberikan dengan meningkatkan investasi pada UKM. Langkah

tersebut dapat berupa perbaikan iklim usaha dan permudahan izin usaha

dalam investasi.

2. Peluang ekspor semakin meningkat dan terbuka terutama ekspor barang-

barang non migas, serta menuntut peningkatan perhatian pemerintah

mengingat pada saat ini ekonomi mulai membaik. Sehingga pemerintah

harus meminimalisir hambatan dan tantangan dalam mengakses pasar

global ke depan.

3. Peningkatan pendidikan dan skill pada tenaga kerja UKM sehingga

produktifitas meningkat yang menjadikan output UKM yang dihasilkan

mampu bersaing di pasar global. Dengan demikia pula akan

meningkatkan taraf kesejahreaan yang ditandai dengan kenaikan

pendapatan perkapita pada tenaga kerja UKM dan mengurangi

pengangguran.

Page 106: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

90

DAFTAR PUSTAKA

Ates, Aylin and Umit Bititci. 2007. Strategy management in small to medium-sized

enterprises: Evidence from UK manufacturing SMEs. Strathclyde Institute for

Operations Management, University of Strathclyde, Glasgow UK.

Bank Indonesia. 1997-2007. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Jakarta:

Bank Indonesia.

Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Indonesia. Jakarta: BPS.

Cahyono, B. 1983. Pengembangan Kesempatan Kerja. Yogyakarta: BPFE.

Departemen Koperasi. 2008. PDB, Investasi, Tenaga Kerja, Nilai Ekspor UKM di

Indonesia. Depkop. Jakarta.

Daryanto, Arief dan Yundy Hafizrianda. 2010. Model-model Kuantitatif untuk

Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah: Konsep dan Aplikasi. Bogor:

IPB Press.

Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Hanum, Wirda. 2010. Analisis Pengaruh Perkembangan Industri UKM terhadap

Pertumbuhan Sektor Industri Sumatera Utara [Skripsi]. Fakultas

Ekonomi.Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara.

Ikhsan, M. 2004. Mengembalikan Laju Pertumbuhan Ekonomi Dalam Jangka

Menegah: Peran Usaha Kecil dan Menengah. Jurnal Analisis Sosial 9 (2):1-

31Jafar, Mohammad Hafsah.2004. “ Upaya Pengembangan Usaha Kecil Dan

Menengah (UKM)”, Infokop Nomor 25 Tahun XX, 2004.

Kuncoro, M. 1996. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. UMP

KMP YPPM, Yogyakarta.

Mankiw, N Gregory, 2007. Makro Ekonomi.Jakarta: Erlangga.

Page 107: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

91

Nengah, I Dasi Astawa. 2007. Pemberdayaan UKM dan Koperasi di Kabupaten

Jembrana Provinsi Bali. Jurnal Ekonomi/Tahun XXI, No.01, Maret 2007:78-

95.

Partomo, T. dan A. Soejodono. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi.

Ghalia, Jakarta.

Rafinaldy, Neddy. 2004. Prospek Pengembangan Ekspor UKM. Infokop Nomor 25

Tahun XX, 2004.

Rahardjo, M. D., dan F. Ali. 1993. Faktor-faktor keuangan yang mempengaruhi

Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, dalam K. James dan N. Akrasanee.

Aspek-aspek Finansial Usaha Kecil dan Menengah: Studi kasus Asean.

Jakarta: LP3ES.

Rohana Sitanggang, Ignatia dan Nachrowi Djalal. 2004. Pengaruh Struktur Ekonomi

pada penyerapan tenaga kerja Sektoral: Analisis Model Demometrik di 30

Propinsi pada 9 sektor di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan

Indonesia jurnal Vol No.01, Juli, 2004.

Samitasa, Aristeidis G dan Dimitris F. 2005. Entrepreneurship, small and medium

size business markets and European economic integration. Journal of Policy

Modeling 27.

Soetrisno, Noer. 2004 Posisi dan Peran Pembangunan UKM 2004-2009. Infokop

Nomor 25 Tahun XX.

Sukirno, Sadono. 2007. Ekonomi Pembangunan (Proses, masalah, dan kebijakan).

Jakarta: Kencana Prenada.

Tambunan, Tulus. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: Beberapa Isu

Penting. Jakarta: Salemba Empat.

Tejasari, Maharani. 2008. Peranan Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam

penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi [Skripsi]. Fakultas

Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 108: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

92

Thoha, Mahmud dan Sukarna. 2006. Pemberdayaan UKM melalui Modal Ventura

dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan

Pembangunan (JEP), XIV (2) 2006.

Thoha, M. 2001. Dinamika Usaha Kecil dan Rumah Tangga. LIPI. Jakarta.

Todaro, Michael P and Stephen C smith, 2006. Economic Development.Jakarta:

Erlangga.

Widya A, Santikajaya. 2006. Analisis Dampak Perkembangan Usaha Kecil

Menengah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional Indonesia: Metode

Data Panel Tahun 1998-2004. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia.

Winarno, Wing Wahyu. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.

UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Yudi Setianto, Anton. 2008. Panduan Lengkap Mengurus Perijinan dan Dokumen.

Jakarta: Sahabat.

Zuhal, 2010. Knowledge and Innovation Platform Kekuatan Daya Saing.Jakarta:

Gramedia.

Page 109: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

Lampiran 1

Pendekatan Pooled Least Square

Dependent Variable: PDB?

Method: Pooled Least Squares

Date: 06/08/11 Time: 06:35

Sample: 2000 2009

Included observations: 10

Cross-sections included: 3

Total pool (balanced) observations: 30 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. TK? 6.737137 1.799060 3.744810 0.0009

EKSPOR? 0.273775 0.133110 2.056755 0.0499

UNIT? -1.650460 2.722794 -0.606164 0.5497

INVESTASI? 0.963334 0.254966 3.778289 0.0008 R-squared 0.992071 Mean dependent var 1.31E+08

Adjusted R-squared 0.991157 S.D. dependent var 95850665

S.E. of regression 9013738. Akaike info criterion 34.98996

Sum squared resid 2.11E+15 Schwarz criterion 35.17679

Log likelihood -520.8495 Hannan-Quinn criter. 35.04973

Durbin-Watson stat 1.352107

Page 110: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

Lampiran 2

Pendekatan Fixed Efect Model

Dependent Variable: PDB?

Method: Pooled Least Squares

Date: 06/08/11 Time: 06:37

Sample: 2000 2009

Included observations: 10

Cross-sections included: 3

Total pool (balanced) observations: 30 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 11268841 32453965 0.347225 0.7336

TK? 0.739311 2.131402 0.346866 0.7339

EKSPOR? 1.408327 0.293097 4.804981 0.0003

UNIT? 12.57809 5.000128 2.515553 0.0247

INVESTASI? 2.476491 0.873996 2.833526 0.0133

Fixed Effects (Cross)

_PPKP--C -97553215

_PPG--C 28413677

_IP--C 69139538

Fixed Effects (Period)

2000--C -7614417.

2001--C -10139983

2002--C -10370865

2003--C -4364896.

2004--C -3380573.

2005--C -3006209.

2006--C 4260602.

2007--C 7657502.

2008--C 8145309.

2009--C 18813530 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

Period fixed (dummy variables) R-squared 0.997887 Mean dependent var 1.31E+08

Adjusted R-squared 0.995623 S.D. dependent var 95850665

S.E. of regression 6341326. Akaike info criterion 34.46760

Sum squared resid 5.63E+14 Schwarz criterion 35.21491

Log likelihood -501.0140 Hannan-Quinn criter. 34.70667

F-statistic 440.7763 Durbin-Watson stat 2.400921

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 111: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

Lampiran 3

Redundant Fixed Effects Tests

Redundant Fixed Effects Tests

Pool: Untitled

Test cross-section and period fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 6.651755 (2,14) 0.0093

Cross-section Chi-square 20.038738 2 0.0000

Period F 2.012216 (9,14) 0.1163

Period Chi-square 24.903254 9 0.0031

Cross-Section/Period F 2.798672 (11,14) 0.0366

Cross-Section/Period Chi-square 34.884738 11 0.0003

Page 112: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

Lampiran 4

Estimation Command: ===================== LS(CX=F,PER=F) PDB? TK? EKSPOR? UNIT? INVESTASI? Estimation Equations: ===================== PER_EFFECT = C(9)*@ISPERIOD("2000") + C(10)*@ISPERIOD("2001") + C(11)*@ISPERIOD("2002") + C(12)*@ISPERIOD("2003") + C(13)*@ISPERIOD("2004") + C(14)*@ISPERIOD("2005") + C(15)*@ISPERIOD("2006") + C(16)*@ISPERIOD("2007") + C(17)*@ISPERIOD("2008") + C(18)*@ISPERIOD("2009") PDB_PPKP = C(6) + PER_EFFECT + C(1) + C(2)*TK_PPKP + C(3)*EKSPOR_PPKP + C(4)*UNIT_PPKP + C(5)*INVESTASI_PPKP PDB_PPG = C(7) + PER_EFFECT + C(1) + C(2)*TK_PPG + C(3)*EKSPOR_PPG + C(4)*UNIT_PPG + C(5)*INVESTASI_PPG PDB_IP = C(8) + PER_EFFECT + C(1) + C(2)*TK_IP + C(3)*EKSPOR_IP + C(4)*UNIT_IP + C(5)*INVESTASI_IP Substituted Coefficients: ===================== PER_EFFECT = -7614417.10453*@ISPERIOD("2000") - 10139983.3504*@ISPERIOD("2001") - 10370864.6014*@ISPERIOD("2002") - 4364895.87556*@ISPERIOD("2003") - 3380573.47123*@ISPERIOD("2004") - 3006208.735*@ISPERIOD("2005") + 4260602.47957*@ISPERIOD("2006") + 7657501.67911*@ISPERIOD("2007") + 8145309.40755*@ISPERIOD("2008") + 18813529.5719*@ISPERIOD("2009") PDB_PPKP = -97553214.8777 + PER_EFFECT + 11268840.5686 + 0.739311027761*TK_PPKP + 1.40832695371*EKSPOR_PPKP + 12.5780862548*UNIT_PPKP + 2.47649076392*INVESTASI_PPKP PDB_PPG = 28413676.8575 + PER_EFFECT + 11268840.5686 + 0.739311027761*TK_PPG + 1.40832695371*EKSPOR_PPG + 12.5780862548*UNIT_PPG + 2.47649076392*INVESTASI_PPG PDB_IP = 69139538.0202 + PER_EFFECT + 11268840.5686 + 0.739311027761*TK_IP + 1.40832695371*EKSPOR_IP + 12.5780862548*UNIT_IP + 2.47649076392*INVESTASI_IP

Page 113: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

Lampiran 5: PDB Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi

Tahun 2000-2009 Atas Dasar Harga Konstan (Miliar

Rupiah)

Tahun

Sektor

PPKP PPG IP

2000 207.054,1 13.813,2 99.687,0

2001 213.587,9 14.267,5 103.547,1

2002 221.017,1 14.975,6 107.297,6

2003 229.575,7 15.727,9 113.460,7

2004 236.192,4 16.468,7 118.944,7

2005 242.883,8 17.624,2 123.799,1

2006 251.123,1 18.906,1 161.244,2

2007 260.053,8 20.357,4 167.729,9

2008 272.882,2 21.704,5 172.187,0

2009 284.352,7 23.155,6 180.755,4

Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi, 2010

Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan PPG : Sektor pertambangan dan penggalian

IP : Sektor industri pengolahan

Page 114: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

Lampiran 6: Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil MenengahMenurut

Sektor Ekonomi Tahun 2000-2009

Tahun

Sektor

PPKP PPG IP

2000

34,525,866

334,354

8,565,920

2001

37,122,242

436,079

8,147,718

2002

38,116,561

430,458

8,284,726

2003

39,302,805

481,344

8,200,177

2004

37,650,304

528,242

8,350,149

2005

38,833,911

564,365

9,283,965

2006

42,034,597

856,817

9,980,481

2007

42,288,163

940,733

10,470,658

2008

42,222,835

971,274

10,768,907

2009

42,560,349

1,046,418

11,037,496

Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi, 2010

Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan PPG : Sektor pertambangan dan penggalian

IP : Sektor industri pengolahan

Page 115: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

Lampiran 7: Ekspor Barang Usaha Kecil Menengah Menurut

Sektor Ekonomi

Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi, 2010

Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan PPG : Sektor pertambangan dan penggalian

IP : Sektor industri pengolahan

Tahun

Sektor

PPKP PPG IP

2000

10,440,139

753,699

15,474,958

2001

10,703,452

845,922

14,133,871

2002

10,698,489

1,027,878

15,630,368

2003

10,596,996

1,037,831

15,515,359

2004

12,339,057

1,196,830

16,845,341

2005

13,399,433

1,417,414

18,209,336

2006

11,994,461

723,422

20,327,093

2007

10,514,276

741,027

24,162,054

2008

11,773,616

848,157

28,827,049

2009

10,776,797

873,738

27,768,052

Page 116: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

Lampiran 8: Jumlah Unit Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi

Tahun 2000-2009

Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi, 2010

Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan

PPG : Sektor pertambangan dan penggalian

IP : Sektor industri pengolahan

Tahun

Sektor

PPKP PPG IP

2000

23,518,616

151,007

2,618,973

2001

24,014,278

200,060

2,557,549

2002

24,947,009

178,990

2,747,533

2003

25,345,988

203,692

2,659,824

2004

25,799,906

210,322

2,740,070

2005

26,259,895

235,400

2,795,237

2006

26,209,073

246,414

3,163,050

2007

26,383,268

263,250

3,179,143

2008

26,227,297

261,341

3,238,111

2009

26,369,299

271,929

3,268,496

Page 117: 101429-ADE RASELAWATI-FEB.PDF

Lampiran 9: Investasi Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi

Tahun 2000-2009 Atas Dasar Harga Konstan (Juta

Rupiah)

Tahun

Sektor

PPKP PPG IP

2000

10,440,139

753,699

15,474,958

2001

10,703,452

845,922

14,133,871

2002

10,698,489

1,027,878

15,630,368

2003

10,596,996

1,037,831

15,515,359

2004

12,339,057

1,196,830

16,845,341

2005

13,399,433

1,417,414

18,209,336

2006

11,994,461

723,422

20,327,093

2007

10,514,276

741,027

24,162,054

2008

11,773,616

848,157

28,827,049

2009

10,776,797

873,738

27,768,052

Sumber : Kementrian UKM dan Koperasi, 2010

Keterangan : PPKP : Sektor pertanian, perternakan, kehutanan dan perikanan

PPG : Sektor pertambangan dan penggalian

IP : Sektor industri pengolahan