1 analisis likuiditas saham dan kinerja saham

40
1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH PERISTIWA STOCK SPLIT ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan likuiditas saham dan kinerja saham perusahaan sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah likuiditas saham yang diproksikan dengan volume perdagangan saham dan volatilitas harga saham, serta kinerja saham perusahaan yang diproksikan dengan price earning ratio (PER). Sampel perusahaan ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan pemecahan saham (stock split) dengan periode penelitian tahun 2007-2009. Berdasarkan metode purposive sampling, total penelitian sampel adalah 15 perusahaan. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan uji beda rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) likuiditas saham yang diproksikan dengan volume perdagangan saham berbeda tidak signifikan baik sebelum maupun setelah peristiwa stock split, (2) likuiditas saham yang diproksikan dengan volatilitas harga saham berbeda signifikan sebelum dan sesudah peristiwa stock split, (3) sedangkan kinerja saham perusahaan yang diproksikan dengan price earning ratio (PER) berbeda tidak signifikan baik sebelum maupun sesudah sesudah peristiwa stock split. Kata Kunci : likuiditas saham, kinerja saham, volume perdagangan saham, volatilitas harga saham, price earning ratio (PER), stock split

Upload: dangnhi

Post on 24-Jan-2017

244 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

1

ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH PERISTIWA STOCK SPLIT

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan likuiditas saham dan kinerja saham perusahaan sebelum dan sesudah peristiwa stock split. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah likuiditas saham yang diproksikan dengan volume perdagangan saham dan volatilitas harga saham, serta kinerja saham perusahaan yang diproksikan dengan price earning ratio (PER).

Sampel perusahaan ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan pemecahan saham (stock split) dengan periode penelitian tahun 2007-2009. Berdasarkan metode purposive sampling, total penelitian sampel adalah 15 perusahaan. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan uji beda rata-rata.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) likuiditas saham yang diproksikan dengan volume perdagangan saham berbeda tidak signifikan baik sebelum maupun setelah peristiwa stock split, (2) likuiditas saham yang diproksikan dengan volatilitas harga saham berbeda signifikan sebelum dan sesudah peristiwa stock split, (3) sedangkan kinerja saham perusahaan yang diproksikan dengan price earning ratio (PER) berbeda tidak signifikan baik sebelum maupun sesudah sesudah peristiwa stock split.

Kata Kunci : likuiditas saham, kinerja saham, volume perdagangan saham, volatilitas harga

saham, price earning ratio (PER), stock split

Page 2: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

2

NAMA : KARINA ARSILIYA NPM : 0851031024

NO TELPON : 085768086707 EMAIL : [email protected]

PEMBIMBING I : Dr. EINDE EVANA, S.E., M.Si., Akt.PEMBIMBING II : NINUK DEWI KESUMANINGRUM, S.E., M.Sc., Akt.

PENDAHULUAN

Kebutuhan akan informasi yang handal dan berkualitas adalah kebutuhan yang

mendasar dalam pengambilan keputusan bagi para investor di pasar modal. Bagi

seorang investor, informasi dapat mengurangi ketidakpastian yang terjadi di pasar

modal, sehingga keputusan yang diambil diharapkan akan sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai. Hal ini mengakibatkan suatu pengumuman di pasar modal yang memiliki

kandungan informasi akan memperoleh reaksi dari para investor bila informasi tersebut

membawa sinyal yang berkualitas dan dapat dipercaya.

Ada banyak informasi yang dapat diperoleh investor di dalam pasar modal baik

informasi yang tersedia di publik maupun informasi pribadi (privat). Salah satu

informasi tersebut adalah pengumuman stock split atau pemecahan saham. Peristiwa

pemecahan saham (stock split) merupakan salah satu informasi yang penting untuk

diperhatikan oleh investor. Stock split banyak dilakukan oleh perusahaan ketika harga

saham dari perusahaan tersebut naik melebihi rentang optimal, dan diyakini oleh para

ahli keuangan bahwa suatu saham memiliki kisaran rentang optimal, dimana jika harga

saham bisa berada pada rentang tersebut maka nilai perusahaan bisa dimaksimumkan.

Menurut Rahayu (2006), stock split (pemecahan saham) merupakan salah satu

alternatif yang dijalankan suatu perusahaan, di mana secara sederhana pemecahan

saham berarti membagi lembar saham menjadi n lembar saham. Harga per lembar

saham baru setelah pemecahan adalah sebesar 1/n dari harga saham sebelumnya.

Langkah ini dimaksudkan untuk membuat perdagangan saham suatu perusahaan

menjadi lebih aktif karena harga saham tersebut mengalami penurunan. Stock split

banyak dilakukan oleh perusahaan ketika harga saham dari perusahaan tersebut naik

Page 3: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

3

melebihi rentang optimal, dan diyakini oleh para ahli keuangan bahwa suatu saham

memiliki kisaran rentang optimal, dimana jika harga saham bisa berada pada rentang

tersebut maka nilai perusahaan bisa dimaksimumkan.

Menurut Mason dkk, 1998 dalam Ayodhya (2012) motivasi yang

melatarbelakangi perusahaan melakukan stock split tertuang dalam dua teori dasar

antara lain Signaling Theory dan Trading Range Theory

Informasi stock split dalam kaitannya dengan dampaknya terhadap likuiditas

saham dan kinerja perusahaan di masa mendatang menjadi suatu hal yang perlu

dipertimbangkan oleh para investor dan calon investor dalam memutuskan untuk

membeli atau melepas saham yang dimilikinya. Oleh karena itu penelitian ini ditujukan

untuk mengetahui dampak stock split terhadap likuiditas saham dan kinerja saham

perusahaan.

Pujiharjanto (2001) melakukan penelitian mengenai pengaruh stock split terhadap

likuiditas saham di BEJ. Dalam penelitian ini, variabel likuiditas saham diproksikan

pada harga saham, volume perdagangan, volatilitas harga saham dan persentase spread.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 sampel perusahaan yang melakukan stock

split di BEJ selama bulan Juli 1996 sampai dengan Juni 1997, secara keseluruhan

aktivitas stock split berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat harga saham, volume

perdagangan, volatilitas harga saham dan persentase spread.

Berbeda dengan penelitian di atas, variabel likuiditas dalam penelitian ini akan

diukur dengan menggunakan volume perdagangan dan volatilitas harga saham saja.

Lebih lanjut, penelitian ini tidak menggunakan harga saham dan persentase spread

sebagai proksi dari likuiditas saham karena variabel likuiditas dalam penelitian ini

menitikberatkan pada volume dan volatilitas harga saham saja.

Selain mempengaruhi variabel pasar seperti likuiditas saham, stock split juga

mempengaruhi kinerja saham perusahaan. Ichsanuddin (2009) melakukan penelitian

mengenai pemecahan saham ditinjau dari kinerja saham dan harga saham dimana price

earnings ratio (PER) merupakan salah satu variabel penelitian yang digunakan sebagai

proksi dari kinerja saham perusahaan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa tidak

terdapat perbedaan price earnings ratio (PER) antara perusahaan yang melakukan

Page 4: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

4

pemecahan saham dengan perusahaan yang tidak melakukan pemecahan saham. Di

dalam penelitian ini, kinerja saham perusahaan akan dilihat melalui nilai price earnings

ratio (PER).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

lebih lanjut mengenai “ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA

SAHAM PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH PERISTIWA STOCK

SPLIT”

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan masalah yang dapat

diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan likuiditas saham yang diproksikan dengan volume

perdagangan saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split?

2. Apakah terdapat perbedaan likuiditas saham yang diproksikan dengan volatilitas

harga saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split?

3. Apakah terdapat perbedaan kinerja saham perusahaan yang diproksikan dengan

price earnings ratio (PER) sebelum dan sesudah peristiwa stock split?

Batasan Masalah Penelitian

Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup dan

arah yang jelas, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Ada dua jenis stock split yang dapat dilakukan perusahaan yaitu pemecahan naik

(split-up) dan pemecahan turun (split-down). Dalam penelitian ini hanya

menggunakan sampel perusahaan yang melakukan pemecahan naik (split-up).

2. Penelitian ini menetapkan periode pengamatan (event window) selama 11 hari

(yaitu; 5 hari sebelum, 1 hari peristiwa dan 5 hari sesudah tanggal peristiwa

stock split) untuk variabel likuiditas saham yang diproksikan volume

perdagangan dan volatilitas harga saham. Dan 5 tahun, (yaitu; 2 tahun sebelum,

1 tahun peristiwa dan 2 tahun sesudah tanggal peristiwa stock split) untuk

variabel kinerja saham perusahaan yang diproksikan dengan price earnings ratio

(PER).

Page 5: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

5

Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah dengan terjadinya stock split menyebabkan perbedaan

yang signifikan terhadap tingkat likuiditas saham perusahaan yang diproksikan

dengan volume perdagangan dan volatilitas harga saham sebelum dan sesudah

peristiwa stock split.

2. Untuk mengetahui apakah dengan terjadinya stock split perbedaan yang

signifikan terhadap kinerja saham perusahaan yang diproksikan dengan PER

sebelum dan sesudah peristiwa stock split.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, sebagai sarana dalam memahami, menambah dan mengaplikasikan

pengetahuan teoritis yang telah dipelajari.

2. Bagi para investor, pemegang saham, dan pihak-pihak yang berkepentingan

terhadap perusahaan diharapkan informasi yang berhasil dikumpulkan dalam

penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan

keputusan investasi.

3. Bagi perusahaan, untuk memberikan masukan dalam hal perusahaan melakukan

kebijakan stock split, serta gambaran bahwa perubahan kinerja yang terjadi

senantiasa dipantau oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

4. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pasar modal Indonesia (Badan

Pengawas Pasar Modal, Bursa Efek Indonesia, calon emiten, dan profesi terkait).

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam meningkatkan

perannya dalam memenuhi kebutuhan pihak pemakai informasi.

Page 6: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

6

LANDASAN TEORI

Stock split adalah suatu aksi dari emiten (perusahaan) di mana dilakukan

pemecahan nilai nominal saham menjadi nilai nominal yang lebih kecil. Menurut

Jogiyanto (2000) aktivitas stock split dapat diartikan memecah satu lembar saham

menjadi n lembar saham. Informasi stock split diketahui dengan adanya pengumuman

yang terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Stock split atau pemecahan saham merupakan salah satu bentuk informasi yang

diberikan oleh emiten (perusahaan) untuk menaikkan/menurunkan jumlah saham yang

beredar sesuai dengan faktor pemecahannya.

Pemecahan saham pada dasarnya ada dua jenis, yaitu pemecahan saham naik

(split-up) dan pemecahan saham turun (split-down) atau lebih dikenal dengan reverse

stock. Split-up adalah penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan

bertambahnya jumlah saham yang beredar. Dengan adanya split-up berarti jumlah

saham yang beredar menjadi lebih banyak namun dengan nilai nominal yang lebih kecil

dari sebelum dipecah. Sebaliknya dengan split-down, saham yang beredar menjadi lebih

sedikit tetapi terjadi peningkatan pada nilai nominal per lembar sahamnya (Ayodha,

2012).

Kieso dan Weygandt (1993) dalam Subiyanti (2010) mengatakan alasan

perusahaan melakukan stock split yaitu: (1) Untuk menyesuaikan harga pasar saham

perusahaan pada tingkat dimana individu dapat lebih banyak menginvestasikan dananya

pada saham tersebut. (2) Untuk menyebarkan atau memperluas pemegang saham

dengan meningkatkan jumlah saham yang beredar dengan nilai pasar yang dapat

dijangkau. (3) Untuk menguntungkan pemegang saham yang ada dengan memberi

kesempatan pada mereka untuk mengambil manfaat dari suatu penyesuaian pasar yang

tidak sempurna setelah stock split.

Stock split biasanya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi,

sehingga akan mengurangi kemampuan para investor untuk membelinya. Dengan

Page 7: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

7

adanya stock split diharapkan daya beli investor meningkat terutama untuk investor

kecil, membuat saham lebih likuid untuk diperdagangkan.

Peristiwa stock split adalah suatu aksi yang dilakukan oleh perusahaan dimana

memuat informasi yang diasumsikan akan mempengaruhi keputusan jual beli yang

dilakukan investor, yang pengaruh tersebut dapat dilihat dalam aktivitas perdagangan

saham. Perubahan pada volume perdagangan akan terlihat bila aksi tersebut

mempengaruhi preferensi para investor dalam keputusan investasinya. Tingkat

likuiditas suatu saham merupakan salah satu faktor yang menentukan nilai saham suatu

perusahaan. Semakin cepat suatu efek dapat berubah menjadi uang maka semakin tinggi

likuiditasnya. Dengan demikian likuiditas saham ditentukan oleh apakah saham tersebut

mudah diperjualbelikan dalam jangka waktu singkat dan diminati investor. Salah satu

daya tarik agar suatu saham diminati investor adalah harga yang murah serta rendahnya

biaya komisi transaksi.

Teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar

modal. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen

perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Sinyal

adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan

petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan

(Brigham dan Houston, 2001).

Asumsi dari Signaling Theory bahwa manajemen mempunyai informasi yang

akurat tentang nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan dan manajemen selalu meningkatkan

keuntungan. Berdasarkan Signaling Theory, peristiwa stock split dapat memberikan

sinyal positif karena manajemen yang memiliki informasi yang lengkap tentang kondisi

perusahaan yang sebenarnya menginformasikannya kepada investor yang kurang

banyak memiliki informasi mengenai kondisi perusahaan. Asimetry informasi akan

terjadi jika manajemen tidak secara penuh menyampaikan semua informasi yang

diperoleh tentang semua hal yang dapat mempengaruhi perusahaan ke pasar. Maka pada

umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal yang tercermin

dari perubahan harga saham (Schweitzer, 1989 dalam Ayodha, 2012).

Page 8: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

8

Baker dan Powell (1993) dalam Rahayu (2006) menyatakan bahwa pemecahan

saham memberikan sinyal atau informasi kepada investor mengenai prospek perusahaan

di masa yang akan datang. Meningkatnya likuiditas setelah stock split dapat muncul

akibat semakin besarnya kepemilikan saham dan jumlah transaksi. Pada tingkat asimetri

tertentu antara manajer dan investor, manajer kemungkinan besar akan mengambil

keputusan pemecahan saham agar investor dapat menerima informasi yang

menguntungkan.

Stock split sebaiknya dilakukan oleh perusahaan yang memiliki prospek yang baik

dan kinerja yang bagus. Perusahaan yang mencoba memberikan sinyal stock split tetapi

tidak didukung dengan prospek dan kinerja yang baik akan berdampak negatif bagi

perusahaan tersebut karena akan berdampak pada biaya yang timbul akibat stock split

(Boedi dan Lindharta, 2011).

Trading Range Theory menyatakan bahwa pemecahan saham akan

meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Teori ini menyatakan bahwa harga saham

yang terlalu tinggi (overprice) menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut

diperdagangkan. Saham-saham yang tidak likuid tersebut akan mempersempit gerak

investor dalam berinvestasi, selain itu saham tidak likuid akan merugikan investor

karena saham-saham tersebut tidak mudah diinvestasikan. Bagi emiten, likuiditas saham

sangat penting karena saham yang tidak likuid akan berakibat dikeluarkannya saham

tersebut dari pasar modal (delisting). Pemecahan saham menyebabkan harga saham

menjadi tidak terlalu tinggi, sehingga akan semakin banyak investor yang mampu

bertransaksi. Marwata (2001) dalam Setiyanto (2006) menyatakan bahwa pemecahan

saham merupakan upaya manajemen untuk menata kembali harga saham pada rentang

harga tertentu.

Teori ini juga menyatakan bahwa manajemen perusahaan memutuskan untuk

melakukan stock split karena didorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten

dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split dapat menjaga harga saham

tidak terlalu mahal, dimana saham dipecah karena ada batas harga yang optimal untuk

saham dan untuk meningkatkan daya beli investor sehingga tetap banyak orang yang

mau memperjualbelikannya, yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas

perdagangan saham.

Page 9: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

9

Likuiditas saham merupakan ukuran jumlah transaksi saham di pasar modal

dalam periode tertentu. Semakin tinggi frekuensi transaksi maka semakin tinggi

likuiditas saham, ini berarti saham tersebut semakin diminati oleh para investor dan hal

tersebut akan tingkat harga saham yang bersangkutan. Reilly dan Brown (1997) dalam

Rahdiansyah (2010) menyatakan bahwa faktor penentu dari likuiditas saham

sehubungan dengan surat berharga sangat tercermin dalam data perdagangan pasar dan

faktor yang terpenting dari likuiditas itu adalah jumlah uang dari lembar saham yang

diperdagangkan.

Peristiwa stock split adalah suatu aksi yang dilakukan oleh perusahaan dimana

memuat informasi yang diasumsikan akan mempengaruhi keputusan jual beli yang

dilakukan investor, yang pengaruh tersebut dapat dilihat dalam aktivitas perdagangan

saham. Perubahan pada volume perdagangan akan terlihat bila aksi tersebut

mempengaruhi preferensi para investor dalam keputusan investasinya. Tingkat

likuiditas suatu saham merupakan salah satu faktor yang menentukan nilai saham suatu

perusahaan. Semakin cepat suatu efek dapat berubah menjadi uang maka semakin tinggi

likuiditasnya. Dengan demikian likuiditas saham ditentukan oleh apakah saham tersebut

mudah diperjualbelikan dalam jangka waktu singkat dan diminati investor. Salah satu

daya tarik agar suatu saham diminati investor adalah harga yang murah serta rendahnya

biaya komisi transaksi.

Menurut Conroy et.al (1990) dalam Setiyanto (2006), parameter yang sering

digunakan untuk mengukur likuiditas suatu saham adalah:

a. Volume perdagangan

Merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar

modal terhadap informasi melalui parameter volume saham yang di

perdagangkan di pasar.

b. Tingkat Spread

Merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar

modal terhadap informasi melalui parameter perbedaan atau selisih antara harga

tertinggi yang diminta untuk membeli dengan harga terendah yang ditawarkan

untuk menjual (Bid-Ask Spread), diukur dengan menggunakan persentase.

c. Information flow (aliran informasi).

Page 10: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

10

d. Jumlah pemegang saham.

e. Jumlah saham yang beredar.

f. Transaction cost (besarnya biaya transaksi).

g. Harga saham

Merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar

modal terhadap informasi melalui parameter harga-harga saham di pasar.

h. Volatilitas Harga saham

Merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar

modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan harga-harga saham di

pasar.

Conroy, Harris dan Benet (1990) dalam Sutrisno et al (2000) menemukan adanya

penurunan likuiditas setelah split dengan masing-masing menggunakan volume

perdagangan dan bid-ask spread sebagai proksi. Hasil tersebut bertentangan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Murray (1985) yaitu stock split tidak berpengaruh

terhadap volume perdagangan maupun bid-ask spread (Sutrisno et al, 2000).

Sutrisno et al (2000) melakukan penelitian mengenai pengaruh stock split

terhadap likuiditas saham yang diukur dengan rata-rata harga saham, volume

perdagangan, persentase spread dan volatilitas. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hanya pada variabel harga saham, volume

perdagangan dan persentase spread. Sedangkan pada variabel volatilitas tidak

dihasilkan perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah aktivitas split.

Selain mempengaruhi variabel pasar seperti likuiditas saham, stock split juga

mempengaruhi kinerja saham perusahaan. Kinerja saham dapat menjadi ukuran

keberhasilan suatu perusahaan selama periode tertentu. Price earnings ratio (PER)

merupakan salah satu komponen penting untuk menilai kinerja saham perusahaan.

Rasio ini pada dasarnya memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan

untuk mengembalikan dan pada periode tertentu.

Perusahaan yang melakukan stock split merupakan perusahaan yang memiliki

kinerja yang baik. Menurut Copeland (1988) dalam Jogiyanto (2000), stock split

mengandung biaya yang harus dibayar oleh perusahaan, oleh karena itu hanya

Page 11: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

11

perusahaan yang memiliki prospek yang bagus saja yang mampu menanggung biaya

tersebut dan sebagai akibatnya pasar akan bereaksi positif terhadap stock split.

Ichsanuddin (2009) melakukan penelitian mengenai pemecahan saham ditinjau

dari kinerja saham dan harga saham di mana price earnings ratio (PER) merupakan

salah satu variabel penelitian yang digunakan sebagai proksi dari kinerja saham

perusahaan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan price

earnings ratio (PER) antara perusahaan yang melakukan pemecahan saham dengan

perusahaan yang tidak melakukan pemecahan saham. Berdasarkan penelitian terdahulu,

maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ha1: Ada perbedaan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah

peristiwa stock split.

Ha2: Ada perbedaan volatilitas harga saham sebelum dan sesudah peristiwa stock

split.

Ha3: Ada perbedaan price earnings ratio (PER) sebelum dan sesudah peristiwa

stock split.

Page 12: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

12

METODE PENELITIAN

Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari perusahaan go

public yang melakukan pemecahan saham (stock split) di BEI dengan periode penelitian

tahun 2007-2009.

Metode yang digunakan dalam penarikan sampel menggunakan metode purposive

sampling, dan untuk sampel bersyarat ditentukan dengan kriteria tertentu atau

judgement sampling. Adapun sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah

perusahaan yang melakukan stock split tahun 2007-2009 dengan kriteria sebagai

berikut:

1. Perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia periode 2007-

2009.

2. Perusahaan yang dijadikan sampel penelitian adalah seluruh perusahaan dari

semua sektor industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Perusahaan yang hanya melakukan kebijakan stock split satu kali selama periode

penelitian.

4. Perusahaan yang hanya melakukan kebijakan stock split dan tidak melakukan

kebijakan lainnya yang dapat memepengaruhi pasar seperti pembagian deviden

saham, right issue, pembagian saham bonus dan pengumuman lainnya. Selama

periode pengamatan perusahaan memiliki data yang lengkap untuk digunakan

dalam penelitian ini.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam jenis data

sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tanggal

pengumuman stock split. Data ini tahun 2007, 2008, dan tahun 2009 diperoleh dari

www.KSEI.co.id. Kemudian data harga penutupan saham harian untuk menghitung

return saham masing-masing perusahaan, volume saham yang diperdagangkan. Data ini

diperoleh dari www.duniainvestasi.com dan www.yahofinance.com. Data laporan

Page 13: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

13

keuangan perusahaan yang melakukan pemecahan saham (stock split), yang

dipublikasikan per 31 desember 2005 sampai dengan 31 desember 2011. Data ini

diperoleh dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory).

Teknik Pengambilan Sampel

Tabel 1Proses Pengambilan Sampel

Keterangan JumlahMelakukan kebijakan stock split tahun 2007-2009 25Perusahaan melakukan stock split lebih dari satu kali pada periode penelitian

0

Perusahaan melakukan corporate action lain :  Right issue 1Cash Dividen   8Perusahaan yang datanya tidak lengkap 1Jumlah sampel akhir 15

Pada Tabel di atas proses pengambilan sampel, dapat dilihat bahwa dari tahun

2007 sampai 2009 terdapat 25 perusahaan yang melakukan pemecahan saham (stock

split). Dari keseluruhan jumlah sampel penelitian, tidak ada perusahaan yang melakukan

pemecahan saham (stock split) lebih dari satu kali selama tahun penelitian yaitu 2007 –

2009. Selain itu dalam proses pengambilan sampel terdapat sembilan perusahaan yang

melakukan corporate action selain stock split dalam periode penelitian yaitu satu

perusahaan right issue dan delapan perusahaan melakukan cash dividen, dan terdapat

juga satu perusahaan yang tidak memiliki data-data yang kurang lengkap seperti tidak

tersedianya daftar harga saham sebelum melakukan pemecahan saham. Dari 25 jumlah

sampel perusahaan yang akan diteliti, terdapat 15 perusahaan yang memenuhi kriteria

pemilihan sampel, atau sebesar 60% dari seluruh sampel perusahaan yang melakukan

stock split.

Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Page 14: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

14

Tabel 2Sampel perusahaan yang melakukan stock split 2007-2009

No Nama Perusahaan Kode Tanggal Pengumuman

1 PT Davomas Abadi Tbk DAVO 22 Mei 20072 PT AKR Corporindo Tbk AKRA 23 Juli 20073 PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk SOBI 13 Agustus 20074 PT Hortus Davanest Tbk HADE 04 September 20075 PT Pakuwon Jati Tbk PWON 11 September 20076 PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk CPIN 06 Desember 20077 PT Jaya Pari Steel Tbk JPRS 06 Desember 20078 PT Lippo Karawaci Tbk LPKR 14 Desember 20079 PT International Nickel Indonesia Tbk INCO 08 Januari 2008

10 PT Bank Central Asia Tbk BBCA 22 Januari 200811 PT Suryainti Permata Tbk SIIP 06 Maret 200812 PT Delta Dunia Petroindo Tbk DOID 07 April 200813 PT Perusahaan Gas Negara Tbk PGAS 01 Agustus 200814 PT Citra Tubindo Tbk CTBN 24 Desember 200815 PT Arwana Citramulia Tbk ARNA 08 September 2009

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Stock Split

Stock split adalah suatu aksi dari emiten (perusahaan) di mana dilakukan

pemecahan nilai nominal saham menjadi nilai nominal yang lebih kecil (Sunariyah,

2003). Menurut Jogiyanto (2003) aktivitas stock split dapat diartikan memecah satu

lembar saham menjadi n lembar saham. Informasi stock split diketahui dengan adanya

pengumuman yang terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Stock split biasanya dilakukan pada saat harga saham dinilai terlalu tinggi,

sehingga akan mengurangi kemampuan para investor untuk membelinya. Dengan

adanya stock split diharapkan daya beli investor meningkat terutama untuk investor

kecil, membuat saham lebih likuid untuk diperdagangkan.

Page 15: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

15

Likuiditas Saham

1. Volume Perdagangan Saham

Volume perdagangan saham merupakan jumlah saham yang diperdagangakan

dalam periode tertentu. Volume perdagangan saham diukur dengan Trading

Volume Activity (TVA) dengan membandingkan jumlah saham perusahaan

yang diperdagangkan pada periode tertentu dengan jumlah saham yang

beredar pada waktu tertentu (Jogiyanto, 2000). Setelah itu, rata-rata masing-

masing volume perdagangan saham antara sebelum dan sesudah pemecahan

saham dihitung untuk mengetahui besarnya perbedaan. Untuk mengetahui

signifikan atau tidaknya digunakan uji beda dua rata-rata antara sebelum dan

sesudah pemecahan saham.

TVA=

2. Volatilitas Harga Saham

Volatilitas harga saham adalah fluktuasi atau naik turunnya harga saham.

Dalam event study, pada umumnya volatilitas harga saham diproksikan

dengan menggunakan varian return saham harian (variance of daily stock

return) Bae dan Jo (1999: 162) dalam Rahayu (2006).

Secara umum formula untuk menghitung varian dari nilai return saham

adalah:

si2 =

dimana, T adalah lamanya periode jendela sebelum atau setelah stock split,

yaitu 5 hari. Ri,t adalah return harian saham i pada hari t. Ri adalah rata-rata

return saham i. Sedangkan return saham didapat dengan rumus:

Ri, t = (Pi, t – Pi, t-1) / Pi, t-1

Pi, t : harga penutupan hari ke-t

Pi, t-1 : harga penutupan ke t-1

∑ Saham i yang beredar pada hari t

∑ Saham i yang diperdagangkan pada hari t

∑ (Ri,t – Ri)2

T – 1

Page 16: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

16

Price Earnings Ratio (PER)

Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan adalah

dengan menilai kinerja saham perusahaan. Kinerja saham dapat menjadi ukuran

keberhasilan suatu perusahaan selama periode tertentu.

Di dalam penelitian ini, kinerja saham yang digunakan sebagai proksi yaitu price

earnings ratio (PER). PER merupakan ukuran dari potensi pertumbuhan, stabilitas

pendapatan, dan kemampuan manajemen dihitung dengan membagi harga per saham

dengan pendapatan per saham. Rasio harga laba mengukur hubungan antara nilai pasar

suatu perusahaan dan laba perusahaan sekarang. rasio ini merupakan salah satu rasio

yang banyak digunakan dalam pengambilan keputusan investasi, karena rasio ini pada

dasarnya memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk

mengembalikan dana pada suatu periode tertentu. Dalam Jogiyanto (2000) PER

dirumuskan sebagai berikut:

Alat Analisis Data

Uji Beda Rata-Rata

Untuk menentukan apakah stock split memiliki pengaruh terhadap risiko

sistematis dan abnormal return akan digunakan Uji Beda Rata-rata dengan

menggunakan SPSS 17. Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu dilakukan

pengujian normalitas distribusi data. Pada tahap uji normalitas data dilakukan dengan

menggunakan uji one sample kolmogorov smirnov.

Jika data berdistribusi normal maka statistik yang digunakan adalah statistik

parametrik yaitu diuji melalui uji t berpasangan (paired sample t-test). Sedangkan jika

data berdistribusi tidak normal maka data diolah menggunakan alat uji statistik non

parametrik yaitu wilcoxon signed-rank test dengan menentukan derajat kepercayaan

sebesar 95% dan tingkat kesalahan α sebesar 5%. Jika probabilitas (p-value) < 5%,

maka Ho ditolak dan Ha diterima; tetapi apabila probabilitas (p-value) > 5% maka Ho

diterima dan Ha ditolak (Ghozali, 2005).

Page 17: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

17

ANALISIS PEMBAHASAN

Volume perdagangan saham dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

trading volume activity (TVA). Besarnya nilai TVA masing-masing perusahaan

sebelum dan setelah stock split untuk perusahaan yang melakukan stock split tahun

2007-2009 disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Setelah Stock Split

Tahun 2007-2009

No Nama Perusahaan Kode TVASebelum

Stock SplitSetelah

Stock Split1 PT Davomas Abadi Tbk DAVO 0,000 0,0002 PT AKR Corporindo Tbk AKRA 0,026 0,0073 PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk SOBI 0,007 0,0014 PT Hortus Davanest Tbk HADE 0,000 0,0005 PT Pakuwon Jati Tbk PWON 0,000 0,0006 PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk CPIN 0,184 0,0917 PT Jaya Pari Steel Tbk JPRS 0,001 0,0068 PT Lippo Karawaci Tbk LPKR 0,008 0,0039 PT International Nickel Indonesia Tbk INCO 0,003 0,00110 PT Bank Central Asia Tbk BBCA 0,001 0,00111 PT Suryainti Permata Tbk SIIP 0,012 0,00112 PT Delta Dunia Petroindo Tbk DOID 0,003 0,00913 PT Perusahaan Gas Negara Tbk PGAS 0,008 0,00514 PT Citra Tubindo Tbk CTBN 0,000 0,00015 PT Arwana Citramulia Tbk ARNA 0,001 0,003  Rata-rata   0,017 0,009

Tabel 4Descriptive Statistics Volume Perdagangan Saham

Page 18: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

18

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

TVA_sblm 15 .000 .184 .01692 .046661

TVA_stlh 15 .000 .091 .00856 .023058

Valid N (listwise) 15

Sumber: Data sekunder diolah

Berdasarkan nilai TVA yang disajikan dalam Tabel descriptive statistics di atas

tampak bahwa, rata-rata TVA sebelum stock split adalah sebesar 0.1692, sedangkan

rata-rata TVA setelah stock split adalah sebesar 0.0856. Jika kedua nilai TVA tersebut

dibandingkan, dapat disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan yang melakukan stock

split pada tahun 2007-2009 di BEI secara rata-rata mengalami penurunan nilai TVA

sebesar 0.0836.

Berdasarkan analisis deskriptif terhadap volume perdagangan saham sebelum dan

setelah stock split selama tahun 2007-2009, maka dapat disimpulkan bahwa secara rata-

rata perusahaan yang melakukan stock split di BEI ternyata mengalami penurunan

volume perdagangan saham dibanding sebelum melakukan stock split. Dengan kata lain

rata-rata TVA sebelum dan sesudah stock split mengalami perbedaan.

Volatilitas harga saham dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan varian

return saham harian (variance of daily stock return) untuk masing-masing perusahaan.

Besarnya volatilitas harga saham masing-masing perusahaan sampel yang melakukan

stock split tahun 2007-2009 disajikan dalam tabel berikut ini

Tabel 5Volatilitas Harga Saham Sebelum dan Setelah Stock Split

Tahun 2007-2009

No Nama Perusahaan Kode

VolatilitasSebelum

Stock Split

Setelah Stock Split

1 PT Davomas Abadi Tbk DAVO 0,001 0,0572 PT AKR Corporindo Tbk AKRA 0,000 0,1303 PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk SOBI 0,001 0,0024 PT Hortus Davanest Tbk HADE 0,000 0,068

Page 19: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

19

5 PT Pakuwon Jati Tbk PWON 0,000 0,0016 PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk CPIN 0,000 0,0017 PT Jaya Pari Steel Tbk JPRS 0,000 0,1228 PT Lippo Karawaci Tbk LPKR 0,000 0,0729 PT International Nickel Indonesia Tbk INCO 0,000 0,00210 PT Bank Central Asia Tbk BBCA 0,000 0,00111 PT Suryainti Permata Tbk SIIP 0,001 0,00212 PT Delta Dunia Petroindo Tbk DOID 0,000 0,00113 PT Perusahaan Gas Negara Tbk PGAS 0,000 0,00514 PT Citra Tubindo Tbk CTBN 0,000 0,00015 PT Arwana Citramulia Tbk ARNA 0,001 0,000  Rata-rata   0,000 0,031

Tabel 6Descriptive Statistics Volatilitas Harga Saham

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Volatile_sblm 15 .000 .001 .00033 .000306

Volatile_stlh 15 .000 .130 .03090 .046717

Valid N (listwise) 15

Sumber: Data sekunder diolah

Berdasarkan nilai volatilitas yang telah disajikan dalam Tabel descriptive statistics

di atas tampak bahwa rata-rata volatilitas sebelum stock split adalah sebesar 0.00033

sedangkan rata-rata volatilitas setelah stock split adalah sebesar 0.03090. Jika kedua

nilai volatilitas harga saham tersebut dibandingkan, dapat disimpulkan bahwa

perusahaan-perusahaan yang melakukan stock split pada tahun 2007-2009 di BEI secara

rata-rata mengalami peningkatan nilai volatilitas harga saham sebesar 0.03057.

Berdasarkan analisis deskriptif terhadap volatilitas harga saham sebelum dan

setelah stock split selama tahun 2007-2009, maka dapat disimpulkan bahwa secara rata-

rata perusahaan yang melakukan stock split di BEI ternyata mengalami peningkatan

volatilitas harga saham dibanding sebelum melakukan stock split. Dengan kata lain rata-

rata volatilitas harga saham sebelum dan sesudah stock split mengalami perbedaan.

Page 20: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

20

Price earnings ratio (PER) dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

rasio antara harga saham dengan nilai EPS dimana EPS merupakan rasio laba

perusahaan per jumlah saham yang beredar. Besarnya nilai PER masing-masing

perusahaan sebelum dan setelah stock split untuk perusahaan yang melakukan stock

split tahun 2007-2009 disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 7Price Earnings Ratio (PER) Sebelum dan Setelah Stock Split

Tahun 2007-2009

No Nama Perusahaan Kode

PERSebelum

Stock Split

Setelah Stock Split

1 PT Davomas Abadi Tbk DAVO 6,395 -2,0752 PT AKR Corporindo Tbk AKRA 10,510 12,0403 PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk SOBI 32,040 7,5604 PT Hortus Davanest Tbk HADE 13,215 6,7705 PT Pakuwon Jati Tbk PWON 13,910 233,0356 PT Charoen Pokphan Indonesia Tbk CPIN 7,940 5,1057 PT Jaya Pari Steel Tbk JPRS 24,010 53,0958 PT Lippo Karawaci Tbk LPKR 23,970 30,0309 PT International Nickel Indonesia Tbk INCO 5,800 45,72510 PT Bank Central Asia Tbk BBCA 13,375 15,72011 PT Suryainti Permata Tbk SIIP 4,600 12,65512 PT Delta Dunia Petroindo Tbk DOID 186,875 -208,38513 PT Perusahaan Gas Negara Tbk PGAS 31,860 2,03014 PT Citra Tubindo Tbk CTBN 7,845 6,70515 PT Arwana Citramulia Tbk ARNA 7,310 5,505  Rata-rata 25,977 15,034

Tabel 8Descriptive Statistics Price Earnings Ratio

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PER_sblm 15 4.600 186.875 25.97700 45.453316

PER_stlh 15 -208.385 233.035 15.03433 84.901528

Valid N (listwise) 15

Sumber: Data sekunder diolah

Page 21: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

21

Berdasarkan nilai PER yang disajikan dalam Tabel descriptive statistics di atas

tampak bahwa, rata-rata PER sebelum stock split adalah sebesar 25.97700, sedangkan

rata-rata PER setelah stock split adalah sebesar 15.03433. Jika kedua nilai PER tersebut

dibandingkan, dapat disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan yang melakukan stock

split pada tahun 2007-2009 di BEI secara rata-rata mengalami penurunan nilai PER

sebesar 10.94267.

Berdasarkan analisis deskriptif terhadap PER sebelum dan setelah stock split

selama tahun 2007-2009, maka dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata perusahaan

yang melakukan stock split di BEI ternyata mengalami penurunan PER dibanding

sebelum melakukan stock split. Dengan kata lain rata-rata PER sebelum dan sesudah

stock split mengalami perbedaan.

Dalam penelitian ini uji normalitas diperlukan untuk mengetahui alat analisis yang

akan digunakan berdasarkan jenis data yang terdistribusi normal atau tidak terdistribusi

dengan normal. Untuk data variabel yang diuji berdistribusi normal, maka digunakan

alat analisis Paired Sampel t-test, sedangkan untuk data yang berdistribusi tidak normal

menggunakan alat analisis Wilcoxon Signed Rank Test.

Dari hasil pengujian uji statistik non parametrik Kolmogorov Smirnov

menunjukan bahwa seluruh variabel yang diujikan dalam penelitian ini yaitu Trading

Volume Activity (TVA), Volatilitas Harga Saham, dan Price earnings ratio (PER)

memiliki nilai signifikansi di bawah 0.05 (α = 5%). Hal ini menunjukan bahwa H0

ditolak dan seluruh data variabel di atas tidak terdistribusi dengan normal. Oleh karena

itu dalam penelitian ini alat uji yang digunakan adalah uji beda rata-rata menggunakan

alat analisis non parametrik Wilcoxon signed-rank test.

Hasil uji signifikansi dengan wilcoxon sign rank test terhadap volume

perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split, signifikansi yang terlihat dari p-

value (Sig. (2-tailed) sebesar 0.177, lebih besar dari α = 0.05, menunjukkan bahwa

perbedaan tersebut tidak signifikan sehingga hipotesis pertama ditolak. Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dari tingkat volume perdagangan

Page 22: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

22

saham sebelum dan setelah peristiwa stock split, namun perbedaan tersebut tidak

signifikan.

Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Murray (1985)

dan Hendrawijaya (2009) yang di dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa stock

split tidak berpengaruh terhadap volume perdagangan (Sutrisno et al, 2000). Namun

hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno et al (2000) yang

menyatakan terdapat perbedaan signifikan volume perdagangan saham sebelum dan

setelah stock split.

Hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan yang tidak signifikan terhadap

volume perdagangan sebelum dan setelah peristiwa stock split dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa investor masih belum mengantisipasi secara cepat informasi yang

diterimanya di pasar modal terutama investor institusi, di mana pada umumnya investor

institusi melakukan perdagangan dengan jumlah saham yang relatif besar, dibanding

investor individu. Kondisi ini tentunya merupakan dampak dari krisis ekonomi global

pada tahun 2008 yang mendorong para investor terutama investor institusi lebih berhati-

hati dalam merespon suatu informasi yang terjadi di pasar modal, salah satunya stock

split. Selain itu, terjadinya perbedaan yang tidak signifikan terhadap volume

perdagangan sebelum dan setelah peristiwa stock split dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa investor menganggap bahwa peristiwa pemecahan saham bukanlah

good news, sehingga terjadi perbedaan volume yang tidak signifikan pada periode

sebelum dan sesudah pemecahan saham.

Setelah dilakukan uji signifikansi dengan wilcoxon sign rank test terhadap

volatilitas harga saham sebelum dan sesudah stock split, signifikansi yang terlihat dari

p-value (Sig. (2-tailed) sebesar 0.002, lebih kecil dari α = 5%, menunjukkan bahwa

perbedaan tersebut signifikan sehingga hipotesis kedua diterima. Dari hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat volatilitas

harga saham sebelum dan setelah peristiwa stock split.

Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Pujiharjanto (2001) yang dalam

penelitiannya menyimpulkan bahwa adanya perbedaan spread sebelum dan sesudah

stock split dipengaruhi secara signifikan oleh variabel harga saham dan volatilitas harga

Page 23: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

23

saham. Namun hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Rahayu (2006) yang

menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan terhadap volatilitas harga saham

sebelum dan setelah stock split.

Pada dasarnya volatilitas harga merupakan suatu indikator naik turunya atau

fluktuasi harga saham di bursa saham. Semakin tinggi fluktuasi atau naik turunnya

harga saham berarti harga saham saham tersebut semakin volatil. Walaupun tidak terjadi

perbedaan signifikan terhadap jumlah volume perdagangan saham namun hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa para investor individual memberikan reaksi terhadap

peristiwa stock split yang mendorong mereka melakukan transaksi jual beli saham. Hal

ini tentunya akan mendorong perubahan harga yang mencolok yang menyebabkan

perubahan volatilitas harga saham.

Hasil uji signifikansi dengan wilcoxon sign rank test terhadap PER sebelum dan

sesudah stock split, signifikansi yang terlihat dari p-value (Sig. (2-tailed) sebesar 0.910,

lebih besar dari α = 0.05, menunjukkan bahwa perbedaan tersebut tidak signifikan

sehingga hipotesis ketiga ditolak. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan PER sebelum dan setelah peristiwa stock split, namun perbedaan tersebut

tidak signifikan.

Hasil ini mendukung hasil penelitian Ichsanuddin (2009) melakukan penelitian

mengenai pemecahan saham ditinjau dari kinerja saham dan harga saham dimana price

earnings ratio (PER) merupakan salah satu variabel penelitian yang digunakan sebagai

proksi dari kinerja saham perusahaan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa tidak

terdapat perbedaan price earnings ratio (PER) antara perusahaan yang melakukan

pemecahan saham dengan perusahaan yang tidak melakukan pemecahan saham.

Sesuai dengan hasil penelitian ini, ditunjukkan bahwa terjadi penurunan PER

setelah peristiwa stock split. Hal ini menunjukkan bahwa peristiwa stock split tidak

dapat memberikan sinyal yang positif kepada publik mengenai prospek perusahaan yang

baik di masa depan. Kondisi lesunya perekonomian global pada 2008 berdampak pada

lesunya kinerja perusahaan yang tercermin oleh laba yang dihasilkannya. Hasil ini

menunjukkan hal yang tidak sejalan dengan signaling theory yang menyatakan

sebaliknya.

Page 24: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

24

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peristiwa pengumuman stock split

memiliki dampak terhadap volume perdagangan, volatilitas harga saham, dan price

earnings ratio (PER) masing-masing saham perusahaan sampel, yang dilihat dari ada

atau tidaknya perbedaan volume perdagangan, volatilitas harga saham, dan price

earnings ratio (PER) sebelum dan setelah peristiwa stock split.

Berdasarkan hasil beberapa pengujian yang dilakukan, diperoleh beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada volume perdagangan saham

masing-masing perusahaan sampel, baik sebelum stock split maupun volume

perdagangan saham setelah peristiwa stock split. Sesuai hasil perhitungan

dengan analisis pengujian hipotesis menggunakan uji non parametrik, Wilcoxon

Sign Rank test dengan α = 0.05 diperoleh p-value yang lebih besar dari alpha

(α). Walaupun berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya, di mana rata-rata

volume perdagangan saham menunjukkan penurunan setelah peristiwa stock

split sebesar 0.0836, tidak dapat diartikan bahwa dengan dengan

dilaksanakannya stock split akan menyebabkan volume perdagangan saham

perusahaan sampel menurun.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan pada volatilitas harga saham masing-masing

perusahaan sampel, baik sebelum stock split maupun volatilitas harga saham

setelah stock split. Sesuai hasil perhitungan dengan analisis pengujian hipotesis

menggunakan uji non parametrik, Wilcoxon Sign Rank test dengan α = 0.05

diperoleh p-value yang lebih kecil dari alpha (α). Sesuai dengan hasil

perhitungan sebelumnya dalam statistik deskriptif, dimana rata-rata volatilitas

harga saham menunjukkan peningkatan setelah peristiwa stock split sebesar

0.03057 sehingga dapat diartikan bahwa dengan dengan dilaksanakannya stock

split akan menyebabkan volatilitas harga saham perusahaan sampel meningkat.

Page 25: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

25

3. Terdapat perbedaan yang tidak signifikan pada price earnings ratio (PER)

masing-masing perusahaan sampel, baik sebelum stock split maupun price

earnings ratio (PER) setelah peristiwa stock split. Sesuai hasil perhitungan

dengan analisis pengujian hipotesis menggunakan uji non parametrik, Wilcoxon

Sign Rank test dengan α = 0.05 diperoleh p-value yang lebih besar dari alpha

(α). Sesuai dengan hasil perhitungan sebelumnya dalam statistik deskriptif, di

mana rata-rata price earnings ratio (PER) menunjukkan penurunan setelah

peristiwa stock split sebesar 10.94267, dapat diartikan bahwa dengan dengan

dilaksanakannya stock split akan menyebabkan price earnings ratio (PER)

perusahaan sampel menurun.

SARAN

Bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan sebaiknya mempertimbangkan

beberapa saran di bawah ini demi hasil penelitian yang lebih baik dan lebih akurat,

yaitu:

1. Bagi penelitian berikutnya, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

tambahan referensi di bidang yang sama di masa yang akan datang untuk

dikembangkan dan diperbaiki. Misalnya dengan memperbanyak sampel

penelitian dan memperpanjang periode pengamatan karena akan memperjelas

perbedaan masing-masing variabel dengan adanya aktivitas split yang berkaitan

dengan likuiditas dan kinerja saham.

2. Bagi investor atau calon investor sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan

investasi saham pada perusahaan yang melakukan stock split supaya investor

memperoleh keuntungan dari perusahaan yang melakukan kebijakan stock split.

Page 26: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

26

DAFTAR PUSTAKA

.Ayodha, Devina D. 2012. Analisis Perbedaan Risiko Sistematis dan Abnormal Return

Saham Sebelum dan Sesudah Peristiwa Pemecahan Saham (Stock Split-Up). Skripsi. Universitas Lampung.

Bae S.C. and Jo H. 1999. "The Impact of Information Release on Stock Price Volatility and Trading Volume: The Right Offerring Case", Review of Quantitative Finance and Accounting, Vol. 32, p. 153.

Boedhi, Soelistijono dan Lindharta, Princess D. 2011. Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Stock Split pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Spread, Vol.1, No.1, April 2011, Hal 1-12.

Brigham, Eugene F. and Houston. 2001. Manajemen Keuangan, Edisi 11. Erlangga: Jakarta.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Edisi 3. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Hendrawijaya, Michael. 2009. Analisis Perbandingan Harga Saham,Volume Perdagangan Saham, dan Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah Pemecahan Saham. Tesis. Universitas Dipenegoro.

Ichsanuddin, Dhani. 2009. Pemecahan Saham Ditinjau dari Kinerja Saham dan Harga Saham: Bukti Empiris di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen. Vol.7, No.3, Agustus 2009.

Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Permata, Nurlaela. 2009. Analisis Pengaruh Stock Split pada Harga Saham terhadap Volume Perdagangan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi. Universitas Gunadarma.

Pujiharjanto, C.Ambar. 2001. Pengaruh Stock Split terhadap Likuiditas Saham yang Diukur dengan Besarnya Bid-Ask Spread di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol.1, No.1, November 2001, Hal 1-11.

Rahayu, Indah R. 2006. Reaksi Pasar Terhadap Peristiwa Stock Split yang Terjadi di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Skripsi. Universitas Islam Indonesia.

Rahdiansyah, Muh. 2010. Analisis Pengaruh Stock Split terhadap Harga Saham dan Likuiditas di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Page 27: 1 ANALISIS LIKUIDITAS SAHAM DAN KINERJA SAHAM

27

Rohana. 2003. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stock split dan Dampak Yang Ditimbulkannya. Simposium Nasional Akuntansi. Oktober 2003 : 601-613.

Setiyanto, Agus. 2006. Analisis Likuiditas Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split di Bursa Efek Jakarta Periode 2003-2005. Skripsi. Universitas Islam Indonesia.

Subiyanti, Wiwin T. 2010. Analisis Dampak Stock Split terhadap Likuiditas dan Return Saham di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Sutrisno, Wang et al. 2000. Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas dan Return Saham di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 2. No.2, September 2000, Hal 1-13.

Susanti, Putri Endah. 2006. Analisis Perbedaan Risiko Sistematik, Volatilitas Harga, dan Likuiditas Perdagangan Harga Saham Sebelum dan Setelah Stock Split di Bursa Efek Jakarta 2001-2003. Skripsi. Universitas Islam Indonesia.

Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995.

Tampubolon, Robert. 2003. Analisis Faktor Pembeda Pemecahan Saham. Tesis. Universitas Diponegoro.

Tim Penyusun. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandarlampung.

Weston J. Fred and Thomas E. Copeland. Managerial Fianance, 9 th ed. New York: The Dryden Press, 1992

Woolridge, J. R. "Stock Dividend as Signals." Journal of Financial Research, 6 (Spring 1983), 1-12.

______________http://www.ksei.co.id/content.asp?id=10&bhs=1Diunduh padaTanggal 20 Juni 2012

______________ http://www.duniainvestasi.com/bei/prices/stockDiunduh padaTanggal 24 Juni 2012

______________ http://finance.yahoo.com/q/hp?s=%5EJKSE+Historical+PricesDiunduh padaTanggal 29 Juni 2012