karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/tugas... · web viewdari semua...

22
tugas KTI kelompok 3 penyuntingan karya tulis ilmiah PENYUNTINGAN KARYA TULIS ILMIAH MAKALAH Mata kuliah : karya Tulis Ilmiah Dosen Pengampu : M. Rikza Chamami, M. S. I oleh : Firdha Naili fitriyani 123311017 Firman Kurnia Asysyifa 123311018 Miss Paosiaa Nahooda 133311075 FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2013 I. PENDAHULUAN Pada dasarnya kita semua bisa menulis. Baik kita seorang pendidik, siswa, mahasiswa, praktisi hukum, seniman, ekonom, pebisnis, salesman, polisi, ABRI, ibu rumah tangga, dan lain sebagainya. Singkat kata siapa pun bisa menulis. Karena yang terpenting dalam menulis adalah kita mampu menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan sesuai dengan latar belakang, keahlian dan keilmuan kita, sehingga kredibilitas kita sebagai penulis tidak diragukan lagi. Di negara maju, menulis menjadi pekerjaan yang menarik dan bergengsi. Karena dengan menulis selain mendapatkan honor yang lumayan juga dapat menyumbangkan pemikiran-pemikiran atau

Upload: nguyenliem

Post on 24-Jul-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/tugas... · Web viewDari semua kegiatan yang tercakup dalam dua jenis proses pengeditan tersebut, yang menjadi

tugas KTI kelompok 3 penyuntingan karya tulis ilmiah

PENYUNTINGAN KARYA TULIS ILMIAHMAKALAH

Mata kuliah : karya Tulis IlmiahDosen Pengampu :

M. Rikza Chamami, M. S. Ioleh :

Firdha Naili fitriyani 123311017Firman Kurnia Asysyifa 123311018Miss Paosiaa Nahooda 133311075

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG2013

       I.            PENDAHULUAN

Pada dasarnya kita semua bisa menulis. Baik kita seorang pendidik, siswa,

mahasiswa, praktisi hukum, seniman, ekonom, pebisnis, salesman, polisi, ABRI, ibu rumah

tangga, dan lain sebagainya. Singkat kata siapa pun bisa menulis. Karena yang terpenting

dalam menulis adalah kita mampu menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan sesuai dengan

latar belakang, keahlian dan keilmuan kita, sehingga kredibilitas kita sebagai penulis tidak

diragukan lagi.

Di negara maju, menulis menjadi pekerjaan yang menarik dan bergengsi. Karena

dengan menulis selain mendapatkan honor yang lumayan juga dapat menyumbangkan

pemikiran-pemikiran atau gagasan-gagasan kita yang disertai dengan solusinya kepada

masyarakat luas. Semua media massa, baik itu surat kabar, majalah maupun tabloid sangat

membutuhkan tulisan-tulisan yang bersifat views itu. Bahkan beberapa surat kabar dan

majalah seringkali melakukan perekrutan kepada para akademisi atau praktisi agar bersedia

menulis untuk mengisi ruangan atau halaman yang telah disediakannya.

Pada dasarnya, dalam penyusunan karya tulis ilmiah terdapat lima tahap, yaitu:

persiapan, pengumpulan data, pengorganisasian dan pengonsepan, penyuntingan atau

pemeriksaan, dan penyajian.

Page 2: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/tugas... · Web viewDari semua kegiatan yang tercakup dalam dua jenis proses pengeditan tersebut, yang menjadi

Tidak jarang tulisan yang menarik dan bagusdari sisi ilmiah tidak dapat dimuat oleh

redaksi. Ini pada gilirannya menghendaki penggunaan bahasa ilmiah yang populer. Artinya

secara ilmiah dapat dippertanggung jawabkan, sekaligus enak dibaca dan perlu. Oleh karena

itu, pengeditan sangat membantu. Pengeditan akan semakin menyenpurnakan bahasa yang

kita gunakan. Kita bisa minta bantuan kepada rekan atau dosen yang telah biasa menulis di

media massa untuk tahap pengeditan ini. Atau kalau artikel tersebut ditujukan untuk

konsumsi surat kabar, kita bisa meminta kepada seseorang yang masih duduk di bangku

SMU, misalnya, untuk membacanya. Hal yang terakhir ini barangkali lucu, namun

percayalah, konsumen utama surat kabar adalah masyarakat awam yang rata-rata

pendidikannya adalah SMU.

Yang termasuk tahap penyuntingan adalah pembacaan dan pengecekan kembali

masalah yang kurang lengkap dilengkapi, yang kurang relevan dibuang. Dalam karya ilmiah

mungkin saja terdapat penyajian yang berulang-ulang atau tumpang tindih, pemakaian bahasa

yang kurang efektif, baik dari segi penilisan dan pemilihan kata, penyusunan kalimat,

penyusunan paragraf, maupun segi penerapan kaidah ejaan.

    II.            RUMUSAN MASALAH

A.       Bagaimana hakikat penyuntingan karya tulis ilmiah?

B.       Apa saja macam-macam editing?

C.       Apa tujuan penyuntingan karya tulis ilmiah?

D.       Bagaimana langkah yang dilakukan dalam penyuntingan karya tulis ilmiah?

III.            PEMBAHASAN

A.       Hakikat Penyuntingan Karya Tulis Ilmiah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, editing adalah: 1) mempersiapkan karya

tulis ilmiah yang siap cetak atau siap terbit (dengan memperhtikan terutama segi ejaan, diksi

dan struktur kalimat), makna ini sering diterjemahkan menjadi menyunting; 2) merencanakan

dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); 3) menyusun (film, pita rekaman)

dengan memotong dan memadukan kembali. Orang yang melakukan pengeditan dipanggil

dengan sebutan editor.1[1]

Sebelum mengetik konsep, penyusun lebih dahulu memeriksaanya. Tentu ada bagian

yang tumpang tindih atau ada penjelasan yang berulang-ulang. Buanglah penjelasan yang

tidak perlu dan tambahkan penjelasan yang dirasakan sangat menunjang pembahasan.2[2]

1

Page 3: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/tugas... · Web viewDari semua kegiatan yang tercakup dalam dua jenis proses pengeditan tersebut, yang menjadi

Penyuntingan sebaiknya dilakukan beberapa saat setelah selesai penulisan. Hal ini, unuk

menjaga ketenangan berpikir dan ketelitian mengoreksi karya tulis ilmiah.3[3]

Karya tulis ilmiah yang telah selesai ditulis keseluruhannya pasti belum sempurna.

Belum layak untuk dikirim langsung ke penerbit. Pada beberapa bagian selalu terdapat

kesalahan-kesalahan yang fatal, sehingga perlu diperbaiki. Proses perbaikan itu disebut

editing atau penyuntingan. Editing adalah proses memperbaiki karya tulis ilmiah dengan cara

mengoreksi, memeriksa, atau meneliti kembali apa yang sudah ditulis atau diterbitkan.

Penyempurnaan karya tulis ilmiah agar seiap diterbitkan perlu dibaca dan ditata ulang oleh

penulisnya atau orang lain yang dianggap berkemampuan atau sering kali disebut sebagai

editor ahli.

Langkah berikutnya, sebelum karya tulis ilmiah itu dikirim ke penerbit, kewajiban

penulis adalah melakukan editing atau penyuntingan terlebih dahulu. Kecepatan atau

keterlambatan proses penerbitan buku oleh penerbit banyak terkait dengan kesempurnaan

karya tulis ilmiah yang ditulisnya. Bahkan kegagalan sebuah buku yang akan diterbitkan

terletak pada hasil akhir editing. Kecerobohan dalam penyulitan merupakan awal kesulitan

dalam proses penerbitan.

Pada saat ini hampir semua penerbit memiliki editor penerbitan, dimana keberadaan

editor ini menjadi ciri khas industri penerbitan. Editor penerbitan ini berbeda dengan editor

ahli. Karya tulis ilmiah yang ditawarkan seorang penulis atau calon penulis kepada

penerbitnya biasanya di-review terlebih dahulu oleh editor untuk dilihat kelayakannya. Baru

setelah itu sang editor tersebut menyetujui penerbitannya, maka barulah dilakukannya

perjanjian penerbitan anatara penulis dan penerbit.

Setelah perjanjian disepakati bersama antara penulis dan penerbit, maka karya tulis

ilmiah akan diedit atau disnunting oleh editor penerbitan untuk kemudian dilakukan

pendesainan isi, lalu dilakukan koreksi yang bisa dilakukan oleh editor yang bersangkutan

atau korektor. Setelah koreksian selesai dilakukan dan dilakukan penyempurnaan disain,

barulah karya tulis ilmiah yang sudah diedit editor penerbitan dan didesain rapi ini

dikembalikan kepada peenulis untuk dikoreksi ulang. Setelah penulis melakukan koreksi

ulang, barulah dilakukan tahap persiapan pencetakannya.4[4]

2

3

4

Page 4: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/tugas... · Web viewDari semua kegiatan yang tercakup dalam dua jenis proses pengeditan tersebut, yang menjadi

Dalam menulis karya tulis ilmiah, penulis juga berkewajiban menyelaraskan isi

bahasa, dan alur pikiran materi sebelum karya tulis ilmiah dikirimkan ke penerbit. Tentu itu

bukan bahwa karya tulis ilmiahnya akan diterima begitu saja oleh penerbit tanpa di kutak

katik dan langsung diterbitkan begitu saja. Di penerbit ada penyunting (bisa disebut editor)

yang berhak meluruskan dan menyelaraskan isi bahasakarya tulis ilmiah itu, misalnya dengan

menghapus bagian-bagian yang perlu ditambahkan. Mengapa penyuntingan perlu

dilaksanakan ? salah satu alasannya adalah agar tulisan kita lebih jelas, menarik dan mudah

dipahami oleh pembaca. Selain itu, penyuntingan perlu dilakukan untuk memperbaiki bahasa

yang mungkin masih bermasalah.

Alwasilah (2005:20) dalam artikelnya “Ada Apa dengan Ilmu Bahasa ?” menyatakan

sebagai berikut. “Penulis dengan segala keterbatasannya bisa jadi tidak menyadari

kessalahan-kesalahan berbahasa yang dilakukannya, meski ia sudah berulang kali karya tulis

ilmiah”. Mengakui kesalahannya sendiri memmang tidak mudah, sebaliknya menunjukan

kesalahan orang lain lebih mudah, sesui pribahasa: “semut diseberang lautan tampak, fajah di

pelupuk mata tidak tampak.” Untuk itu perlu kita sadari betapa besarnya andil seorang editor

atau profeder dalam membantu menulis.

Peran penyunting (editor) sangat besar bagi penulis karena mereka merupakan rekan

penulis dalm mewujudkan impiannya, yakni menerbitkan karya tulis ilmiah. Inilah senarai

peranan mereka, yaitu :

1.             membantu penulis agar karyanya layak dibaca dan bisa diterbitkan.

2.             membeaskan karya tulis dari dari masalah kebahasaan seperti ejaan, tata bahasa, tanda baca,

dan sebagainya.

3.             membantu agar tulisan memiliki koherensi yang baik antara kalimat-kalimat yang ada dalam

suatu paragaf, antara paragaf yang satu dengan paragaf yang lainnya , dan antara subbab yang

satu dengan subbab yang lainnya.

4.             Meluruskan ide-ide yang salah atau kurang tepat.

5.             Mendukung konsistensi dalam penulisan.

6.             Membuat tulisan menjadi lebih sistematis, mudah dipahami, enak dibaca dan menarik.

7.             Membanu penulis mengenal selera pembaca.

8.             Menghindarkan pelanggaran-pelangaran yang berakibat tidak baik.

Disinilah editor berperan sebagai pemandu, editor bertugas sebagai memandu penulis

agar mencapai tujuannya dalam waktu yang sesingkat mungkin dengan tingkat kesalahan

seminimal mungkin, karena kerja sama antar penyunting dan penulis sangat diperlukan untuk

menghindari masalah yang timbul dalam penyuntingan. Sebelum penyuntingan dimulai harus

Page 5: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/tugas... · Web viewDari semua kegiatan yang tercakup dalam dua jenis proses pengeditan tersebut, yang menjadi

terlebih dahulu menyadari bahwa penyuntingan diperlukan untuk membuat kata, ungkapan,

kalimat, paragaf, dan subbab berkoherensi, halus, menarik dan lebih jelas supaya tidak terjadi

kesalahan- kesalahan dalam penyuntingan.5[5]

Secra umum, proses editing atau pengeditan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1.             penyuntingan secara redaksional. Menurut cara ini, editor memeriksa setiap kata dan kalimat

agar logis, mudah dipahami, dan tidak rancu (memiliki ejaan yang benar, mempunyai arti,

dan enak dibaca). Proses editing ini mencakup kegiatan kegiatan seperti memperbaiki

kesalahan ejaan (tanda baca, tata bahasa, angka, nama, alamat, dan sebagainya),

menyusuaikian gaya bahasa dengan gaya surat kabar bersangkutan dan mengetatkan tulisan

(meringkas beberapa kalimat menjadi satu atau dua kalimat dengan tidak mengubah makna

kumpulan kalimat sebelumnya). Tujuan akhir proses editing jenis ini adalah agar tulisan tidak

hanya memiliki ejaan yang benar dan arti yang jelas, tetapi juga enak dibaca.

2.             Penyuntingan secara substansial, yakni editor memperhatikan data dan fakta agar tetap

akurat dan benar. Kegiatan-kegiatan yang dicakup dalam proses pengeditan jenis ini adalah :

a.              Memperbaiki kesalahan-kesalahan faktual

b.             Menghindari kontradiksi dan mengedit berita untuk diperbaiki

c.              Menghindari unsur-unsur seperti penghinaan, ambiguitas dan tulisan yang memuakkan (bad

taste)

d.             Melengkapi tulisan dengan bahan-bahan tipografi, misla anak judul atau sub judul

e.              Menulis judul yang menarik

f.              Memberikan penjelasan tambahan untuk gambar atau tabel

g.             Menelaah kembali hasil tulisan yang telah dicetak karena tidak menutup kemungkinan masih

terdapat kesalahan redaksional dan seubstansial6[6]

Tujuan pengeditan tipe ini adalah untuk membuat tulisan menjadi mudah dimengerti,

tetapi juga sistematika tulisan secara keseluruhan tetap terjaga. Dari semua kegiatan yang

tercakup dalam dua jenis proses pengeditan tersebut, yang menjadi fokus editor adalah :

1.             Menyadari perbedaan latar belakang para pembaca, baik dari segi umur, taraf hidup, dan

gaya hidup sehingga naskah yang dihasilkan sesuai dengan latar belkang pembaca

2.             Tegas

3.             Memperbaiki tulisan tanpa merusak cara penulis dalam memaparkan pendapatnya

5

6

Page 6: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/tugas... · Web viewDari semua kegiatan yang tercakup dalam dua jenis proses pengeditan tersebut, yang menjadi

4.             Hati-hati dengan iklan terselebung yang termuat dalam tulisan.7[7]

Kebutuhan pengeditan muncul karena adanya prinsip dasar bahasa jurnalistik yang

harus terpenuhi dalam sebuah tulisan. Bahasa jurnalistik berfungsi sebagai bahasa

komunikasi masa. Karena peranannya tersebut, bahasa yang dipakai haruslah lebih jelas dan

mudah dibaca dengan tingkat intelektual minimal.8[8]

B.       Macam-macam editing

1.             Editing Isi/ Materi/ Gagasan

Ketika dalam proses penjulisan naskah ada kemungkinan terdapat ide yang tercecer,

ada pemikiran yang terputus, dan ada uraian yang tidak relevan. Maka dalam penyuntingan

tahap awal ini difokuskan dulu pada isi naskah dan tidak perlu memikirkan ejaan, perhurufan,

pengetikan, maupun lay out-nya.

Pada langkah ini perlu kecermatan tersendiri dalam pemahaman isi. Perhatikan kalimat

yang satu dengan kalimat yang lain, lalu dari alinea satu ke alinea lain. Hubungan antar-

kalimat dan antar-alinea mestinya merupakan mata rantai pemikiran yang sambung-

menyambung.

Tidak kalah pentingnya juga, perlu dicermati aktualitas, ketepatan, dan kebenaran pada

data, grafik, tabel, foto, began yang disajikan dalam naskah. Sebab kesalahan data bisa

berakibat fatal.9[9]

Isi/ materi/ gagasan yang terdapat dalam bentuk teks buku di ibaratkan sebagai gizi

sebuah buku. Ketebalan atau tipisnya halaman buku terletak pada banyak atau sedikitnya

materi buku yang dituliskannya.

Karya tulis ilmiah yang akan diterbitkan memerlukan ketebalan yang memadai agar

buku itu secara estetika enak dipandang atau disimpan. Ketebalan buku berkaitan dengan

jumlah halaman yang menggambarkan isi/ materi/ gagasan. Buku yang jumlah halamanya

kurang tidak memberikan daya tarik, terutama untuk penyimpanan dan pendokumentasian.

Penyuntingan terhadap isi karya tulis ilmiah dapat dilakukan dengan cara pengurangan,

penggantian, dan penambahan isinya yang relevan dengan topik dan tema kajiannya.

Pengurangan terhadap isi/materi/ gagasan bila memang dianggaptidak relevan dengan topik

7

8

9

Page 7: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/tugas... · Web viewDari semua kegiatan yang tercakup dalam dua jenis proses pengeditan tersebut, yang menjadi

kajiannya. Kemudian mengantinya dengan suatu topik yang sedang dibahas. Kalau

kemungkinan ada sumber lain yang lebih aktual dan akurat,seorang penulis dapat saja

menambahkan isi/ materi/ gagasan itu untuk melengkapinya, misalnya grafik, tabel, gambar,

atau data lain yang dianggap perlu.

Proses editing atau penyuntingan ini dilakukan selain berkaitan dengan akurasi data,

informasi yang faktual, juga untuk menambah wawasan ilmu dan pengetahuan bagi penulis

dan pembacanya. Dengan demikian dapat menambah ketebalan halaman buku secara

langsung hingga mencapai ukuran ideal sebuah buku mata ajar kuliah yang ajan diterbitkan.

Namun begitu, seorang penulis jangan terjebak oleh suatu keinginan hanya untuk

mempertebal jumlah halaman tanpa memerhatikan isi/materi/gagasan yang dituliskannya.10

[10]

Setelah penyuntingan isi ini dianggap selesai, barulah dilakukan penyuntingan

sistematika penulisan. Sebab, bisa jadi ketika menulis naskah tidak terfikirkan sistematika

penulisan. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah cara-cara penulisan pendahuluan,

latar belakang, pembahasan, penutup, dan lainnya sesuai jenis tulisannya.11[11]

2.             Editing Paragaf

Editing atau penyuntingan terhadap isi/ materi/ gagasan akan berpengaruh pada

kepadatan paragaf, sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antar paragaf, ada

yang tebal dan ada yang tipis. Paragaf yang tidak berimbang tebal atau tipisnya dapat

mempengaruhi nilai estetika buku. Dengan demikian penyuntingan berikutnya harus

diarahkan terhadap bentuk idealis paragaf. Paragaf yang tipis harus diseimbangkan dengan

paragaf yang mencapai ketebalan standar hingga semua ketebalan paragaf dianggap relatif

seimbang. Ketebalan ideal sebuah buku dengan kertas ukuran A4 terdiri dri 3-4 paragaf.

Kalau isi/materi/ gagasan diibaratkan sebagai gizi sebuah buku maka paragaf

merupakan dagingnya. Karena itu penulisan antar paragaf dalam sebuah karya tulis ilmiah

sangat diperlukan keseimbangannya. Penyeimbangan ini dibutuhkan untuk memenuhi standar

estetika buku ketika dilakukan penilian dalam sebuah kompetisi. Paragaf yang terlalu tebal

dapat mempengaruhi daya baca seseorang dalam memahami teks. Seorang penulis mesti

memperhatikan ini, karena teks yang dibaca tanpa ada upaya memahaminya dari pembaca

menjadikan buku yang diterbitkan mubadzir. Sebaliknya ketipisan paragaf juga

10

11

Page 8: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/tugas... · Web viewDari semua kegiatan yang tercakup dalam dua jenis proses pengeditan tersebut, yang menjadi

dikhawatirkan tidak mewakili gagasan yang disampaikan penulis. Malah bisa jadi

gagasannya itu tidak selesai diungkapkan dengan kata-kata dan kalimat terbatas.12[12]

3.             Editing Ragangan (Outline)

Ragangan atau outline dalam sebuah karya tulis ilmiah diibaratkan sebagai tulang-

tulangnya yang berfungsi mengikat daging yang mengandung gizi. Oleh sebab itu, ragangan

harus disusun secara sistematis berdasarkan topik dan subtopiknya. Sistematika ragangan

berkaitan dengan urut-urutan dan letak subtopik pembahasan yang akan ditulis.ragangan

dalam penulisan karya tulis ilmiah yang tela ditetapkan sejak awal bukanlah harga mati.

Dalam arti, ragangan yang tidak sesuai dengan isi/ materi/ gagasan dalam karya tulis ilmiah

masih bisa dibongkar pasang untuk menyesuaikannya. Sama halnya dengan judul tulisan atau

buku yang sudah di setting sejak awal boleh saja digonta ganti sesuai dengan tema yang telah

disajikannya.

Ragangan dapat saja diubah saat penulisan sedang berjalan atau nanti di akhir

penulisan. Mengedit ragangan bisa dengan cara mengurangi, mengganti atau menambahkan

sesua dengan subtopik kajian. Pada dasarnya ragangan yang sudah ditulis sejak awal

penulisan harus disesuaikan dengan apa yang dibahas dalam isi/ materi/gagasan dalam buku.

Pertimbagnanya akan lebih mudah mengganti ragangan daripada harus menulis ulang tema

kajian nya. Editing ragangan yang terbaik adalah saat finalisasi penulisan, sekaligus dalam

menetukan halaman pada daftar isi.

4.             Editing Kebahasaan

Kebahasaan dalam sebuah karya tulis ilmiah disamakan dengan sebuh kulit sebagai

pembungkus daging dan tulang serta melindungi keberadaan gizinya. Karena itu, bahasa

karya tulis ilmiah harus memenuhi standardisasi bahasa yang berlaku. Bahasa Indonesia yang

menjadi dasar rujukan harus menggunakan ejaan yang disempurnakan (EYD). Penulisan

karya tulis ilmiah populer bahasanya tidak bisa seenaknyapenulis, tetapi harus menggunkan

bahasa formal atau semi formal.

Editing atau penyuntingan terhadap bahasa mutlak diperlukan kalau karya tulis ilmiah

itu akan diterbitkan. Penyutingan berkaitan dengan penghurufan, penomoran, pelambangan,

ejaan dan tanda baca. Hal ini dapat dipelajari tentang pengunaan EYD. Editng kebahasaan

mempunyai banyak fungsi, antara lain untuk standardisasi sebuah karya tulis ilmiah. Hal ini

sangat diperlukan dalam memberikan bobot atas karya tulis ilmiah. Selain itu juga, bahasa

dapat menjadi pemanis dalam menambah daya tarik pembaca. Namun demikian, untuk

12

Page 9: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/tugas... · Web viewDari semua kegiatan yang tercakup dalam dua jenis proses pengeditan tersebut, yang menjadi

penulisan karya tulis ilmiah tidak perlu menggunkan bahasa seindah puisiatau sajak.

Kebahasaan yang dimaksudkan di sini adalah berdasarkan kaidah tata bahasa yang berlaku.

Fungsi lain dari ketatabahasaan juga untuk mempercepat pemahaman pembaca terhadap

sebuah karya tulis ilmiah yang tersusun dari kata, kalimat dan paragaf.13[13]

Perangkat kebahasaan dipersiapkan untuk mempermudah penulisan karya tulis agar

lebih efektif. Perangkat ini mencakup perhurufan, penomoran atau angka, lambang, ejaan,

dan tanda baca.14[14]

Dalam buku lain dikatakan bahwa perbaikan materi tulisan (editing) menyangkut

beberapa aspek, diantaranya yaitu:

a.              Revisi judul

Karena terkadang judul yang kita buat sifatnya masih sementara, maka kita harus

membuat judul yang lebih sesuai dengan isi tulisan, yang lebih menarik, lebih “menggigit”

dan lebih mengena sasaran pembaca. Untuk membuat judul yang “menggigit”, diperlukan

kepekaan rasa, keindahan bahasa serta ketegasan makna.

Sering terjadi judul karya tulis ilmiah konsumsi yang dibuat penulis pemula terlalu

panjang, terlalu singkat, datar, tidak menarik, tidak membumi, dan terlalu akademis. Kerap

terjadi, judul karya tulis ilmiah yang dibuat sama persis dengan judul laporan penilitian atau

judul skripsi yang terasa dingin, kaku, dan sangat formal.

b.             Revisi intro

Seringkali penulis pemula menulis intro berkepanjangan, bertele-tele, berputar-putar,

tidak jelas, tidak ringkas, tidak menarik, membosankan, bahkan adakalanya membingungkan.

Intro adalah bagian pembuka atau pendahuluan. Dalam pidato, intro adalah pengantar

sebelum sampai kepada pokok bahasan. Intro artikel yang baik cukup tiga paragraf. Pastika

intro yang sudah ditulis memenuhi syarat : ringkas, jelas, menarik, dan ditulis dalam bahasa

jurnalistik yang baik.

c.              Revisi komposisi

Komposisi berarti susunan yang seharusnya beraturan. Karya tulis ilmiah yang baik

harus sesuai dengan hukum komposisi. Sekali keluar dari hukum tersebut, kepala dibuat kaki

da sebalikanya, maka artikel yang dibuat tak ubahnya seperti sirkus. Untuk itu, perlu

diperiksa apakah komposisi artikel yang dibuat sudah baik.

13

14

Page 10: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/tugas... · Web viewDari semua kegiatan yang tercakup dalam dua jenis proses pengeditan tersebut, yang menjadi

d.             Revisi akurasi dan relevansi data

Teliti dalam mengutip nama seseorang, jabatan, pangkat, kedudukan, alamat, angka,

tanggal, bulan dan tahun. Setelah diyakini semuanya tak ada yang salah tulis atau salah kutip,

teliti lagi apakah data yanng telah dikutip relevan dengan pokok bahasan. Jika tidak relevan,

maka harus dibuang.

e.              Revisi ejaan dan istilah teknis

Tanpa sadar, kita sering menggunakan istilah-istilah teknis yang hanya dimengerti dan

dipahami oleh lingkungan sendiri yang sangat terbatas. Ganti istilah-istilah tersebut dengan

istilah yang lebih dipahami oleh umum.

f.              Revisi gramatika

Berkomunikasi secara tertulis berbeda dengan berkomunikasi secara lisan. Bahasa lisan

lebih menekankan pengertian, sedangkan bahasa tulis lebih menekankan pada struktur bahasa

dan makna. Selain itu, bahasa artikel juga harus menggunakan bahasa jurnalistik yang

menggunakan kalimat-kalimat pendek, tegas, jelas, sederhana, dan mudah dimengerti.

g.             Revisi bobot dan substansi materi tulisan

Menulis tidak hanya sekedar untuk memberikan informasi, meyakinkan, membujuk

atau mempengaruhi dan menghibur pembaca. Menulis sekaligus untuk menunjukkan

kapasitas dan kredibilitas penulis. Menulis seharusnya sesuai dengan pengetahuan , keahlian,

dan disiplin ilmu penulis. Hal seperti itu diperlukan agar suatu ketika penulis tidak salah

dalam mengirim karya tulis ilmiah.

h.             Asumsi dampak yang diharapakan

Menulis berarti berkomunikasi. Menurut teori, komunikator yang baik adalah yang

senantiasa memperhatikan umpan balik. Komunikasi harus efektif, yaitu mencapai hasil yang

diharapkan. Menulis seharusnya dalam koridor normatif yang ada, realitas karya tulis ilmiah

adalah rasional, bukan realitas virtual atau fiksional.15[15]

C.       Tujuan penyuntingan karya tulis ilmiah

Tahap pemeriksaan atau penyuntingan konsep ini bertujuan untuk:

1.             Melengkapi data yang dirasa masih kurang.

2.             Membuang dan mengedit data yang dirasa tidak relevan serta tidak cocok dengan pokok

bahasan karya ilmiah.

3.             Mengedit setiap kata-kata dalam karya ilmiah untuk menghindari penyajian bahan-bahan

secara berulang-ulang atau terjadi tumpang tindih antara tulisan satu dengan tulisan yang lain.

15

Page 11: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/tugas... · Web viewDari semua kegiatan yang tercakup dalam dua jenis proses pengeditan tersebut, yang menjadi

4.             Mengedit setiap bahasa yang ada dalam karya ilmiah untuk menghindari pemakaian bahasa

yang kurang efektif, contoh dalam penyusunan dan pemilihan kata, penyesuaian kalimat,

penyesuaian paragraf, maupun penerapan kaidah ajaan sesuai EYD.16[16]

D.       Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyuntingan karya tulis ilmiah

Adapun langkah-langkah dalam penyuntingan adalah :

1.             Bacalah setiap kalimat dan renungkan berulang-ulang. Untuk membuat kalimat lebih baik,

tidak jarang anda harus membaca satu kalimat bekali-kali, sampai mendapatkan esensinya,

kemudian tuangkan dalam bentuk yang murni.

2.             Bacalah naskah beberapa kali dengan fokus yang berbeda-beda, misalnya sekali waktu,

difokuskan kepada ejaan, lalu diwaktu berikutnya di fokuskan di tata bahasa, dan lain

sebagainya.Kenali pola kesalahan yang biasanya didapati setelah karya tulis di edit, untuk itu

perlu mewaspadai pola-pola kesalahan yang sering dilakukan dan berusaha memperbaikinya.

3.             Kenali pola kesalahan yang biasanya kita dapati setelah karya tulis diproofread atau diedit.

Kita perlu mewaspadai pola-pola kesalahan yang sering kita lakukan dan berusaha

memperbaikinya.

4.             Gunakan spelling check pada komputer bila tulisan kita dibuat dalam bahasa Inggris atau

bahasa Internasional. Namun demikian, komputer sesungguhnya mungkin juga membuat

kesalahan. Misalnya ejaan bisa jadi benar, tetapi artinya bebeda seperti: paper-pepper.

5.             Perhatikan ide utama dan ide pendukung dalam setiap peragaf. Kita harus memastikan

bahwa setiap paragraf mengandung satu ide utama yang tercantum dalam kalimat topik

paragraf itu. Kalimat-kalimat lainnya merupakan pendukung kalimat topik. Bila ada kalimat

yang tidak mendukung kalimat topik, kita harus membuangnya atau memasukkan kalimat

“nyasar” tersebut kedalam paragraf lain yang didukungnya.

6.             Revisi kalimat-kalimat yang terlalu panjang atau sebaliknya yang terpotong-potong, kalimat-

kalimat yang tidak menggunakan kata sambung, kalimat-kalimat ambigu, dan sebagianya.

7.             Bebaskan kemungkinan adanya pelanggaran seperti pelecehan, fitnah, penghujatan, dan lain-

lain. Bila kita ragu-ragu dalam apa yang kita tulis, konsultasikanlah dengan pihak-pihak yang

berkompeten.

8.             Bantu tegaskan bahwa setiap informasi yang kita tulis benar dan dapat dipercaya.

9.             Konsultasikan jargon, pengertian atau bagian yang meragukan kepada pihak yang

berkompeten. Tuliskan semacam daftar istilah bila perlu.

16

Page 12: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/tugas... · Web viewDari semua kegiatan yang tercakup dalam dua jenis proses pengeditan tersebut, yang menjadi

10.         Gunakan kamus, tesaurus (kamus sinonim), buku tata bahasa, artikel penggunaan tanda baca,

internet, dan berbagai sarana lain yang dapat membantu kita dalam melakukan penyuntingan.

11.         Cari pembaca sukarela (terutama mereka yang menekuni bidang yang sesuai dengan topik

buku yang kita buat) untuk dimintai masukan.

IV.            KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa editing adalah: pertama

mempersiapkan karya tulis ilmiah yang siap cetak atau siap terbit (dengan memperhtikan

terutama segi ejaan, diksi dan struktur kalimat), makna ini sering diterjemahkan menjadi

menyunting; kedua merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah),

menyusun (film, pita rekaman) dengan memotong dan memadukan kembali. Ketiga proses

memperbaiki karya tulis ilmiah dengan cara mengoreksi, memeriksa, atau meneliti kembali

apa yang sudah ditulis atau diterbitkan. Orang yang melakukan pengeditan dipanggil dengan

sebutan editor. Proses editing atau penyuntingan ini dilakukan selain berkaitan dengan

akurasi data, informasi yang faktual, juga untuk menambah wawasan ilmu dan pengetahuan

bagi penulis dan pembacanya.

Macam-macam Editing :

1.         Editing Isi/ Materi/ Gagasan

Pada langkah ini perlu kecermatan tersendiri dalam pemahaman isi. Perhatikan kalimat yang

satu dengan kalimat yang lain, lalu dari alinea satu ke alinea lain. Hubungan antar-kalimat

dan antar-alinea mestinya merupakan mata rantai pemikiran yang sambung-menyambung.

Maka dalam penyuntingan tahap awal ini difokuskan dulu pada isi karya tulis ilmiah dan

tidak perlu memikirkan ejaan, perhurufan, pengetikan, maupun lay out-nya.

2.         Editing Paragaf

Editing atau penyuntingan terhadap isi/ materi/ gagasan akan berpengaruh pada kepadatan

paragaf, sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antar paragaf, ada yang tebal

dan ada yang tipis.

3.         Editing Ragangan (Outline)

Ragangan atau outline dalam sebuah karya tulis ilmiah diibaratkan sebagai tulang-tulangnya

yang berfungsi mengikat daging yang mengandung gizi. Oleh sebab itu, ragangan harus

disusun secara sistematis berdasarkan topik dan subtopiknya.

4.         Editing Kebahasaan

Kebahasaan dalam sebuah karya tulis ilmiah disamakan dengan sebuh kulit sebagai

pembungkus daging dan tulang serta melindungi keberadaan gizinya. Karena itu, bahasa

Page 13: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/tugas... · Web viewDari semua kegiatan yang tercakup dalam dua jenis proses pengeditan tersebut, yang menjadi

karya tulis ilmiah harus memenuhi standardisasi bahasa yang berlaku. Bahasa Indonesia yang

menjadi dasar rujukan harus menggunakan ejaan yang disempurnakan (EYD). Penulisan

karya tulis ilmiah populer bahasanya tidak bisa seenaknyapenulis, tetapi harus menggunkan

bahasa formal atau semi formal. Editing atau penyuntingan terhadap bahasa mutlak

diperlukan kalau karya tulis ilmiah itu akan diterbitkan. Penyutingan berkaitan dengan

penghurufan, penomoran, pelambangan, ejaan dan tanda baca.

Dalam buku lain dikatakan bahwa perbaikan materi tulisan (editing) menyangkut

beberapa aspek, diantaranya yaitu:

a.       Revisi judul

b.      Revisi intro

c.       Revisi komposisi

d.      Revisi akurasi dan relevansi data

e.       Revisi ejaan dan istilah teknis

f.       Revisi gramatika

g.      Revisi bobot dan substansi materi tulisan

h.      Asumsi dampak yang diharapakan

Salah satu tujuan penyuntingan yaitu Mengedit setiap bahasa yang ada dalam karya

ilmiah untuk menghindari pemakaian bahasa yang kurang efektif, contoh dalam penyusunan

dan pemilihan kata, penyesuaian kalimat, penyesuaian paragraf, maupun penerapan kaidah

ajaan sesuai EYD. dalam menyunting sebaiknya memperhatikan beberapa langkah yang

harus ditempuh

    V.            PENUTUP

Demikianlah makalah ini kami sampaikan. Kami sadar bahwa makalah ini belum

sempurna baik dari segi penulisan maupun materi yang disampaikan. Oleh karena itu, kami

sangat berharap akan saran dan kritik dari pembaca demi menciptakan sebuah makalah yang

lebih baik . Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan khusunya bagi para pembaca.

Page 14: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/05/tugas... · Web viewDari semua kegiatan yang tercakup dalam dua jenis proses pengeditan tersebut, yang menjadi

Daftar PustakaDwiloka, Bambang dan Riana, Rati. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah, (Jakarta: PT. Rineka

Cipta).

Dalman. 2012. Menulis Karya Ilmiah, (Jakarta: Rajawali Pers).

Haris Sumadiria, AS. 2004. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, (Bandung: Simbiosa Rekatama

Media).

HS, Lasa. 2009. Menulis Itu Segampang Ngomong, cet. III, (Yogyakarta: Pinus).

Kuncoro, Mudrajad. 2009. Mahir Menulis, (Jakarta: Erlangga).

Leo, Sutanto. 2010 Kiat Jitu Menulis Dan Menerbitkan Buku, (Jakarta: Erlangga).

Rahmat Rosyadi, A. 2008. Menjadi Penulis Profesional Itu Mudah., (Bogor: Ghalia Indonesia).